Mohon tunggu...
Huidiantono
Huidiantono Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Tomorrow Will Be Better

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengaruh Sosial Budaya Dalam Pendidikan Kristen di Lingkungan Etnis Tionghoa

25 November 2021   13:16 Diperbarui: 25 November 2021   13:23 1353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pendahuluan

Manusia ada dalam kebudayaan, dan keduanya secara bersama-sama menyusun kehidupan, kemudian berkomunitas dalam sosial budaya menjadi masyarakat. Dengan demikian manusia menciptakan, menumbuhkan dan mengembangkan kebudayaan. Tidak ada manusia tanpa kebudayaan, dan sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa manusia (Khoe Yao Tung, 2021). Kebudayaan adalah strategi hidup manusia di dalam masyarakatnya, sehingga dapat bertahan untuk hidup di lingkungan sosial, budaya dan alamnya. Strategi ini harus dipelajari sehingga manusia dapat menguasainya untuk dijadikan miliknya secara turun temurun melalui proses belajar (Pilemon Bukit, 2019). 

 

Cara paling efektif lewat proses belajar yang terus berjalan, merupakan proses pendidikan yang terwujud dalam keluarga dan sekolah sebagai komunitas belajar. Sekolah menjadi tempat yang sangat penting berperan dalam memelihara dan melestarikan kebudayaan dalam masyarakat. Kebudayaan yang lestari hanya mungkin terjadi jika generasi mudanya mau menjadi generasi penerus dalam menerima dan mentransfer nilai-nilai budayanya (Evi Rizqi Salamah, 2018). Karena itu, pendidikan dan kebudayaan erat hubungannya dan saling terkait, karena dengan pendidikan bisa membentuk manusia yang berbudaya, dan dengan budaya bisa menuntun manusia untuk hidup yang sesuai dengan aturan atau norma yang dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan (Normina, 2017).

 

Karena itu, sosial budaya menjadi bagian terpenting dari kajian dan sekaligus tujuan pelaksanaan pendidikan. Pendidikan secara filosofi bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, dan tujuan pelaksanaan aturan sosial budaya juga untuk kesejahteraan hidup manusia (Siti Masitoh Sinaga, 2013). Sosial budaya juga menjadi modal dasar bagi pendidikan untuk mengembangkan kebudayaan nasional dalam pendidikan berbasis komunitas melalui tranformasi pedagogik yaitu pendidikan multikultural dan karakter (Abdul Kadir, 2012).

 

Namun demikian, dunia atau masyarakat terus mengalami perubahan sosial yang terjadi pada struktur dan fungsi dalam sistem sosial, yang mana termasuk di dalamnya aspek kebudayaan dengan nilai-nilai, norma, kebiasaan, kepercayaan, tradisi, sikap, dan pola tingkah laku dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial ini memberikan pengaruh terhadap pendidikan sehingga terjadi transformasi pemikiran dalam pendidikan, seiring dengan perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat, pendidikan juga mengalami perubahan (Ahmad Wahib, 2019).

 

Karena itu, tulisan ini akan melihat lebih khusus pengaruh sosial budaya dalam pendidikan Kristen di lingkungan Etnis Tionghoa di Indonesia. Kita akan mengamati pengaruh sosial budaya ini dalam tiga wujud kebudayaan. Pertama, sistem budaya sebagai satu kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan, adat istiadat dan lain sebagainya yang hidup dan berlaku di tengah masyarakat di mana kebudayaan itu berada. Sistem budaya ini adalah cara pandang atau wawasan dunia dari masyarakatnya. Kedua, sistem sosial merupakan kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dalam masyarakatnya yang bersifat nyata dan konkrit, sehingga dapat diamati dan didokumentasikan. Ketiga, benda-benda budaya adalah hasil karya, rasa dan cipta manusia. Wujud ini konkrit, sehingga bisa diraba, dipegang, dilihat dan difoto. Ketiga wujud kebudayaan ini tidak terpisahkan (Koentjaraningrat, 1985).

 

Sosial Budaya dan Etnis Tionghoa

 

Etnis Tionghoa merupakan bagian dari keragaman bangsa Indonesia yang sudah ada lama sebelum kemerdekaan dan sudah merupakan bagian integral bangsa Indonesia (Egie Ferlando dan Ragil Agustono, 2018). Etnis Tionghoa Indonesia terlihat memiliki kesatuan seperti yang tercermin dalam filosofi budaya Tionghoa. Namun dibalik kesatuan tersebut tersimpan perbedaan yang seringkali membuat anggotanya menunjukkan perbedaan tersebut lewat representasi identitas budaya. Perbedaan identitas budaya tersebut diantaranya dipengaruhi oleh dialek, wilayah domisili dan marga. Identitas budaya Etnis Tionghoa Indonesia juga tidak tetap melainkan berubah. Perubahan ini dipengaruhi oleh politik atau kekuasaan dan kebudayaan lain seperti kebudayaan Barat dan kebudayaan Asia lainnya (Simphony Akelba Christian, 2017).

 

Sistem budaya atau wawasan dunia Etnis Tionghoa sangat dipengaruhi oleh filsafat Kong Hu Cu yang pada dasarnya lebih menekankan pada masalah manusia dan kehidupan di dunia ini. Ajaran-ajarannya lebih banyak membahas masalah pendidikan moral. Konsepsi-konsepsi yang mendasar dalam ajaran filsafat dan dalam pendidikannya adalah sebagai berikut: Li (tata karma/etiket/budi pekerti), Tao (jalan/cara),  Jen (perikemanusiaan), Chun Tzu (manusia bijak), Cheng Ming (penyesuaian nama), dan Hsiao (bakti anak). Dengan wawasan ini Etnis Tionghoa memiliki semangat dan moralitas yang tinggi serta setiap orang memiliki kesempatan untuk dapat menerima pendidikan yang sama. Keluarga merupakan sarana yang paling efektif dalam proses pewarisan budaya belajar, karena komunikasi dengan anggotanya sedemikian intens. Nilai-nilai, norma, adat dan kebiasaan diberikan secara langsung. Anak diajari bersikap, berbicara dan berperilaku seperti yang diterima masyarakat.[11] Selain itu, nilai-nilai budaya yang sangat menonjol pada masyarakat Etnis Tionghoa adalah nilai-nilai wirausaha dengan lima karakteristik, yaitu: percaya diri, berorientasikan tugas dan hasil, berani mengambil resiko, orisinalitas dan berorientasi ke masa depan. Nilai budaya yang menonjol berikutnya adalah ketaatan terhadap tradisi atau adat istiadat sebagai sistem sosial masyarakat Etnis Tionghoa (Irwan, 2018).

 

Sistem sosial atau tradisi Etnis Tionghoa yang diturunkan dari generasi ke generasi melalui pengalaman penulis sebagai Tionghoa "peranakan" Pontianak yaitu: perayaan hari raya tahunan (Imlek, Cap Goh Meh, Makan Kue Bulan, Makan Ondel, Sembayang Kuburan/Cheng Beng), upacara akil balik pada remaja umur 17 tahun, prosesi pernikahan dan kematian. Kemudian Etnis Tionghoa dalam proses akulturasi budaya juga belajar dan menguasai bahasa Indonesia dan tetap menghargai bahasa Tionghoa. Ini menunjukkan Etnis Tionghoa mengintegrasikan diri ke dalam masyarakat Indonesia, dengan tetap menjaga identitasnya. Jajak pendapat menunjukkan Etnis Tionghoa "peranakan" 100% dapat berbahasa Indonesia (Alfa Khasanah, 2018).

 

Akulturasi budaya Tionghoa dengan budaya lokal di Indonesia juga menghasilkan benda-benda budaya yang sangat beragam terlihat dalam heterogenitas Etnis Tionghoa di Indonesia. Hal ini tampak di banyak aspek, mulai dari busana, kosakata (seperti dialek Betawi yang banyak menyerap kosakata Hokkien), wawasan kuliner (bakmi, bakso, bakpao, kwetiau, dan lain-lain), pertunjukan seni (seperti barongsai---kata barong berasal dari figur mitologis di Bali dan Jawa, dan sai dalam dialek Hokkien berarti 'singa'). Secara umum di era pasca-Reformasi, setidaknya di tingkat wacana mengenai penghargaan terhadap keragaman dan kekayaan budaya Nusantara, tradisi Cina kini relatif mendapat keleluasaan untuk tampil di ruang publik (Ira Chuarsa, 2021).

 

Pengaruh Sosial Budaya dalam Pendidikan Kristen di Lingkungan Etnis Tionghoa

 

Pendidikan Kristen yang berdasarkan Alkitab akan membawa interaksi di antara budaya Kristen dan budaya Etnis Tionghoa di tengah masyarakat Etnis Tionghoa. Kebudayaan memang berasal dari manusia dengan tujuan mensejahterakan manusia selama hidupnya di dunia ini, sementara Alkitab atau Firman Tuhan itu datang dari Tuhan dengan tujuan mensejahterakan manusia selama hidupnya di dunia ini dan sampai selamanya (Pilemon Bukit, 2019). Dalam hal ini pendidikan Kristen dengan esensi iman Kristen membawa kebudayaan manusia yang sudah tercemari dosa kembali kepada Tuhan yang benar dan mulia melalui karya penebusan Kristus yang mentransformasi masyarakat dengan kebudayaannya (Sundoro Tanuwidjaja dan Samuel Udau, 2020). Sekolah Kristen dengan budaya Kristen akan memberikan pengaruh lewat pendidikan Kristen melalui proses belajar dan penginjilan yang terjadi dengan menciptakan budaya Etnis Tionghoa yang baru lewat karya penebusan Allah.

 

Peran sekolah Kristen dengan visi dan misi berdasar kebenaran firman Tuhan dalam Alkitab menjadi penting karena membawa pendidikan Kristen yang bertujuan mengenalkan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat dunia, sumber kebenaran, sumber hikmat dan pengetahuan. Sekolah Kristen juga ditunjang dengan filsafat pendidikan Kristen yang memiliki sentralitas Alkitab dengan wawasan dunia yang melihat manusia diciptakan dalam gambar rupa Allah, tetapi telah jatuh dalam dosa dan kemudian ditebus dalam Kristus Yesus sehingga manusia memahami panggilan hidupnya di dunia . Dengan demikian, pendidikan Kristen adalah rencana Tuhan dalam mempersiapkan generasi mendatang untuk mengembangkan God-centered worldview dalam berpikir serta bertindak menurut rencana Allah sesuai narasi maha besar Allah dalam skenario Creation-Fall-Redemption-Fullfillment (Consummation) (Khoe Yao Tung, 2015). Hal ini tentu saja memberikan pengaruh bagi sistem budaya Etnis Tionghoa dengan filsafat Kong Hu Cu yang hanya pada tataran moral dalam relasi sesama manusia (respon terhadap wahyu umum), tetapi tidak menjangkau Allah di dalam Kristus dalam relasi manusia dan Allah (wahyu khusus).

 

Sekolah Kristen sebagai komunitas belajar memberikan suatu sistem sosial melalui proses belajar murid dengan kurikulum yang mengintegrasikan iman Kristen dan ilmu pengetahuan serta hidden curriculum dalam budaya kerja, etika dan pengambilan keputusan yang belandaskan prinsip Alkitab (Khoe Yao Tung, 2015). Kemudian penerapan budaya Kristen dalam kepemimpinan guru di lingkungan sekolah Kristen yang bukan hanya mentranfer ilmu tetapi juga memberi pengaruh dan mentransformasi siswa melalui pengajaran dan memberi teladan dari budaya hidup sesuai nilai-nilai Alkitabiah bagi siswa yang berpotensi menjadikan siswa sebagai pribadi bukan hanya berkognitif yang baik tapi juga memiliki afektif dan psikomotorik yang positif (Heryanto, 2018). Dan yang paling penting adalah siswa yang takut akan Tuhan dengan wawasan Alkitabiah sehingga cakap dalam menghadapi segala tantangan dan perubahan dunia yang dihadapi.

 

Penutup

 

Pengaruh sosial budaya dalam pendidikan Kristen di lingkungan Etnis Tionghoa Indonesia dapat terlihat dengan kehadiran sekolah Kristen dengan visi dan misi yang bermandat Injil dan misional dan filsafat pendidikan Kristen dengan wawasan Alkitabiah yang terlaksana dalam kurikulum yang mengintegrasikan iman Kristen dengan ilmu pengetahuan. Selain itu juga ada guru-guru Kristen yang berdedikasi dalam penggilan untuk bukan hanya mengajar dan berbagi ilmu untuk kehidupan dunia ini kepada siswanya, tetapi juga membagikan iman Kristen yaitu Injil Kristus yang menyelamatkan bagi kehidupan kekal siswa-siswi yang dikasihi.

 

 

Daftar Pustaka

 

Bukit, Pilemon. "Pandangan Kristen Tentang Kebudayaan dan Adat Istiadat di dalamnya." Sotiria: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol. 2 No. 1 (Juni 2019) 2-3.

Christian, Simphony Akelba. "Identitas Orang Tionghoa di  Indonesia." Jurnal Cakrawala Mandarin Vol.1 No.1 (April 2017) 11.

Chuarsa, Ira. Menafsir Ulang Hubungan Tradisi Cina dan Kekristenan di Indonesia. https://crcs.ugm.ac.id/menafsir-ulang-hubungan-tradisi-cina-dan-kekristenan-di-indonesia/ diunduh 22 November 2021.

Ferlando, Egie dan Ragil Agustono. "Eksistensi Orang Tionghoa dalam Bidang Sosial dan Budaya di Indonesia Tahun 1966 -- 2016." Jurnal Swarnadwipa Vol. 2 No. 3 (2018) 222.

Heryanto. "Signifikansi Nilai Budaya Kristen Dalam Kepemimpinan Guru Di Lingkungan Sekolah Kristen." Generasi Kampus Vol. 11 No. 1 (2018) 13.

Irwan. "Pendidikan Etnis Tionghoa di Kota Makassar." Fajar Historia Vol. 2 No. 1 (Juni 2018) 20-23.

Kadir, Abdul. "Pengaruh Kondisi Sosial Budaya Terhadap Pendidikan dan Peranan Pendidikan dalam Pembangunan Kebudayaan Nasional." Nuansa: Jurnal Ilmiah Pendidikan Vol. I No. 1 (2012) 25-26.

Khasanah, Alfa. "Eksistensi Etnis Tionghoa di Era Globalisasi." Jurnal Kewarganegaraan Vol. 2 No. 2 (Desember 2018) 27-28.

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru, 1985.

Normina. "Pendidikan Dalam Kebudayaan." Ittihad Jurnal Vol. 15 No.28 (Oktober 2017) 17.

Salamah, Evi Rizqi. "Pengaruh Kultur Sosial Terhadap Sistem Pendidikan." Proceeding of ICECRS Vol. 1 No. 3 (2018) 163.

Sinaga, Siti Masitoh. "Hubungan Pendidikan Dengan Sosial Budaya." Prosiding Seminar Internasional Pendidikan Global I: Relasi Antara Dunia Sosial Budaya  (2013) 165.

Tanuwidjaja, Sundoro dan Samuel Udau. "Iman Kristen dan Kebudayaan." Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia Vol.1 No.1 (2020) 1.

Wahib, Ahmad. "Dampak Perubahan Sosial Budaya Pada Pendidikan." Jurnal Paradigma Vol. 7 No.1 (April 2019) 54-55.

Wulandari, Kristina dan Bunyamin Maftuh. "Transformasi Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Etnis Tionghoa Sebagai Sumber Pembelajaran IPS: Studi Kasus di Desa Sewan Kota Tangerang." Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial Vol. 25 No. 1 (Juni 2016) 1.

Yoa Tung, Khoe. Pendidikan Dalam Konteks Budaya. Tidak diplublikasi. Bahan Mata Kuliah Konteks Budaya dan Regulasi Pendidikan Nasional: Program M.Pd. Sekolah Tinggi Teologi Bandung, 2021

Yao Tung, Khoe. Menuju Sekolah Kristen Impian Masa Kini. Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2015.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun