Mohon tunggu...
Heru Susetyo Nuswanto
Heru Susetyo Nuswanto Mohon Tunggu... Dosen - Heru Susetyo, SH. LL.M. M.Si.M.Ag. Ph.D - Associate Professor Faculty of Law Universitas Indonesia

Associate Professor at the Faculty of Law University of Indonesia and Human Rights Attorney at PAHAM Indonesia. Studying Human Rights toward a degree (LL.M) at Northwestern Law School, Chicago, and Mahidol University, Bangkok (Ph.D. in Human Rights & Peace Studies). External Ph.D. researcher in Victimology at Tilburg University, Netherlands. Once a mountaineer, forever a traveler...and eager to be a voice for the voiceless people. Twitter : @herususetyo FB : heru.susetyo@gmail.com; e-mail : heru@herususetyo.com; IG : herususetyo2611

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hidup Terkunci Corona di Negeri Sebelah Italia

21 Maret 2020   21:05 Diperbarui: 21 Maret 2020   21:10 1938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya minimalisasi kegiatan bertemu orang dan lainnya hanya di rumah saja dengan anak istri, meskipun tidak ada tanda-tanda maupun tidak merasa sakit saya lebih banyak di rumah saja.

Tepat pada  11 Maret 2020 atau seminggu yang lalu, tepat saya selesai self-isolating 14 hari, penderita positif corona di Slovenia masih di bawah 20 jumlahnya, saya dan keluarga sempat keluar sebentar untuk belanja dan juga ada meeting dengan rekan bisnis.

Kehidupan masih terlihat normal, saya dan istri masih sempat ngopi di luar, kemudian kita sempat makan siang dengan salah satu rekan Indonesia di Ljubljana, ibukota Slovenia. Kami sempatkan beli keperluan dan kebutuhan rumah tangga. Di situ saya juga sudah mulai ambil barang dengan jumlah lebih untuk sekadar jaga-jaga.

Jalanan mulai sepi, tapi warga masih banyak yang beraktivitas dan anak-anak masih bersekolah seperti biasa meskipun sudah mulai banyak keraguan dan desas-desus langkah apa yang diambil pemerintah besok, secara jumlah penderita juga turut bertambah.

dok. pribadi
dok. pribadi
Keesokan harinya, situasi semakin memburuk. Slovenia menutup perbatasan dengan Italia, sesuatu yang tak pernah terbayangkan selama ini. Apalagi Italia adalah salah satu pintu utama terpenting untuk menuju Eropa Barat dari Slovenia.

Yang boleh masuk ke Slovenia hanyalah warga negara (citizen) Slovenia yang mau pulang ke rumah, atau barang truk logistic saja. Maklumlah, Slovenia berbatasan langsung dengan Italia utara, hotspot pandemic corona di Italia.

Memang patient 01 hingga patient 10 di Slovenia semua berhubungan dengan Italia karena patient-patient tersebut hasil tracingnya baru ada gejala setelah selesai liburan main ski di Italia. Belakangan baru saya paham, Italia adalah negeri paling tinggi angka pandemic Covid-19-nya di dunia, setelah China.

Setelah itu mulailah Austria juga tutup border dengan Italia, yang dimaksud tutup border bukan total tapi sangat dibatasi pergerakan orang dan barang. Wah ini sepertinya menuju lockdown, pikir saya.

Seiring bertambahnya penderita corona akhirnya pemerintah Slovenia memutuskan untuk menutup sekolah. Perlahan mulai terjadi kepanikan, toko-toko perbelanjaan diserbu (panic buying) untuk sekedar warga membeli kebutuhan 1 – 2 minggu ke depan.

Wajar saja, bapak ibunya kerja, anak-anakpun biasanya ke sekolah. Kalau anaknya nanti gak sekolah bapak ibunya harus kemana juga bingung sedangkan kantor bapak ibunya masih tidak libur dan tentunya di sini tidak ada pembantu di rumah untuk dititipi anak. Jadi selain bahan makanan juga orang tua harus membeli apapun yang bisa bikin anak-anak betah di rumah, seperti mainan, alat edukasi interaktif dan juga lainnya.

Tapi masalah bukan berhenti di situ, anak-anak tersebut tidak bisa dititipkan ke kakek-neneknya karena akan rentan nanti juga untuk jadi medium virus berpindah satu sama lain. Kehebohan mulai terasa, istri saya cerita hampir di semua forum online local curhatan orang tua gaungnya hampir sama, anak saya mau dikemanakan kan kantor gak diliburkan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun