Secepat itu saja saya menjawab kalau akun tersebut tidak bisa dipulihkan lagi.
Akhirnya, saya berpikir kalau kita tidak tahu tiket untuk "Pulang" kapan akan disodorkan. Tulisan-tulisan kita di media sosial akan menjadi jejak digital abadi.
Tiba saatnya nanti, kalian mungkin tidak akan melihat namaku online di seluruh media sosial. Kirim pesan lewat WhatApp pun hanya ada centang satu, bukan tanda kamu diblok. Dan, mungkin kalian bakal kangen sama ocehan-ocehan di stories.
Menulislah yang baik, bertuturlah yang baik. Seperti kemarin saya datang ke tempat makan yang baru buka. Saya jumpa dengan pemilik resto karena dia bertanya mengenai feedback makanannya.
Ceritanya saya lagi belajar menutur yang baik di depan orang yang sudah mengundangku. Memang untuk jujur itu sulit, takut menyakitin dan sebagainya.
Terus terang saya sendiri dengan terbata-bata sambil memikirkan kosakata kalimat yang cocok agar pemilik restoran tidak tersinggung. Bahwa makanan yang dia sajikan kurang enak dan sulit diterima pasar umum.
Bahkan dia bilang konsultan makanannya pun juga bingung untuk menentukan target pasar konsumen yang datang.
Maka dari itu, tulislah yang baik-baik saja, walaupun kita belum baik. Saya juga belajar berkata yang baik tentang makanan yang saya cicip, walau makanan itu masih belum baik. Seperti ini enak gaes, ini cocok banget. Semoga kalian memaklumi.
Belajar menjadi orang yang bermanfaat baik orang lain, walau terlihat sederhana. Menyenangkan hati orang itu bukannya pahala ya?
Dari saya yang bukan orang baik sedang belajar jadi orang baik.