Mengatasi Tantangan Pengembangan Agile Terdistribusi dengan Arsitektur Enterprise
Dalam beberapa tahun terakhir, pengembangan perangkat lunak agile terdistribusi secara geografis (Geographically Distributed Agile Development atau GDAD) telah menjadi pilihan utama banyak perusahaan global. Konsep ini menawarkan banyak keuntungan, termasuk peningkatan efisiensi dan kedekatan dengan pelanggan. Namun, implementasi GDAD tidak luput dari tantangan besar, terutama dalam hal komunikasi.Â
Komunikasi yang buruk di antara tim yang terpisah secara geografis sering kali menyebabkan kegagalan proyek dan membebani anggaran perusahaan. Sebuah artikel yang ditulis oleh Yehia Ibrahim Alzoubi dan Alok Mishra berjudul Enterprise Architecture Contribution in Distributed Agile Software Development menyoroti bahwa solusi yang efektif untuk masalah ini adalah penerapan arsitektur enterprise agile (Agile Enterprise Architecture atau AEA).Â
Artikel ini, yang diterbitkan dalam Systems Engineering pada Desember 2023, menyoroti bahwa meskipun GDAD menawarkan banyak manfaat, ada kesenjangan signifikan dalam literatur terkait penerapan AEA yang dapat memecahkan masalah komunikasi dalam lingkungan pengembangan terdistribusi. Dalam studi ini, ditemukan bahwa AEA memiliki peran penting dalam memperbaiki komunikasi tim, meningkatkan kualitas perangkat lunak, dan menjaga agar proyek tetap berjalan sesuai jadwal meskipun ada tantangan anggaran.Â
Data yang dikumpulkan dari 12 wawancara dan observasi langsung menunjukkan bahwa AEA dapat memberikan pemahaman bersama bagi tim yang terpisah secara geografis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan AEA dalam GDAD dapat menurunkan kegagalan proyek hingga 30% dan meningkatkan kualitas perangkat lunak hingga 25% (Alzoubi & Mishra, 2024). Temuan ini memberikan wawasan penting bagi perusahaan yang ingin mengoptimalkan proyek pengembangan perangkat lunak mereka di tengah tantangan lingkungan kerja global yang semakin kompleks.
Pengembangan perangkat lunak agile terdistribusi (GDAD) bukanlah tanpa masalah, terutama ketika komunikasi antar tim menjadi penghalang utama keberhasilan. Dalam penelitian oleh Alzoubi dan Mishra (2024), ditemukan bahwa masalah komunikasi adalah tantangan terbesar yang dihadapi tim GDAD, dengan persentase kegagalan proyek mencapai 40% pada beberapa organisasi besar. Meskipun teknologi komunikasi modern telah membantu mengurangi sebagian dari masalah ini, artikel tersebut mengungkapkan bahwa penerapan Agile Enterprise Architecture (AEA) memberikan solusi yang lebih efektif dalam meningkatkan kualitas komunikasi serta kinerja proyek secara keseluruhan.
Salah satu temuan penting adalah bahwa AEA memungkinkan tim yang terpisah secara geografis untuk berbagi artefak arsitektural, seperti diagram dan model, yang berfungsi sebagai "boundary objects." Ini adalah alat komunikasi visual yang dapat digunakan oleh berbagai tim lintas budaya dan waktu untuk memahami kompleksitas teknis dan bisnis proyek yang sedang mereka kerjakan.Â
Dengan adanya "boundary objects" ini, tim dapat lebih mudah berkoordinasi tanpa harus melakukan perjalanan fisik yang mahal. Dalam penelitian tersebut, tercatat bahwa penggunaan AEA berhasil mengurangi biaya perjalanan antar tim hingga 20%, yang sebelumnya diperlukan untuk meningkatkan pemahaman tim yang tersebar.
Lebih lanjut, AEA juga berperan dalam meningkatkan fungsionalitas dan kualitas perangkat lunak. Menurut Alzoubi dan Mishra, perusahaan yang menerapkan AEA melihat peningkatan kualitas perangkat lunak hingga 25% karena adanya konsistensi dalam desain arsitektural yang diterapkan di seluruh tim.Â
Selain itu, fungsionalitas perangkat lunak yang dikembangkan oleh tim terdistribusi yang mengadopsi AEA mengalami peningkatan sekitar 15%. Ini menunjukkan bahwa AEA tidak hanya membantu dalam komunikasi, tetapi juga dalam menjaga integritas desain dan fungsionalitas proyek perangkat lunak.
Namun, perlu dicatat bahwa meskipun AEA dapat meningkatkan kinerja proyek dalam hal kualitas dan komunikasi, penelitian juga menunjukkan adanya kompromi pada anggaran proyek. Alzoubi dan Mishra mencatat bahwa penggunaan AEA dapat menyebabkan kenaikan biaya proyek hingga 10% karena implementasi awal yang lebih rumit dan memerlukan waktu lebih lama. Meskipun demikian, para penulis menyarankan bahwa biaya ini merupakan investasi jangka panjang yang sepadan, mengingat potensi penghematan di masa depan dari pengurangan kegagalan proyek dan peningkatan kinerja.Â
Dari penelitian Alzoubi dan Mishra (2024), jelas terlihat bahwa penerapan Agile Enterprise Architecture (AEA) memberikan solusi strategis untuk mengatasi tantangan dalam pengembangan perangkat lunak agile terdistribusi (GDAD). Meskipun ada peningkatan biaya awal hingga 10%, manfaat jangka panjang yang dihasilkan, seperti peningkatan kualitas perangkat lunak hingga 25% dan penurunan kegagalan proyek hingga 30%, menjadikan AEA sebagai investasi yang sangat berharga.Â
Dengan AEA, perusahaan tidak hanya mampu meningkatkan komunikasi dan kolaborasi antar tim yang terpisah secara geografis, tetapi juga menjaga konsistensi dalam fungsionalitas dan kualitas perangkat lunak. Oleh karena itu, perusahaan yang beroperasi di lingkungan GDAD disarankan untuk mempertimbangkan implementasi AEA sebagai bagian dari strategi pengembangan mereka, terutama jika mereka ingin bersaing dalam dunia digital yang semakin global dan kompleks.Â
Namun, penting bagi organisasi untuk memahami bahwa penerapan AEA bukanlah solusi instan. Diperlukan pelatihan, komitmen, dan adaptasi yang berkelanjutan dari tim teknis untuk benar-benar mendapatkan manfaat penuh dari pendekatan ini. Dengan demikian, organisasi harus siap untuk berinvestasi dalam edukasi dan pelibatan seluruh tim dalam proses implementasi AEA. Secara keseluruhan, AEA adalah alat yang kuat untuk menciptakan sinergi di antara tim-tim terdistribusi dan memaksimalkan potensi agile development di skala global.
Referensi
Alzoubi, Y. I., & Mishra, A. (2024). Enterprise architecture contribution in distributed agile software development. Systems Engineering, 27(3), 570--584. https://doi.org/10.1002/sys.21739 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H