Mohon tunggu...
Deddy Huang
Deddy Huang Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Marketing Enthusiast | Blogger | Food and Product Photographer

Memiliki minat di bidang digital marketing, traveling, dan kuliner. Selain itu dia juga menekuni bidang fotografi sebagai fotografer produk dan makanan. Saya juga menulis di https://www.deddyhuang.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Setop Melambungkan Konten Negatif Menjadi Terkenal

17 Mei 2020   12:33 Diperbarui: 18 Mei 2020   16:09 1378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaannya, apakah semudah itu?

Tentu tidak, Tole! Hal yang saya takutkan dalam membuat konten adalah ketika konten tersebut ternyata membuat rugi banyak orang yang melihat. 

Ada beban moral yang akan dibawa sampai mati. Belum lagi mendapat hukuman sanksi sosial dari netizen budiman. Kalian sudah tahu kan bagaimana arogansinya netizen ketika sudah membully balik?

Bully adalah Social Punishment?

Kegiatan membully di media sosial sudah menjadi hal yang lumrah untuk saat ini. Ketika ada satu hal yang keliru maka akan langsung puas ketika kita bisa menyumbang satu suara lewat kolom komentar, atau kalau tidak membagikan berita tersebut agar semakin banyak orang tahu. Tentunya menjadi santapan yang enak karena membully orang memang menyenangkan bukan.

Apa yang disuarakan oleh Bikcik Tika kalau disederhanakan adalah jangan beri panggung untuk orang-orang demikian. Walaupun akan tetap ada orang yang mencari panggung dan panjat sosial dari kasus ini.

Termasuk memuat video klarifikasi yang sebenarnya dirasa tidak perlu oleh orang lain. Semakin sering pembahasan, komentar dan mengangkat namanya tentu saja akan mendatangkan uang yang tidak dilihat secara langsung. Semua kuota internet yang kalian beli digunakan untuk mereka pendulang adsense. Semakin senang lah mereka. Paham sejauh ini?

Semua demi like, subscribe dan follower. Tingkat popularitas yang saat ini menjadi tolak ukur seseorang terkenal atau tidak. Bahkan dalam pertemanan pun bisa saja menjadi palsu ketika orang tersebut tidak memiliki jumlah pengikut yang banyak untuk bisa di pansos alias panjat sosial. Namun, sayangnya tidak banyak juga orang yang tak peduli.

Membaca Insight Akun Instagram IK

Mengambil contoh dari IK, saya pun tergelitik untuk melihat pengaruh dampak IK terhadap setiap konten yang dia buat. Contoh kasus ini saya mengambil kasus untuk akun Instagram miliknya menggunakan tools dalam digital marketing untuk mengukur efektivitas.

IK memiliki total pengikut sekitar 1,6 juta yang mana untuk orang seperti dia tentu hal yang sangat membanggakan. Pembawaannya yang nyablak, dan ceplas ceplos memang bisa menarik pengikutnya untuk betah berlama-lama melihat konten-kontennya. 

Bahkan kenaikan pengikutnya konstan setiap bulannya. Hal yang sangat-sangat menguntungkan bagi seorang konten kreator karena semakin banyak pengikut akan membuat dirinya semakin dilirik dan profit.

Data insight akun IK (sumber : pribadi)
Data insight akun IK (sumber : pribadi)
Pergerakan akun yang baik (sumber : pribadi)
Pergerakan akun yang baik (sumber : pribadi)
Usia pengikut akun IK (sumber : pribadi)
Usia pengikut akun IK (sumber : pribadi)
Mayoritas konten yang disuguhkan lebih seputar dunia kecantikan. Terbukti brand-brand besar seperti Maybelline dan Laneige pernah bekerjasama dengan channel Youtube beauty vlogger ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun