Hilal telah tampak siap dengan kejutan yang akan ia berikan untuk Siti. Rencana kejutan yang akan membuat hubungan mereka melangkah ke tahap lebih lanjut, sebuah babak kehidupan baru yang mungkin didambakan oleh semua orang yakni menikah.
Ruangan bioskop dibuat lebih redup dari biasanya. Beberapa orang terlihat sudah berada di kursi. Siti tidak merasakan perasaan janggal, baginya bisa kencan dengan Hilal sore itu adalah menyenangkan. Cukup lama juga mereka tidak berjumpa karena kesibukan Siti di rumah sakit. Sebagai perawat di sebuah rumah sakit kecil, Siti seakan mendapat panggilan jiwa. Kelembutan hati dari Siti inilah yang membuat Hilal menyukainya.
Hilal mengiring Siti menuju kursi sesuai tiket nonton. Film yang akan mereka tonton sore itu lebih bercerita tentang romansa cinta. Walau suhu udara di dalam bioskop sangat dingin, namun ketika orang yang sedang jatuh cinta tentu tidak merasakan dingin. Yang ada selalu merasa hangat.
"Nih popcorn," sodor Hilal ke tangan Siti.
"Tumben kamu romantis," sindir Siti.
Hilal dan Siti menikmati tayangan film di layar. Sepanjang film diputar, rasanya Hilal tampak gelisah. Akankah wanita idamannya akan menerima lamarannya.
Tiba-tiba tayangan film setop. Orang-orang di dalam bioskop berteriak agar film bisa segera diputar kembali. Perlahan-lahan lampu mulai dinyalakan, namun film yang ditayangkan bukanlah film yang ditonton oleh Hilal dan Siti.
"Lho.. lho itu apa, lal? Kok ada foto gw" tanya Siti bingung.
Selintas tayangan film berubah menjadi sebuah cuplikan gambar-gambar Siti dalam keseharian. Siti yang tampak lelah dan ketiduran di lengan Hilal. Siti yang menggunakan seragam perawat. Serta momen-momen kebersamaan Siti dengan Hilal.
Siti seperti ingin menutup wajahnya saat itu juga menggunakan jaket.
Hilal berdiri dari kursi penonton menuju depan layar bioskop.
"Siti," kata pertama yang terlontar dalam bibir Hilal. "Kita kan sudah jalan bareng cukup lama, kamu tahu nggak sih kalau makin hari getaran itu makin kuat," lanjut Hilal.
Siti masih menahan kaget.
"Gw pengen melamar lo. Mengajak orang tua gw ketemu orang tua lo, menentukan hari baik. Kamu bersedia?"
Kalimat terakhir itu menjadi momen paling mendebarkan dalam hidup Hilal. Cowok yang terlihat culun, sedikit kata dalam berbicara namun bisa berbicara dengan baik. Siti tak kuasa menahan haru, ia pun segera mengiyakan keinginan Hilal untuk bertemu dengan kedua orangtuanya. Baginya Hilal adalah sosok pria yang bertanggungjawab dan menerima dia apa adanya.
"Iya... gw tunggu lu di rumah gw." balas Siti.
Sontak isi dalam ruangan bioskop terdengar kencang teriakan. Lampu dinyalakan dan semua teman-teman dekat yang dikenal oleh Siti dan Hilal muncul bersamaan.
Saat hilal telah tampak, rasanya kita tidak perlu menunggu waktu berlama-lama. Saat dia memang bukan jodohmu, santai saja. Anggap saja saat itu memang hilal belum tampak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H