Mohon tunggu...
Deddy Huang
Deddy Huang Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Marketing Enthusiast | Blogger | Food and Product Photographer

Memiliki minat di bidang digital marketing, traveling, dan kuliner. Selain itu dia juga menekuni bidang fotografi sebagai fotografer produk dan makanan. Saya juga menulis di https://www.deddyhuang.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

20 Juta Hektar Tanah Tertidur di Tengah Jeritan Rakyat

25 Januari 2025   10:16 Diperbarui: 25 Januari 2025   10:16 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemanfaatan Teknologi Modern
Melalui teknologi Geographic Information System (GIS), Badan Bank Tanah mampu memetakan lahan secara presisi hingga tingkat desa. Teknologi ini memungkinkan redistribusi dilakukan tepat sasaran, memprioritaskan masyarakat kecil yang benar-benar membutuhkan akses lahan.

Bukti Nyata dari Banyuasin

Program redistribusi lahan yang dijalankan Badan Bank Tanah sejalan dengan visi reforma agraria dalam UU Cipta Kerja, bertujuan untuk memastikan keadilan distribusi sumber daya dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Di wilayah Banyuasin, 120,24 hektar lahan tidur yang sebelumnya hanya semak belukar berhasil diubah menjadi kebun hortikultura produktif. Proyek ini bukan hanya mengubah wajah lahan tersebut, tetapi juga kehidupan masyarakat di sekitarnya:

  • Lapangan Kerja Baru: Ratusan masyarakat lokal kini memiliki pekerjaan tetap, menghidupkan ekonomi keluarga mereka.

  • Peningkatan Pendapatan: Petani yang dulu kesulitan mencari penghidupan kini menikmati pendapatan yang stabil.

  • Ketahanan Pangan Lokal: Ekosistem agrikultur yang diciptakan tidak hanya produktif tetapi juga berkelanjutan, mendukung ketahanan pangan di wilayah tersebut.

Selain itu, petani yang terlibat mendapatkan pelatihan khusus tentang pengelolaan tanah berbasis teknologi modern. Mereka kini mampu memanfaatkan metode agrikultur canggih untuk meningkatkan hasil panen, memastikan lahan yang sebelumnya tidur kini menjadi sumber kehidupan yang terus tumbuh.

Lebih dari Sekadar Redistribusi

Langkah Badan Bank Tanah melampaui sekadar pemetaan atau distribusi lahan. Lembaga ini memberikan harapan baru bagi masyarakat kecil yang selama ini terpinggirkan. Belajar dari kisah di Banyuasin, kita tahu bahwa Indonesia mampu mengelola lahannya sendiri tanpa harus mencontoh sepenuhnya dari luar negeri. Dengan pendekatan berbasis teknologi dan kolaborasi lintas sektor, solusi lokal ini bisa diterapkan di berbagai daerah lain.

Generasi Muda dan Masa Depan Lahan Produktif

Transformasi lahan tidur bukan hanya tentang kebijakan, tetapi juga tentang membangun masa depan yang inklusif dengan melibatkan generasi muda. Dengan kreativitas dan adaptasi terhadap teknologi, mereka dapat menjadi motor penggerak perubahan dalam pengelolaan lahan tidur.

Aplikasi BHUMI Kementerian ATR/BPN (Sumber : Tangkapan layar dari situs https://bhumi.atrbpn.go.id)
Aplikasi BHUMI Kementerian ATR/BPN (Sumber : Tangkapan layar dari situs https://bhumi.atrbpn.go.id)

Salah satu program nyata adalah inisiatif magang di Badan Bank Tanah, di mana generasi muda dilibatkan untuk mempelajari teknik pemetaan berbasis GIS dan mengembangkan solusi berbasis data untuk optimalisasi lahan. Selain itu, startup agritech juga berperan penting dalam menyediakan teknologi pertanian modern yang dapat diterapkan di lahan-lahan tidur. Keterlibatan generasi muda tidak hanya memastikan keberlanjutan proyek tetapi juga memberikan mereka keterampilan yang relevan dengan kebutuhan masa depan.

Langkah Kecil, Dampak Besar

Transformasi lahan tidur menjadi aset produktif membutuhkan kerja sama lintas sektor. Sebagaimana ditunjukkan di Banyuasin, transformasi lahan tidur menjadi kebun produktif dapat menciptakan ratusan lapangan kerja baru dan memperkuat ekonomi lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun