Mohon tunggu...
Ety Supriyatin
Ety Supriyatin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembaca

Menulis apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. â– JUST BE MYSELFâ– 

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pesan Terakhir Ayah Saat Mengenang Pernikahan Emas

14 Mei 2023   09:32 Diperbarui: 14 Mei 2023   09:42 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ayahku, sosok lelaki hebat (dokpri/et's)

Niat ayah mengikuti program transmigrasi adalah ingin memperbaiki ekonomi keluarga. Namun karena ayah tidak mampu bertani sebagai pekerjaan sambilan setelah mengajar, ayah memboyong keluarga kembali ke Jawa.

Tahun 1983 setelah pulang dari pulau Sumatera, aku tinggal bersama keluarga budhe (mbakyu ayah) yang ada di Brebes. Sedangkan adikku yang satu ikut keluarga padhe (kakak ayah) di Pekalongan. Semua itu dilakukan ayah dengan sangat terpaksa untuk mengurangi beban kebutuhan keluarga.

Ternyata ibu sangat kehilangan adikku. Hanya beberapa minggu saja adikku tinggal di Pekalongan lalu dijemput ayah dan berkumpul kembali dengan ibu. Aku sendiri merampungkan sekolah hingga kenaikan kelas 4 SD.

Ketika aku kelas 5 dan 6 SD aku ikut salah satu keluarga padhe yang dari pihak ibu. Ayah berangkat lagi ke Sumatera bersama ibu dan ke empat adikku. Di sana ayah kembali berusaha bertani setelah pulang dari mengajar. Walaupun hasil pertanian belum begitu dirasakan namun kehidupan ekonomi keluarga mulai membaik.

Begitu berat perjuangan ayah untuk menghidupi keluarga. Bersyukur akhirnya aku dan ke empat adikku menamatkan SMA. Hanya dua adikku yang bisa melanjutkan kuliah sampai menjadi sarjana.

Bagi aku dan adik-adikku, ayah adalah sosok laki-laki yang sangat bertanggungjawab terhadap keluarga. Ayah sama sekali tidak mengharapkan pemberian materi dari anak-anaknya.

Ayah juga menekankan pada anak-anak tentang kedisiplinan dan rasa tanggung jawab. Aturan yang cukup keras yang diterapkan ayah membentuk karakter anak-anak setelah dewasa. Namun begitu ayah tetaplah laki-laki yang hobi menyanyi lagu-lagu sendu dengan memainkan gitar sendiri.

Meskipun aku dan semua adik-adikku sudah berumahtangga ayah masih selalu memikirkan kami terutama dari segi ekonomi. Bahkan tak jarang pula ayah membantu pendanaan saat anak-anaknya membutuhkan. Terutama jika ada anak atau cucunya yang dirawat di rumah sakit, ayah yang paling sibuk sendiri. Tenaganya seperti tak merasa capek bolak-balik ke rumah sakit untuk menunggu siapa pun yang sedang dirawat.

Bahkan ketika adikku yang di kabupaten Tulung Agung sakit, ayah mengajak keluarga menengoknya walaupun harus menempuh jarak jauh dan memakan waktu satu hari untuk sampai ke rumah adikku. Tentu harus mengeluarkan dana banyak juga.

Pengorbanan ayah yang sangat besar demi anaknya menjadi penyebab kematian ayah.

Beberapa bulan sebelum ayah meninggalkan kami untuk selama-lamanya, ayah mengumpulkan anak-anak untuk makan bersama. Sekaligus memperingati ulang tahun perkawinan emas ayah dan ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun