Menurut kalian, apa saja yang bisa membentuk kebiasaan seseorang? Apakah faktor bawaan sejak lahir, pengaruh lingkungan, atau keduanya? Menurut para ahli psikologi, kebiasaan dibangun dari sekumpulan perilaku yang diulang-ulang, sedangkan perilaku dibentuk oleh tindakan yang dilatarbelakangi oleh cara berpikir tertentu. Dan, cara berpikir seseorang sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang diyakini orang tersebut.Â
Agar kamu lebih mudah memahaminya, ayo renungkan kisah berikut ini
Sebuah perusahaan sepatu mengirim dua orang stafnya untuk melakukan riset pengembangan pasar di suatu daerah Dua orang staf tersebut memperoleh data yang sama. Anak-anak sekolah yang sudah familier bersepatu hanya 20%, selebihnya masih bertelanjang kaki. Sepulang dari riset, dua orang staf itu memberikan laporan.
yang berbeda kepada pimpinan mereka. Yang pertama membeni rekomendasi untuk membatalkan ekspansi penjualan di daerah itu. Alasarnya, tentu saja, karena anak-anak sekolah di daerah tersebut belum terbiasa menggunakan sepatu Namun, tidak deruikian dengan staf yang kedua. la justru sangat bersemangat menganjurkan pimpinan untuk segera menggarap pasar di daerah itu. Alasannya? Karena peluang masih terbuka luas. Bukankah masih ada 80% anak sekolah yang belum terbiasa
bersepatu? Jika diedukasi dengan baik, mereka akan menjadi calon-calon pembeli yang sangat potensial.
Silakan kamu tebak, apa yang membedakan keduanya? Ya.
kamu benar. Yang membedakan keduanya adalah sikap yang mereka miliki. Staf pertama memiliki sikap pesimis, sedangreh staf kedua bersikap optimis. Munculnya sikap yang berbeda dari keduanya adalah karena mereka memiliki keyakinan atau cara berpikir yang berbeda.
Dari keyakinan atau cara berpikir yang berbeda tersebut lahinah rekomendasi atau kesimpulan yang juga berbeda. Jika mereka berdua tetap diperintahkan untuk membuka pasar di daerah tu, manakah yang mampu bersunggah-sungguh menjalaninya? Pasti staf yang kedua, bukan?
Jadi, bisa disimpulkan seperti ini. Orang yang optimis, cara berpikirnya lebih diarahkan pada peluang atau kemungkinan,
bukan pada masalah atau kesulitan. Sebaliknya, orang yang pesimis, cara berpikirnya justru lebih mengarah pada masalah atau kesulitan.
Bagi orang yang optimis, karena yang dipikirkan adalah peluang atau kemungkinan, segala tindakannya pasti akan lebih bersungguh-sungguh. Tindakan yang bersungguh-sungguh itu lambat laun akan membentuk kebiasaan positif, yaitu kebiasaan