Wabah virus korona memang membuat perekonomian lesu termasuk melemahnya daya beli. Bagi pelaku bisnis UMKM yang baru merintis pastinya menjadi tantangan berat hingga wabah mulai reda.
Kedua, keuangan perusahaan terganggu
Akibat pasar dan kemampuan beli masyarakat yang lesu, belum lagi ditambah ribuan orang mengalami PHK, semakin sulit mendongkrak angka penjualan. Imbasnya pendapatan yang diterima pun tidak sesuai harapan.
Tentu saja keseimbangan neraca keuangan terganggu. Dampak terburuknya yang tidak kita inginkan adalah bisnis yang baru dijalankan langsung gulung tikar karena kekurangan modal usaha.
Gandeng Tangan Saling Menolong
Mengenai cara bertahan hidup di tengah ketidakpastian, saya berjumpa Mbak Ela dan Mas Hardi.
Mbak Ela dan suaminya ini merupakan pelaku UMKM yang berjualan kue-kue tradisional khas Palembang yang kini mulai ditinggalkan peminat.
Di tengah gempuran toko kue kekinian, toko kue khas Palembang milik Mbak Ela dan suaminya sudah berusia lebih 30 tahun lamanya. Sudah pasti kualitas kue yang dijual terjamin rasanya. Jumlah karyawan di toko sudah lebih 10 orang.
"Memang ada penurunan dari segi pesanan, tapi saya sangat bersyukur karena masih ada orang yang membeli barang yang saya jual."
Pandemi ini membuat UMKM rumahan harus putar otak, Mbak Ela bercerita kalau jualannya sepi pembeli karena perkantoran lebih banyak memberlakukan bekerja dari rumah, sehingga aktivitas rapat di kantor berkurang.
Bagi pelaku bisnis mereka harus membiayai operasional termasuk membayar karyawan. Dari total jumlah karyawan mbak Ela, ada dua karyawannya yang difabel. Mbak Ela merasa ikut terpanggil untuk mempekerjakan difabel di usahanya.