Berburu Asida Sampai ke Pelosok Pasar
"Ada nasi kuning, tapi Banda itu agak sulit karena sampai sekarang pasokan bahan makanan masih disesuaikan sama jadwal kapal," jawaban Pak Agil membuat saya jadi ingat ketika saat membeli nasi kuning untuk sarapan pagi di rumah warga. Sang penjual meminta maaf pada saya karena tidak ada telur karena kapal belum tiba ke Banda.
"Tapi ada namanya Asida, itu makanan khas Maluku yang biasanya ada pas puasa," lanjut Pak Agil dan berhasil membuat saya penasaran untuk mencari Asida sampai saya kembali ke Ambon. Saya selalu bertanya ke warga lokal di mana tempat mencari penjual Asida.
Konon, kue Asida yang merupakan jajanan khas Maluku dan terpengaruh budaya Arab ini memiliki rasa yang unik. Warna kue merah kecokelatan yang dulunya berasal dari kandungan kurma. Hanya saja sekarang demi menghemat biaya pembuatan diganti dengan gula aren. Di atas kue Asida dilumuri mentega cair agar rasa gurih manis. Membayangkannya saja sudah membuat saya menahan liur.
Akhirnya, saya bertemu satu toko kue di Ambon yang menjual aneka kue tradisional. Saya khilaf dan memesan semua kue khas Maluku termasuk asida! Bisa kalian bayangkan bahagianya saya dapat menemukan harta karun berupa kuliner lokal ini bukan.
"Ini apa mbak? Kalau ini? Ini... ini.. baiklah saya mau semuanya, termasuk Asida ya!" seru saya sekaligus memesan aneka jajanan tradisional Maluku.
Tuhan bawa saya seperti ke surga makanan, penuh nikmat tanpa kompromi dengan perut saya habiskan sendiri. Sempat berpikir sambil makan, mengapa Asida ini agak jarang dijumpai dan identik Ramadan? Mungkin, dengan aura padang pasir jadi dodol arab ini lebih afdol hadir tiap bulan suci. Ingin sekali saya jumpa penjual asida dan mengucapkan terima kasih karena telah menjadikan asida sebagai makanan unggulan Maluku di bulan Ramadan.
Lalu, saya baru sadar ketika kembali ke Palembang. Hanya foto asida saja saya lupa untuk difoto. Sungguh orang macam apa saya ini. Di saat orang-orang foto makanan terlebih dahulu, justru saya memfotonya saja lupa karena daya tarik asida begitu sedap untuk segera dimasukkan ke mulut.
Ah.. andai ada penjual asida di Pasar Bedug Palembang atau haruskah saya kembali lagi ke Maluku untuk berjumpa penjual asida?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!