Sekarang kita nggak bisa menutup pintu kalau influencer marketing salah satu strategi yang diandalkan oleh para brand untuk melakukan promosi.
Namun, jangan sampai brand kalian salah langkah seperti Eiger yang sudah tidak endorse, sok atur-atur, tapi justru memberi surat cinta tanpa solusi! Kasus ini membuat saya cukup terkejut.
Memasuki tahun 2021, tentunya akan ada banyak perubahan yang bakal kita lihat. Perubahan ini hal yang wajar mengingat adaptasi kebiasaan baru di dunia online.
Ada banyak hal yang saya amati mengenai pemasaran secara digital. Salah satunya adalah brand yang mengoptimalkan social media marketing, dan influencer marketing.
Berdasarkan pengamatan dan membaca beberapa artikel, berikut trend digital marketing di tahun 2021.
1. Konten Video Lebih Banyak
Suguhan konten video paling banyak dicari. Durasi video singkat lebih mengena daripada durasi panjang. Dalam satu menit saja kita bisa melihat banyak video dalam satu platform.
Beberapa kreator yang saya kenal, mereka bisa membuat dalam satu hari minimal 3 hingga 5 video untuk mereka upload selama di rumah. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana capek dan repotnya ketika melakukan syuting.
Hasilnya, kita bisa menikmati jenis-jenis konten video yang banyak bertebaran saat ini.
Saya sendiri juga banyak menemukan konten-konten menghibur sekaligus informasi lewat Tiktok atau Facebook Video.
2. Micro Influencer Kian Dilirik
Trend nano dan micro influencer akan semakin dicari di tahun 2021. Apalagi pihak brand juga mulai selektif dalam mencari mana KOL yang cocok untuk brand mereka serta ada value tambahan.
Influencer sendiri memiliki lima tingkatan influencer berdasarkan angka follower dan engagement rate.
Konversi yang dihasilkan oleh micro influencer juga cukup baik. Setiap hari pasti akan ada anak-anak muda yang dedikasi menjadi bintang baru, sehingga ini yang menjadi peluang bagi micro influencer untuk bekerjasama dengan brand idamannya.
3. Influencer dengan Value Unik
Beberapa waktu lalu, saya ngobrol sama salah satu teman influencer cukup terkenal di Palembang.
Kami membahas tentang apa yang menjadi keunikan kami masing-masing. Lalu, dia sadar kalau dia memiliki value bagi vendor-vendor yang memakai jasanya.
Temanku ini dia hanya menjual jasanya lewat instagram stories dan bisa omsetnya bisa capai ratusan juta. Cukup menggiurkan bukan?
Saya kagum sama dia. Jika berkaca sama diri sendiri tentu saya kalah jauh sama dia.
Bagi brand tentu perlu ketahui bagaimana mencari endroser yang asik.
4. Hubungan Kerja Sama Jangka Panjang
Brand juga tidak ragu untuk mengajak kerjasama influencer, blogger, dan lainnya dalam kerja sama jangka panjang.
Kerja sama ini tentunya menguntungkan kedua belah pihak. Yakni pihak penyedia jasa secara tidak langsung memiliki ikatan dengan brand. Serta menjaga nama baik brand agar tidak berbuat aneh-aneh. Sedangkan, bagi brand akan mendapatkan exposure yang oke dari influencer.
Jadi, ketika hubungan baik yang terjalin antara influencer dengan brand, biasanya influencer sudah memahami cara terbaik buat mempromosikan brand tersebut.
5. User Generated Content (UGC)
Konten-konten buatan pengguna lain atau dikenal sebagai User Generated Content (UGC) ini bakal menjadi cara baru marketing word of mouth. Kasus Eiger memang cukup fatal karena UGC yang dibuat dan mendapat sentimen positif justru dihancurkan dalam waktu singkat. Padahal UGC ini bisa berefek lebih luas untuk mendukung brand.
Konten buatan pengguna ini bisa berupa video, gambar, blog, atau postingan umum media sosial. Dan terkadang konten yang dibuat oleh netizen ini bisa mengungguli konten yang dibuat sendiri oleh brand.
Contohnya baru-baru ini ada konten Frestea Apel dicampur dengan Sprite rasanya seperti Durian. Atau seperti teman saya, Teh Nita yang membuat oplosan susu beruang Bear Brand dengan Hydro Coco hingga membuat banyak orang mencoba. Menurut saya ini termasuk UGC yang diperbincangkan banyak orang dan menjadi viral.
Lalu harusnya yang dilakukan oleh brand bagaimana? Brand dapat memberikan bentuk support ke kreator untuk mencoba kembali produk agar terjalin bentuk hubungan kerjasama.
Konten UGC ini bisa memberikan nilai tambahan bagi perusahaan. Dan, bagi brand yang jeli menghargai upaya pelanggan dapat meningkatkan UGC dan kepuasaan pelanggan.
6. Gaya Kerja Remote Working
Tahun ini kita akan semakin terbiasa dengan istilah work for home.
Bekerja dari rumah adalah cara terbaik untuk meminimalkan terpapar dari Covid-19. Walau dalam penerapannya bagi sebagian orang merasa kurang maksimal.
Tapi bagi saya yang sudah lama bekerja dari rumah justru senang. Saya pun saat ini sedang mencari pekerjaan tetap yang bisa remote. Semoga dalam waktu dekat bisa segera dapat pekerjaan baru.
7. No Filter
Saya melihat akan ada masa jenuh pengguna media sosial dengan influencer favorit mereka yang tampil dengan sempurna.
Mereka lebih menginginkan influencer tampil apa adanya tanpa filter. Sebab yang mereka ikuti adalah bagaimana gaya hidup yang bisa dinikmati.
Tren ini sudah saya lakukan dari dua tahun lalu dan masih terus berjalan.
8. Platform Media Sosial Baru
Tahun lalu, TikTok naik kembali karena konten yang disuguhkan jauh lebih baik.
Makanya jangan heran kalau untuk tahun ini, TikTok akan menjadi salah satu platform yang tetap survive digunakan oleh influencer.
Dan, bakal ada platform-platform baru yang akan membuat para influencer ini semangat untuk mencoba dan membuat mereka lebih terkenal.
Tampaknya tren influencer di tahun 2021 cukup menarik untuk dipersiapkan. Bagi kamu yang bekerja di brand besar, sudah saatnya membuat forecast strategi pemasaran yang tepat untuk bisnis selanjutnya.
Sedangkan kalau kamu sebagai influencer bisa persiapkan diri mulai sekarang. Tantangan tahun 2021 akan semakin "berwarna". Dan, saya makin penasaran yang akan terjadi selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H