Kehidupan peradaban manusia tidak terlepas dari hiburan. Kemeriahan pertunjukan seni dengan berbagai musik dan instrumen pendukungnya diabadikan dalam relief Candi Borobudur. Dalam bentuk yang sederhana, bahwa melalui musik seluruh pemikiran, daya cipta, dan perasaan dituangkan.
Pertunjukan musik tampaknya telah ada sejak lama. Ada gambaran warga desa yang menyaksikan tampak bergembira dengan menari dan bertepuk tangan. Sehingga kehadiran alat musik tampaknya memiliki makna seperti alunan komposisi "Padma Swargantara" yang digarap oleh Dewa Budjana dan Trie Utami. Lirik lagu dengan tambahan komposisi bernuansa spiritual sebagai bentuk produk akhir rekonstruksi relief Karmawibhangga.
Padma merupakan nama lain dari bunga teratai. Bunga teratai merupakan bunga yang digunakan untuk menggambarkan kesucian oleh Buddha. Sedangkan Swargantara adalah Nusantara.
Lagu ini pun dimainkan dengan tiga buah alat musik dawai replika yang berhasil dibuat, di antaranya diberi nama Gasona (relief 101), Solawa (dawai dari relief nomor 151), dan Gasola (relief nomor 125).
Melihat tayangan streaming di Youtube, kita seakan ditarik ke masa lampau. Walau nanti pesan yang dimuat dalam suatu karya seringkali akan ditangkap sedikit berbeda atau bahkan sangat berbeda bagi penikmatnya.
Ada makna optimisme yang dipertebal dengan penekanan di nada-nada tertentu dan melodi utama vokalis yang dirangkap oleh gasola. Saya menangkap irama musik yang berubah menjadi rancak, mengundang keinginan pendengar untuk menari.
Cerdasnya peralihan musik diberi perbedaan nada dasar untuk sekaligus memberi kesan perubahan suasana yang drastis klimaks. Memberi makna dalam menghibur diri dengan musik tidak boleh berlebihan, melainkan dialihkan pada rasa syukur. Bunyi seruling pada sajian musik rekonstruksi memberi efek suasana keindahan, kelembutan, kebahagiaan kekal, dan kesakralan. Demikian pula dengan Gasona dan Solawa yang digunakan untuk menghadirkan suasana religi pada karya Padma Swargantara.
Urutan permainan musik dimulai dari irama ritme kendang, diikuti dengan seruling, tiga dawai Karmawibhangga, dan kombinasi musik lainnya.
Kendang digunakan sebagai awalan lagu mengikuti urutan yang ada pada relief dimana kendang menjadi interpretasi sebagai alat menarik perhatian orang banyak.
Musikal ini menafsirkan Sound of Borobudur mengenai keteraturan hidup, roda perputaran hidup yang seringkali dialami manusia dari masalah sederhana hingga masalah yang rumit namun tetap dapat dilalui dengan harmonis.