Mohon tunggu...
Muhammad Misbahul Huda
Muhammad Misbahul Huda Mohon Tunggu... Buruh - Santri Majelis Mujahadah Tap-Tip Purwokerto

Santrinya Masayikh Ajoenk Alfasiry

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dilematis "Kebencian"

14 Desember 2020   17:46 Diperbarui: 14 Desember 2020   20:02 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak ada satu pun literatur yang menyebutkan adanya ajaran kebencian di dalam agama Islam. Justru agama Islam sangat mendukung dan mencegah dari perasaan yang disebut dengan benci. Hal itu, terlihat sangat jelas ketika melihat salah satu ayat dalam al-Qur'an yang menjelaskan tentang pentingnya berdamai, bersaudara, dan menciptakan nuansa kasih-sayang antar sesama. 

Firman Allah, "Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu, dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat." (QS.Al-Hujurat {49}:10). 

Dari paparan tersebut, sudah cukup jelas bahwasanya rasa-perasaan benci memang tidak ada dalam kamus agama Islam. Bahkan, di agama mana pun, baik samawi atau pun agama ardhi. Penulis meyakini, bahwa rasa-perasaan benci  di setiap ajaran agama tentu dilarang. Sebab, semua agama mempunyai satu prinsip yang diyakini bersama, yakni perdamaian.

Dilematis Kebencian

Seperti halnya, paparan di atas bahwasanya terjadi dilematisasi dalam hal rasa benci-kebencian. Karena emosi atau perasaan tersebut dalam satu sisi sudah melekat dan mendarah daging, satu sisi yang lain kita harus atau sepatutnya menjauhi dan bahkan mencegah diri dari emosi benci itu sendiri. Sebab, tidak ada satu pengertian, penjelasan, atau pun ajaran yang mengajak atau mengatur untuk menumbuh-kembangkan perasaan benci. Maka ada satu ungkapan dari Gus Miftah dan Gus Agung Drajat. Satu ungkapan ini nantinya akan menjawab persoalan tersebut (solusi), atau bahkan dapat menjadi prinsip bagi kita semua. Tetapi, kembali lagi, semua tergantung persepsi atau perspektif kita masing-masing dalam melihat sesuatu. Ungkapannya adalah:

Janganlah sekali-kali kamu membenci orang, berupa "sosok", siapa pun orangnya dan apa pun alasannya. Tetapi, kamu boleh membenci sikap atau perilaku dari sosok tersebut, apabila dikira sikap atau perilakunya tergolong negatif. Maka dari itu, ungkapan ini secara eksplisit dapat digunakan sebagai bahan untuk introspeksi diri kita sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun