Prinsip pengembangan tidak terlepas dari pemanfaatan teknologi. Tentunya untuk memudahkan masyarakat di destinasi pariwisata untuk mempromosikan produk mereka menjangkau ke wisatawan lokal dan mancanegara.
Apalagi para pelaku pariwisata saat ini dituntut untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi.
Harapanku Pada Pariwisata Likupang
Masyarakat lokal Likupang meyakini filosofi yang sudah mengakar pada kehidupan sehari-hari yaitu Sitou Timou Tumou Tou yang mengandung arti bahwa dalam bermasyarakat harus menunjukkan sifat yang baik serta peduli terhadap sesama yang secara tidak langsung sudah kita terapkan warga lokal terhadap alam di Likupang.
"Wah nanti apa masyarakat lokal sudah siap menyambut wisatawan asing? minimal komunikasi bahasa inggris?" tanyaku. Bagiku kehadiran sumber daya manusia menjadi aset penting karena merekalah orang yang menggerakan pariwisata.
Pengembangan wisata alam merupakan salah satu pemanfaatan wisata yang dilakukan untuk membuat kawasan wisata tersebut menjadi lebih baik sehingga dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Dalam menyelamatkan industri pariwisata di Indonesia pasca Covid-19, menurut hemat saya penanganan pariwisata di Indonesia dapat dilakukan dengan ciptakan wisata alam di era baru pascapandemi yang lestari dan ramah lingkungan.
Wisata tidak melulu harus bersaing infrastruktur, tetapi keunikan pariwisata bisa diangkat. Karena orang-orang yang setiap hari, merasakan infrastruktur yang bagus, mereka ingin merasakan experience yang berbeda. Dan, itu yang ditawarkan oleh Likupang.
Harapanku tentunya pengembangan kawasan wisata Likupang dimaksudkan untuk menambah keindahan dari tempat wisata tanpa harus merusak ekosistem alam yang ada. Likupang tak hanya cantik di atas permukaan. Tapi juga pemandangan pelangi bawah laut yang masih alami.
Jika alamnya rusak, siapa yang harus disalahkan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H