Meskipun saya telah menarik kerah, merobek jas, bahkan mencengkram kaki,
“Sepatu yang indah” itu yang saya pikirkan saat melihat kebawah, sambil berdarah,
“Sepatu yang mengkilap hitam, seperti hatinya.”
Kapan anda akan menengok ke sini, tuan?
Tidak, saya sebenarnya tinggi, melambung jauh diatas anda yang sibuk mempertimbangkan “Bagaimana kalau?”
Saya sudah diatas, saat itu dan saat ini.
Silahkan kembali nikmati roti panggang dan kopi hangat anda itu, sambil kembali mempertimbangkan “Bagaimana kalau?”
Seribu kalipun jika dipikirkan, tidak mengantikan setiap detik penderitaannya.
Terima kasih, saya sudah pergi jauh-jauh hari
Peperangan sudah selesai, pameran sudah selesai.
Katakan nanti pada Tuhan nanti bahwa kini andalah yang membawa sekantung keputus asaan.