Masing-masing kita punya 138 detik pertama supaya tulisan dilirik pembaca. Kecuali kalau kamu punya rasa percaya diri menulis yang tinggi dan sombong seperti saya, maka tulisan ini tidak ada manfaat.
Terus terang saja dua jam saya ditampar bolak balik sama Widha Karina. Bayangkan dia bukan pacar saya, pun bukan siapa-siapa.
Saya pahami kalau bagi sebagian orang, menulis di Kompasiana lalu tulisannya mendapat label Pilihan atau Artikel Utama adalah suatu kebanggaan tersendiri. Kalau tidak, buat apa seperti beberapa teman Kompal yang tampak girang sekali ketika ada tulisan yang menjadi Artikel Utama. Lantas, bagi saya yang tidak peduli mau tulisan saya mendapat artikel utama atau label centang biru. Apa masih perlu mengikuti blogshop (blogging workshop) dua jam tadi?
Mengintip Pola Kerja Kompasiana
Namun, ternyata dari sebanyak artikel yang masuk ke dapur Kompasiana. Tidak ada penyaringan artikel, setiap Kompasianer bisa menerbitkan tulisan sendiri. Nyatanya ini membuat kerja para admin harus lebih cepat dalam 138 detik pertama atau 2,3 menit untuk mengoreksi pelanggaran tulisan para Kompasianer.
Banyaknya temuan artikel pelanggaran tentunya membuat tim admin bekerja 24 jam. Tentunya kalian juga bertanya jenis pelanggaran seperti apa yang dimaksud?
Ternyata orisinalitas tulisan menjadi pokok penting ketika menulis di Kompasiana. Masih ditemukan tulisan yang copy-paste dari tulisan orang, quote atau gambar tanpa sumber asli. Bisa kalian bayangkan makin ditampar saya sama Widha yang sore tadi pembawaannya santai sekali berpakaian kemeja kotak-kotak.
6 Poin Penting untuk Diperbaiki
Menulis bagi saya menjadi sarana untuk melatih diri sekaligus melepas penat. Ketika saya menulis dan sudah ada perasaan negatif misalnya iri sama tulisan orang lain kenapa dia bisa lebih unggul, itu tandanya ada yang tidak beres dalam diri saya. Makanya sebagai tanda pertobatan agar bisa menulis kembali dengan baik dan benar, maka kita dikasih 6 poin tips menulis di Kompasiana agar tulisan bisa masuk Pilihan atau Artikel Utama.
Siapa yang menulis artikel di Kompasiana menjadi acuan untuk kapabilitas ilmunya. Misalnya yang menulis adalah seorang dokter dan dia menulis isu terkini dan relevansinya tinggi. Maka tidak perlu menunggu lama tulisan tersebut memiliki daya pikat di hati para admin.
Akan tetapi ini bukan bicara mengenai profesi saja melainkan yang diinginkan oleh Kompasiana adalah seorang penulis yang dapat bertanggungjawab atas tulisan yang dia muat.
2) Kategori
Ada banyak kategori yang ada di Kompasiana. Kategori ini menjadi pokok bahasan yang bisa kita pilih ketika ingin menulis. Rahasianya adalah menulislah sesuai dengan kategori yang kamu kuasai sehingga tidak salah masuk kategori.
3) Judul Konten
Ada orang yang punya bakal untuk membuat judul clickbait atau judul yang bisa merangsang orang untuk klik artikel tersebut. Sayangnya, saya masih harus belajar buat belajar bikin judul yang clickbait seperti Tr*bun.
4) Gambar
Selama ini saya menggunakan gambar pribadi, jika tidak punya gambar maka saya mengambil dari gambar lewat Googling. Sayangnya, gambar yang saya ambil terkadang bukanlah berasal dari sumber asli sehingga pelanggaran ini membuat tim admin menjadi repot untuk mengoreksi gambar. Jujur saya salut sekali sama kerja admin untuk mengoreksi pelanggaran yang saya lakukan. Kecil sih, tapi ternyata hal ini disikapi agar Kompasiana sebagai wadah platform ini tidak dicari oleh polisi.
Gunakanlah gambar yang memang free royalty yang bisa kita gunakan misalnya lewat pexels atau freepik. Dua tempat ini sering saya gunakan ketika menulis. Namun akan lebih baik memang menggunakan gambar sendiri.
5) Isi/Konten
Konten tetaplah yang dilihat. Topik pembahasan apa yang kita buat dan bagi tim admin lebih menyukai tulisan yang baru dan orisinalitas. Rasanya mengenai isi konten tidak perlu bertele-tele dijelaskan.
6) Label
Label ini juga mempermudah dalam pencarian artikel yang ditulis. Biasanya dalam event lomba yang diadakan Kompasiana, label memudahkan peserta untuk membaca tulisan peserta lain.
Dari 6 poin yang dijelaskan, sekilas memang tampak gampang sekali bukan? Makanya kenapa saya bisa sombong sewaktu menulis di Kompasiana. Lagaknya itu kayak sudah pasti tulisan saya lolos sensor. Setidaknya kalau tidak masuk ke Artikel Utama, minimal masuk Pilihan.
Selain itu jika tulisanmu sering terpilih jadi artikel utama, maka tim admin juga punya hak preogatif untuk membuatnya tidak menjadi artikel utama. Hal ini dikarenakan bukan berarti tulisan tidak bagus, tapi lebih ke memberikan kesempatan bagi Kompasianer lain mendapat kesempatan yang sama.
Penutup
Walau saya sudah bergabung sejak 2010 di Kompasiana tidak menjamin saya orang yang pandai di Kompasiana, aktif juga tidak seperti teman-teman senior yang setiap bulan namanya selalu bertengger di K-Rewards.
Alasannya, saya masih memiliki blog utama. Sama seperti Kompasiana yang membutuhkan iklan, blog saya pun juga harus bisa membiayai sendiri. Makanya, teman saya pernah bilang : sejak kapan Ded, dirimu peduli dengan centang biru di Kompasiana dan artikel utama?
Saya mengakui selama menjadi Kompasianer saya banyak mengenal teman baru dan relasi lewat tulisan. Semoga juga bisa mendapatkan rezeki dari sini.
Kalau kalian, apabila tulisanmu tidak terpilih jadi artikel utama akan tetap menulis di platform ini?
Salam,
Deddy Huang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H