Kerja sama ini tentunya menguntungkan kedua belah pihak. Yakni pihak penyedia jasa secara tidak langsung memiliki ikatan dengan brand. Serta menjaga nama baik brand agar tidak berbuat aneh-aneh. Sedangkan, bagi brand akan mendapatkan exposure yang oke dari influencer.
Jadi, ketika hubungan baik yang terjalin antara influencer dengan brand, biasanya influencer sudah memahami cara terbaik buat mempromosikan brand tersebut.
5. User Generated Content (UGC)
Konten-konten buatan pengguna lain atau dikenal sebagai User Generated Content (UGC) ini bakal menjadi cara baru marketing word of mouth. Kasus Eiger memang cukup fatal karena UGC yang dibuat dan mendapat sentimen positif justru dihancurkan dalam waktu singkat. Padahal UGC ini bisa berefek lebih luas untuk mendukung brand.
Konten buatan pengguna ini bisa berupa video, gambar, blog, atau postingan umum media sosial. Dan terkadang konten yang dibuat oleh netizen ini bisa mengungguli konten yang dibuat sendiri oleh brand.
Contohnya baru-baru ini ada konten Frestea Apel dicampur dengan Sprite rasanya seperti Durian. Atau seperti teman saya, Teh Nita yang membuat oplosan susu beruang Bear Brand dengan Hydro Coco hingga membuat banyak orang mencoba. Menurut saya ini termasuk UGC yang diperbincangkan banyak orang dan menjadi viral.
Lalu harusnya yang dilakukan oleh brand bagaimana? Brand dapat memberikan bentuk support ke kreator untuk mencoba kembali produk agar terjalin bentuk hubungan kerjasama.
Konten UGC ini bisa memberikan nilai tambahan bagi perusahaan. Dan, bagi brand yang jeli menghargai upaya pelanggan dapat meningkatkan UGC dan kepuasaan pelanggan.
6. Gaya Kerja Remote Working
Tahun ini kita akan semakin terbiasa dengan istilah work for home.
Bekerja dari rumah adalah cara terbaik untuk meminimalkan terpapar dari Covid-19. Walau dalam penerapannya bagi sebagian orang merasa kurang maksimal.