Mohon tunggu...
Ety Supriyatin
Ety Supriyatin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca

Menulis apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. â– JUST BE MYSELFâ– 

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pandemi Mengajariku Menggunakan Masker

14 Juni 2023   11:33 Diperbarui: 14 Juni 2023   11:48 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya tetap menggunakan masker saat kegiatan wisata religi meskipun yang lain tidak (dokpri/et's)


Kalau saja nggak ada pandemi Covid-19, mungkin saya nggak terpikirkan membeli masker. Dan menggunakannya saat bepergian keluar rumah.

Sebelum pandemi, memang sudah banyak orang yang memakai masker. Terutama di lingkungan rumah sakit. Tapi kok saya pernah berpikiran jelek sama orang-orang yang memakai masker ya...

Begini ceritanya. Saya sering melihat orang-orang yang saya kenal dan suka keluar rumah entah pamit atau tidak dengan suami atau istri mereka. Perginya ke mana pun saya juga nggak tahu. Cuma saya menaruh curiga saja.

Kecurigaan saya mungkin beralasan, karena laki-laki atau perempuan tersebut jalan dengan lawan jenis yang saya tahu bukan pasangan resmi mereka. Jadi pikiran jelek saya mengatakan mereka sengaja memakai masker untuk menutup-nutupi sebagian wajahnya agar tidak diketahui orang lain, hehe.

Mungkin saya telah khilaf menilai orang. Semoga memang mereka menggunakan masker punya tujuan baik demi kesehatan. Bukan seperti yang ada dalam pikiran saya. Saya ambil kesimpulan positif, tentu mereka tidak merasa menjadi beban repot dan rumit untuk memakai masker begitu terjadi pandemi. Karena sudah terbiasa bermasker.

Berbeda dengan saya, sebelum diterapkan aturan memakai masker, setiap saya melakukan perjalanan di dalam kendaraan saya selalu menutup sebagian wajah terutama menutup lobang hidung. Mau tahu menutupinya dengan apa?

Karena saya memakai jilbab, ya dengan jilbab itu saya menutup hidung saya. Terutama pada malam hari, dan mobil ber-AC, saya harus menyaring udara yang masuk lewat hidung dengan jilbab saya. Kalau nggak, dapat dipastikan saya langsung masuk angin.

Bisa dibayangkan tangan saya yang repot memegang jilbab untuk menutupi hidung. Kadang kalau sudah capek saling bergantian tangan kanan dan kiri.

Kalau persiapan matang dan teringat, sebelum berangkat saya bawa kerudung segi empat yang dilipat-lipat jadi segitiga untuk menutupi sebagian wajah dan diikat di bagian belakang kepala. Lebih praktis.

Ternyata ada yang lebih praktis lagi, namun saya mengabaikan meskipun banyak yang sudah menggunakan. Masker. Pandemi lah yang mengajariku menggunakan masker.

Pada saat suasana mencekam, situasi dan kondisi menegangkan akibat pandemi Covid-19, saya sangat memikirkan anak-anak saya yang tinggal di Semarang dan Yogyakarta. Waktu itu di apotik-apotik sudah tidak tersedia masker. Semua ludes dibeli orang secara berebutan. Padahal harga masker melambung tinggi naik hingga lima kali lipat lebih.

Panik juga membayangkan anak-anak yang membutuhkan masker dan harus saya kirim dari rumah. Kebetulan ada info teman saya yang langsung memproduksi masker. Lalu saya beli untuk dikirim ke anak-anak. Dan untuk stok di rumah.

Sejak pandemi saya nggak lepas dari masker. Ke mana-mana menggunakan masker dan sudah nggak pernah lagi menggunakan jilbab untuk menutup hidung  yang kadang belepotan lipstik, haha.

Pandemi sudah berakhir, aturan menggunakan masker sudah dicabut. Masyarakat bebas menghirup udara tanpa tersekat masker.

Namun menurut saya lebih baik tetap menggunakan masker untuk mencegah terganggunya pernafasan akibat polusi udara mengingat pada musim kemarau sekarang ini sudah mulai terjadi wabah batuk berkepanjangan. Setidaknya kita mencegah penularan pada orang lain jika kita sendiri yang sedang mengalami batuk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun