Mohon tunggu...
Huidiantono
Huidiantono Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Tomorrow Will Be Better

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengaruh Sosial Budaya Dalam Pendidikan Kristen di Lingkungan Etnis Tionghoa

25 November 2021   13:16 Diperbarui: 25 November 2021   13:23 1353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sosial Budaya dan Etnis Tionghoa

 

Etnis Tionghoa merupakan bagian dari keragaman bangsa Indonesia yang sudah ada lama sebelum kemerdekaan dan sudah merupakan bagian integral bangsa Indonesia (Egie Ferlando dan Ragil Agustono, 2018). Etnis Tionghoa Indonesia terlihat memiliki kesatuan seperti yang tercermin dalam filosofi budaya Tionghoa. Namun dibalik kesatuan tersebut tersimpan perbedaan yang seringkali membuat anggotanya menunjukkan perbedaan tersebut lewat representasi identitas budaya. Perbedaan identitas budaya tersebut diantaranya dipengaruhi oleh dialek, wilayah domisili dan marga. Identitas budaya Etnis Tionghoa Indonesia juga tidak tetap melainkan berubah. Perubahan ini dipengaruhi oleh politik atau kekuasaan dan kebudayaan lain seperti kebudayaan Barat dan kebudayaan Asia lainnya (Simphony Akelba Christian, 2017).

 

Sistem budaya atau wawasan dunia Etnis Tionghoa sangat dipengaruhi oleh filsafat Kong Hu Cu yang pada dasarnya lebih menekankan pada masalah manusia dan kehidupan di dunia ini. Ajaran-ajarannya lebih banyak membahas masalah pendidikan moral. Konsepsi-konsepsi yang mendasar dalam ajaran filsafat dan dalam pendidikannya adalah sebagai berikut: Li (tata karma/etiket/budi pekerti), Tao (jalan/cara),  Jen (perikemanusiaan), Chun Tzu (manusia bijak), Cheng Ming (penyesuaian nama), dan Hsiao (bakti anak). Dengan wawasan ini Etnis Tionghoa memiliki semangat dan moralitas yang tinggi serta setiap orang memiliki kesempatan untuk dapat menerima pendidikan yang sama. Keluarga merupakan sarana yang paling efektif dalam proses pewarisan budaya belajar, karena komunikasi dengan anggotanya sedemikian intens. Nilai-nilai, norma, adat dan kebiasaan diberikan secara langsung. Anak diajari bersikap, berbicara dan berperilaku seperti yang diterima masyarakat.[11] Selain itu, nilai-nilai budaya yang sangat menonjol pada masyarakat Etnis Tionghoa adalah nilai-nilai wirausaha dengan lima karakteristik, yaitu: percaya diri, berorientasikan tugas dan hasil, berani mengambil resiko, orisinalitas dan berorientasi ke masa depan. Nilai budaya yang menonjol berikutnya adalah ketaatan terhadap tradisi atau adat istiadat sebagai sistem sosial masyarakat Etnis Tionghoa (Irwan, 2018).

 

Sistem sosial atau tradisi Etnis Tionghoa yang diturunkan dari generasi ke generasi melalui pengalaman penulis sebagai Tionghoa "peranakan" Pontianak yaitu: perayaan hari raya tahunan (Imlek, Cap Goh Meh, Makan Kue Bulan, Makan Ondel, Sembayang Kuburan/Cheng Beng), upacara akil balik pada remaja umur 17 tahun, prosesi pernikahan dan kematian. Kemudian Etnis Tionghoa dalam proses akulturasi budaya juga belajar dan menguasai bahasa Indonesia dan tetap menghargai bahasa Tionghoa. Ini menunjukkan Etnis Tionghoa mengintegrasikan diri ke dalam masyarakat Indonesia, dengan tetap menjaga identitasnya. Jajak pendapat menunjukkan Etnis Tionghoa "peranakan" 100% dapat berbahasa Indonesia (Alfa Khasanah, 2018).

 

Akulturasi budaya Tionghoa dengan budaya lokal di Indonesia juga menghasilkan benda-benda budaya yang sangat beragam terlihat dalam heterogenitas Etnis Tionghoa di Indonesia. Hal ini tampak di banyak aspek, mulai dari busana, kosakata (seperti dialek Betawi yang banyak menyerap kosakata Hokkien), wawasan kuliner (bakmi, bakso, bakpao, kwetiau, dan lain-lain), pertunjukan seni (seperti barongsai---kata barong berasal dari figur mitologis di Bali dan Jawa, dan sai dalam dialek Hokkien berarti 'singa'). Secara umum di era pasca-Reformasi, setidaknya di tingkat wacana mengenai penghargaan terhadap keragaman dan kekayaan budaya Nusantara, tradisi Cina kini relatif mendapat keleluasaan untuk tampil di ruang publik (Ira Chuarsa, 2021).

 

Pengaruh Sosial Budaya dalam Pendidikan Kristen di Lingkungan Etnis Tionghoa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun