Suasana pasar akan semakin padat setelah adzan subuh berkumandang. Para pemilik rumah makan atau pekerja restoran berbelanja untuk mengisi stok dapur, tak ketinggalan ibu-ibu rumah tangga juga banyak yang mulai berdatangan ke pasar.
Pasar pagi hari padat oleh pembeli, lorong pasar yang tidak begitu besar akan macet jika arco atau becak melintas.
Pukul 7 pagi, para buruh angkut ini sudah beristirahat. Mereka turun ke pasar dari malam hari, berebut sesama buruh untuk mengangkut hasil kebun dari mobil-mobil atau dari toko-toko ke mobil pedagang.
Menukar malam menjadi siang, berapa penghasilan mereka? Seorang pemuda berkata ia mendapat 250 ribu satu malam, dan berkata,
“Sekarang sepi, kak. Banyak pesaingnya, orang-orang dari kampung datang, jadi tukang arco juga. Dulu satu hari bisa dapat 1 juta, sekarang 300 ribu susah.” ujarnya.
Namun, ia mengaku lebih senang turun di pagi hari, karena yang menggunakan jasanya lebih royal. Para pelanggannya di malam hari akan membayar 5-10 ribu dalam sekali angkut, sedangkan pembeli di pagi hari hari bisa memberikan 20/30 ribu.
Sayangnya, tidak setiap pengunjung pasar pagi membutuhkan arco, mereka hanya berbelanja untuk kebutuhan dapur biasa. Berbeda dengan para pelanggannya di malam hari.
Memasuki pukul 08.00 pagi, mayoritas pedagang malam sudah pulang, yang belum pulang biasanya menunggu boss kebun datang menagih. Rata-rata dari mereka tidak mau berhutang terlalu lama.
Sementara kios-kios besar di pasar akan buka sampai jam 1 siang atau jam 5 sore nanti. Menanti sales dan kiriman barang datang dari distributor.
Pedagang pun tetap ada, kebanyakan penjual sayur dan buah. Meski jumlahnya tidak sebanyak di pagi atau malam hari, mereka bergantian mengisi lapak.
Tidak hanya pedagang dan buruh. Tukang sampah pun mendapat berkah, sayur-sayur yang berjatuhan bisa menjadi pakan ternak, dijual murah ke peternak.