Ingin sekali Lia bertanya, mengapa ibu tahan menikah puluhan tahun dengan bapak? Tetapi ia tidak tega melihat wajah lelah ibunya.
Bapak tidak pernah main tangan pada ibunya, hanya perkataannya saja yang menusuk hati. Mungkin itu yang membuat ibu bertahan, dia bisa saja mendapat pria yang lebih buruk lagi.
“Masakan ibu enak, makasih ya.”
“Ah, kamu. Ibu kira mau ngomong apa. Sudah habisin makanannya, langsung tidur ya, dek. Udah malam, jangan begadang.”
Setahun kemudian Bapak jatuh sakit, semua makanan yang masuk selalu dimuntahkan, dokter memvonisnya terkena penyakit liver.
Bapak tidak mau dirawat di rumah sakit, memilih rawat jalan dan beristirahat di rumah.
Saat itu Lia sudah menyelesaikan ujian akhir, tak perlu datang ke sekolah. Orang-orang berkata dia bisa membantu ibu merawat bapak, tetapi bagi Lia itu hari-hari yang berat seperti mimpi buruk yang tak kunjung usai.
“Lia! LIA!”
Kadang lia berpikir bapak itu sehat, mana ada orang sakit yang mampu berteriak sekeras itu.
“Ada apa, pak?”