Mohon tunggu...
Marselia Ika
Marselia Ika Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis lepas

Introvert yang senang menulis, mendengarkan musik dan mengamati.

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Bisikan Tengah Malam

15 Juni 2023   10:34 Diperbarui: 15 Juni 2023   10:47 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Percakapan antara 2 orang itu terdengar jelas di telingaku walau suaranya lirih seperti bisikan. Di antara bilik-bilik toilet umum, aku masih menuntaskan hajat. Perutku sedang tak bersahabat, meminta dibawa ke bangunan angker ini pada pukul 2 dini hari.

Aku terdiam, berusaha menajamkan telinga untuk mendengar lebih jelas lagi.

Namun, hening yang menyapa. Tidak ada suara. Kemudian gemerisik kucuran air terdengar. Siapa disana pikirku?

Tahun 2010, aku menempati mess putri bersama ratusan karyawan wanita lainnya. Mess putri terbagi menjadi beberapa bangunan 2 tingkat yang disebut blok.

1 Blok terdiri atas 16 kamar, dengan 8 kamar di setiap lantainya. Di setiap 2 blok ada bangunan MCK (Mandi Cuci Kakus) untuk karyawan, letaknya persis di tengah untuk memudahkan karyawan menggapainya.

Sayangnya diantara banyaknya blok, aku mendapatkan blok mess B. Tidak ada apa-apa sebenarnya di blok ini, tetapi beda cerita dengan blok di sebelahnya, blok A.

Bangunan ini lebih sering kosong, karena digunakan untuk karyawan masa pelatihan atau magang. Jika tidak ada karyawan baru, maka bangunan ini kosong melompong.

Lalu, bangunan khusus MCK yang praktis digunakan saat karyawan akan menuntaskan hajat atau membersihkan diri. Bangunan ini hanya ramai di pagi dan sore hari, saat karyawan bersiap atau pulang kerja. Bahkan saat siang hari saja, hanya ada petugas kebersihan yang sekali-kali menguras air dari bak mandi berukuran super besar itu.

Perpaduan antara bangunan kosong serta kamar mandi yang gelap dan lembab, pas sekali untuk menciptakan nuansa mistis dan mitos-mitos horor berkembang diantara karyawan. Ditambah lagi dengan pohon-pohon tua di sepanjang jalan. Mantap membuat bulu kuduk merinding.

Sedikit diantara kami yang berani ke wc itu sendirian, apalagi saat malam datang. Mungkin ini yang menyuburkan ketakutan dalam diri semakin membesar. 

Aku tengah tidur ketika perutku bergejolak, terasa diaduk-aduk, dan mengajak melipir ke bangunan di sebelah itu. Membayangkannya saja sudah malas.

Aku mencoba menahannya, mungkin esok pagi saja, minimal tunggu adzan subuh berkumandang.

Namun, perutku punya niat tersendiri, rasa mules makin menjadi-jadi. Mau tak mau, aku terpaksa membangunkan teman sekamarku yang terdekat, Ayu.

1 kamar ini diisi oleh 4 orang, dengan 2 ranjang tingkat.

"Yu, yu, bangun." Kutepuk-tepuk pelan tangannya.

Ayu mengerjapkan mata perlahan-lahan.

"Ada apa?"

"Temenin ke wc yuk, mules banget nih."

"Hoammm." Ayu mengulet sebentar, lalu mengambil hp dan melihat jam.

"Jam 2?" tanyanya memastikan. Aku nyengir saja menjawabnya.

"Gak bisa besok? abis adzan gitu, Ka."

"Sakit perut nih, Yu. Mules banget. Ayo temenin bentar aja."

Akhirnya, Ayu dengan segala kebaikan hatinya bangkit dan menemaniku. Ia mengambil ember berisi tumpukan baju kotornya dan mulai berjalan bersamaku.

Begitu memasuki bangunan MCK, aku dengan cepat masuk ke salah satu bilik toilet. Sementara Ayu menuju kamar mandi dengan embernya.

Perhatianku terkuras habis pada perutku yang mules hingga tidak terlalu mengindahkan apapun disekitarku.

Suara gemericik air mengalir terdengar jelas, pasti Ayu menyalakan keran air. Tak lama kemudian, terdengar jelas suara Oci, teman sekamar kami yang lain. Sedang mengobrol dengan Ayu.

"Apa Oci menyusul kami kemari? Tapi langkah kakinya tidak terdengar di belakang tadi." batinku sempat bertanya.

Namun, aku mencoba berpikir positif, mungkin kami buru-buru tadi, jadi tidak menyadari ada Oci di belakang.

Pikiranku agak tenang, mengetahui Ayu memiliki teman di kamar mandi sana. Aku pun tak terburu-buru menuntaskan hajat.

Setelah urusanku selesai, dengan santai aku melangkah ke arah kamar mandi, menemui Ayu dan Oci. 

Namun, begitu sampai disana, hanya ada Ayu yang tengah menepikan ember rendaman cuciannya. Tidak ada orang lain. Aku celingukan ke kiri dan kanan. Kosong.

Hening, tidak ada yang berbicara diantara kami, hanya gemericik air kran yang mengalir. 

Sekali lagi, aku berpikiran positif, mungkin Oci sudah kembali ke mess. Ayu melihatku, lalu berkata,

"Udah?"

Aku mengangguk mengiyakan.

"Balik yuk." ajaknya. Kami pun segera meninggalkan bangunan khusus MCK antara mess putri ini.

Butuh 3 menit untuk sampai ke kamar kami. Tidak ada yang tertarik berbicara di sepanjang jalan. Jembatan kayu penghubung bangunan mess dan MCK sekali-kali berderit saat kami tinjak.

Pohon-pohon besar dan tua membuat perjalanan 3 menit terasa seperti 3 jam. Untung saja pihak perusahaan berbaik hati menyediakan lampu penerang jalan.

Ayu yang biasanya cerewet kini tertunduk diam dan berjalan dalam senyap. Aku yang memang irit bicara, hanya melihat ke bawah.

Hilang nyaliku untuk melihat deretan kamar-kamar atau pohon di sisi jalan. 

Ketika kamar kami terlihat, Ayu tampak menghela napas lega. Aku dengan cepat membuka pintu.

Mataku membelalak kaget melihat Oci tengah tertidur pulas di ranjangnya. Di kamar mandi tadi jelas sekali suara Oci dan Ayu. 

"Yu, tadi di kamar mandi ada Oci 'kan?" tanyaku mencoba memastikan.

"Hah? Gak ada lah. Aku cuma sendiri kok disana, makanya aku nyalain keran air, biar gak sepi. Kamu pake lama lagi di wc, aku merinding tahu." ujarnya.

Deg!

"Ah, yang benar? Bukannya tadi kamu sempat ngobrol sama Oci di kamar mandi? Aku dengar kok suara kalian dari wc."

"Gak ada, sumpah!" 

"Udah ah, tidur aja yuk, ntar siang aja kalau mau lanjut ngomongnya." lanjut Ayu sembari cepat melangkah ke kasurnya. 

Masih diliputi rasa penasaran, esok paginya aku bertanya langsung kepada Oci.

"Ci, tadi malam kamu ada ke kamar mandi gak?"

"Gak ada, idih amit-amit, jangan sampai malam-malam aku ke kamar mandi situ. Serem tahu. Lebih bagus ke kamar mandi luar yang dekat pos satpam. Masih ada orang disana."   

"Beneran? Aku dengar suaramu loh tadi malam disana."

"Kamu sendirian ke kamar mandi?"

"Sama Ayu. Iya 'kan, Yu?"

"Iya, benar. Tapi, gak ada Oci. Aku aja masuk ke kamar mandi langsung merinding loh, rasanya pengen cepat keluar."

"Aku dengar jelas sekali loh, suara Oci sama kamu, Yu. Kalian berdua lagi ngobrol, maka itu aku tenang-tenang saja di wc."

"Kamu gak baca doa ya, pas masuk wc?" todong Oci.

"Hehehe... iya, lupa. Habis perutku udah mules sekali sih."

"Pantes. Udah tahu bangunan disini gedung tua semua, jangan lupa banyak-banyak doa. Nanti kayak si ucil tuh, kerasukan."

Sejujurnya, aku masih penasaran. Apa pendengaranku yang salah atau memang makhluk sebelah yang membisiki telingaku malam tadi.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun