Mohon tunggu...
Rio Estetika
Rio Estetika Mohon Tunggu... Freelancer - Dengan menulis maka aku Ada

Freelancer, Teacher, Content Writer. Instagram @rioestetika

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Filantropi ala Pemuda, Tak Harus Tua dan Kaya untuk Dermawan

11 November 2019   20:08 Diperbarui: 11 November 2019   20:20 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Umum dipahami filantropi sebagai tindakan seseorang untuk mencintai manusia dan nilai kemanusiaan. Sehingga timbul kerelaan untuk memberikan waktu, tenaga, dan materi untuk memberikan pertolongan kepada pihak lain.

Perkembangan filantropi dari masa ke masa menjadi kajian yang menarik dalam konteks civil society. Bahkan filantropi dikukuhkan menjadi pilar ketiga pembangunan Indonesia. Hal ini mengingat perjalan panjang negeri ini yang juga tidak lepas dari aktifitas-aktifitas filantropis dalam pendiriannya.

Sedikit menelusuri sejarah, filantropi di Indonesia banyak bersumber dari ajaran agama (baik Kristen maupun Islam) yang erat kaitannya dengan kegiatan misionaris dan dakwah. Muhammadiyah sebagai salah satu ormas Islam yang berdiri tahun 1912, menjadi salah satu contoh organisai agama dan filantropis yang menyediakan layanan sosial (pendidikan dan kesehatan).

Hingga kini ormas tersebut mengelola ribuan lembaga pendidikan jenjang TK sampau perguruan tinggi, ratusan rumah sakit, panti asuhan yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.

Ini adalah contoh tradisi tua dari filantropi berbasis komunitas yang menyediakan pelayanan sosial di Indonesia. Muhammadiyah mencontohkan cara gerakan misionaris Kristenyangtelahdipraktekkanlebihdarisetengahabad sebelum Muhammadiyahberdiri. 

Baru pada awal dasawarsa 1990-an bermunculan organisasi Filantropi perusahaan. Perkembangan ini didasari lebih jauh oleh krisis ekonomi Asia yang telah menumbangkan rezim Soeharto pada 1997.

Krisis memicu semangat filantropi baru dengan menciptakan "momentum bagi suatu masyarakat yang telah lama memiliki tradisi derma untuk meninggalkan kebiasaan pemberian spontan dan melakukan usaha-usaha jangka panjang untuk membantu masyarakat membantu diri mereka sendiri.

Apabila melihat realitas di atas, maka agenda-agenda filantropi itu hanya mampu dilakukan dengan basis komunitas dan sumber dana yang melimpah. Lantas bagaimana pemuda merespon hal tersebut?

Mengingat pemuda adalah pewaris kearifan bangsa sekaligus pelangsung pembangunan negara di masa depan, filantropi harus menjadi milik pemuda sebagai salah satu bekal dan modal membangun negara. Permasalahan yang muncul kemudian adalah bagaimana bentuk filantropi yang cocok untuk pemuda. Mengingat karakter pemuda yangcen derung dinamis,kritis,dan responsif terhadap segala perubahan.

Filantropi ala Pemuda
Sebagaimana dijelaskan di awal bahwa filantropi bermuara pada aksi kepedulian dan berbagi. Dalam pandangan formal ketika mengetahui term filantropi yang erat kaitannya dengan aktivitas kedermawanan orang-orang dengan kekayaan super besar, seperti Bill Gates, Jack Ma, atau Mark Zuckerberg. Namun demikin, sebenarnya filantropi tidak hanya melulu persoalanuangdanmateri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun