Saat budaya ngopi telah menjadi gaya hidup saat ini dengan dilihat menjamurnya kedai kopi. Hendra menawarkan kemitraan bagi investor yang mana saling berkaitan. Terdiri dari petani, rumah roastery dan investor untuk memasarkan produk.
Hingga kini Beskabean sendiri sudah melebarkan sayap bermitra dengan beberapa kedai kopi lain dan membuat nama baru yaitu Tebing Senja yang berkonsep rooftop. Semua penggunaan biji kopi dipasok oleh Beskabean.
Sayangnya, awal pandemi usaha kedainya sempat mengalami penurunan omzet hingga 30%. Penurunan ini membuat pelaku bisnis mulai berpikir untuk mencari cara agar bisnisnya bisa bertahan.
Di Beskabean, saya melihat bagaimana proses penyortiran green bean pilihan; biji kopi yang siap digoreng sampai ke kemasan. Menggoreng biji kopi membutuhkan waktu yang tidak sebentar sekitar 45 - 55 menit. Semua proses harus ditunggu untuk memastikan kualitas.
Saya menyadari bahwa Hendra telah mengemas kopi Semendo agar terlihat menarik di mata konsumen. Ia pun mulai memberanikan diri untuk masuk ke marketplace dan memasarkan produk secara digital saat awal pandemi 2020 kemarin.
Dengan ukuran kemasan mulai dari 100 gram, hingga 500 gram. Serta harga bervariasi mulai dari Rp 20.000 hingga Rp 200.000 tergantung jenis biji kopi yang dijual.
Dalam pemasarannya, ternyata tiga bulan pertama dia melakukan promosi secara online. Kini dalam satu bulan dia bisa menjual 1 ton hingga 1,5 ton, yang ditunjukkan oleh Hendra lewat bukti omset yang diperoleh dari marketplace.
Angka fantastik! Saat semua bisnis tiarap tetapi bisnis kopi milik Hendra malah kian tumbuh pesat.
Faktor Pertumbuhan Kedai Kopi
Kebiasaan nongkrong sambil ngopi mendorong pertumbuhan bisnis kedai kopi saat ini di Indonesia.