Mohon tunggu...
Hudita A.R. Lubis
Hudita A.R. Lubis Mohon Tunggu... Mahasiswa - freelance writer

loves finding out trivia knowledge, understanding conspiracy theories, and reading anything that is hard to find in textbooks. I'm here to pass the time by writing interesting things to share with people. Hope you enjoy your time reading my writing!

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Penyakit Kuru: Akibat Praktik Kanibalisme Suku Fore di Papua Nugini

7 September 2023   13:00 Diperbarui: 7 September 2023   20:37 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyakir Kuru di Suku Fore (sumber: Ancient Origins)

Penyakit Kuru, sebuah penyakit misterius yang pernah menghantui Suku Fore di Papua Nugini, telah menjadi perhatian medis dan ilmiah selama beberapa dekade. Dikenal sebagai "penyakit gemuk," penyakit ini memiliki sejarah yang gelap dan dampak yang menghancurkan. 

Meskipun saat ini kita bisa tenang sebab penyakit Kuru sudah sangat jarang terjadi dan sebagian besar kasusnya telah hilang karena larangan praktik kanibalisme. Tapi apa sebenarnya penyakit Kuru ini? 

Apa Itu Penyakit Kuru?

Nama ilmiah dari penyakit Kuru adalah "Transmissible Spongiform Encephalopathy". Penyakit ini termasuk dalam kelompok penyakit prion, yang disebabkan oleh protein prion yang terinfeksi dan dapat menyebabkan kerusakan pada otak.

“Kuru” adalah kata dalam bahasa Suku Fore yang berarti "tremor" atau "getaran." Nama ini dipilih karena gejala utama penyakit ini adalah tremor atau getaran yang dialami oleh penderitanya.

Baca juga: Alien Hand Syndrome: Ketika Tangan Menjadi "Asing" 

Sejarah Singkat Penyakit Kuru

Penyakit Kuru pertama kali terdeteksi pada tahun 1950-an di antara Suku Fore, sebuah kelompok masyarakat yang tinggal di wilayah pedalaman Papua Nugini. 

Penyakit ini ditemukan melalui penelitian medis yang dilakukan oleh Dr. Carleton Gajdusek dan Dr. Vincent Zigas. Dan saat ini praktik kanibalisme pun ini telah lama ditinggalkan oleh Suku Fore.

Apakah Penyakit Kuru Menular?

Penyakit ini tidak menular melalui kontak biasa seperti bersentuhan atau bersin. Penyakit Kuru diyakini menular melalui praktik kanibalisme, di mana anggota suku memakan jaringan otak dan saraf dari individu yang telah meninggal karena penyakit ini. 

Kuru adalah penyakit prion, yang berarti penyebabnya adalah protein prion yang terinfeksi. Ketika jaringan otak atau sistem saraf yang terinfeksi dikonsumsi, protein prion ini dapat memicu infeksi pada individu yang mengonsumsinya. 

Bagaimana Gejala Penyakit Kuru?

  • Tremor: Salah satu gejala utama Penyakit Kuru adalah tremor atau getaran pada tubuh penderitanya. Getaran ini sering terjadi pada tangan dan wajah.
  • Gangguan motorik tubuh: Penderita Kuru mengalami gangguan koordinasi gerakan, yang membuat mereka sulit untuk berjalan atau melakukan tindakan sehari-hari.
  • Kesulitan Berbicara: Kesulitan berbicara adalah gejala lain yang umum terjadi pada penderita Kuru. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata-kata dengan jelas.
  • Kelemahan Otot: Penyakit ini juga dapat menyebabkan kelemahan otot yang signifikan, sehingga penderita kesulitan untuk bergerak.

Baca juga: Fenomena Mati Menyendiri: Kodokoshi di Jepang dan Godoksa di Korea Selatan

Upaya Pengobatan Penyakit Kuru

1. Larangan Praktik Kanibalisme

Langkah pertama dalam pengobatan penyakit ini adalah melarang praktik kanibalisme yang diyakini menjadi sumber penularan. Edukasi tentang bahaya kanibalisme telah dilakukan di antara Suku Fore.

2. Perawatan Medis

Penderita Penyakit Kuru yang telah didiagnosis menerima perawatan medis yang mencakup terapi fisik dan dukungan psikologis. Namun, pengobatan penyakit ini tetap merupakan tantangan besar.

3. Penelitian Lanjutan

Penelitian medis terus dilakukan untuk memahami lebih dalam tentang penyakit ini dan mencari metode pengobatan yang lebih efektif.

Penyakit Kuru di Suku Fore Papua Nugini adalah contoh yang mengejutkan tentang dampak budaya dan praktik tradisional terhadap kesehatan manusia. Meskipun saat ini penyakit ini sangat jarang terjadi, sejarahnya memberikan wawasan penting tentang upaya pencegahan dan pengobatan penyakit menular.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun