Mohon tunggu...
Hugo Boedisoekrijo
Hugo Boedisoekrijo Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - SMA Kolese Kanisius Jakarta || CC'25

I love anime

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Toleransi Bak Membalik Telapak Tangan

15 November 2024   21:12 Diperbarui: 15 November 2024   21:22 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ekskursi ini menekankan bahwa kunjungan ke tempat ibadah yang berbeda bukanlah sekadar "login" atau pengalaman sementara yang dangkal, melainkan sebuah kesempatan untuk memahami lebih dalam kepercayaan dan nilai-nilai yang dipegang oleh umat agama lain. 

Dengan belajar langsung dan berinteraksi di tempat ibadah yang berbeda, para peserta memahami bahwa menghargai keragaman agama bukan berarti mencampuradukkan keyakinan atau mengurangi identitas agama masing-masing, melainkan membangun sikap saling menghormati.

Membangun Ritme Baru dalam Beragama

Membangun irama/ritme baru dalam beragama berarti membangun default system baru dalam diri setiap individu. Dalam konteks Indonesia yang beragam secara budaya dan agama, perubahan ini menjadi sangat penting untuk menjaga kedamaian dan harmoni dalam masyarakat. 

Indonesia, sebagai negara dengan berbagai macam kepercayaan dan keyakinan, tak lepas dari tantangan terkait kerukunan beragama. Sudah sering terdengar kasus-kasus intoleransi, seperti pembubaran rumah doa oleh kelompok tertentu, penjarahan tempat ibadah seperti Vihara, hingga bentrokan yang terjadi karena perbedaan keyakinan.

Ketika membangun ritme baru dalam beragama, sudah seharusnya membentuk suatu kebiasaan atau pendekatan dalam beragama yang menekankan nilai-nilai universal, seperti kasih, keadilan, dan kedamaian. 

Hal ini membutuhkan perubahan sikap di dalam diri setiap orang, yaitu melihat agama sebagai sarana untuk menciptakan keharmonisan, bukan sebagai pemisah yang memecah persatuan dan kesatuan di Negara Indonesia tercinta. Sebuah ritme baru yang harmonis berarti merangkul perbedaan dan menyadari bahwa setiap orang berhak untuk beribadah sesuai keyakinannya tanpa rasa takut atau terancam.

Sebenarnya hal ini merupakan hal yang sangat mudah, sebagai calon penerus Bangsa Indonesia, diwajibkan untuk memperbaharui pemikiran sedari dini. Tidak boleh ada paham rasisme. Tidak boleh ada keegoisan dalam beragama. Semua hal ini harus dilakukan untuk menciptakan masa depan yang lebih cerah demi Negara Republik Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun