Mohon tunggu...
Syaiful Rohman R
Syaiful Rohman R Mohon Tunggu... Guru - SMA Negeri 1 Sampang, Madura

Praktisi Pendidikan, Penulis, Penggiat Literasi, Pemerhati Lingkungan Hidup, Sosial Budaya, dan Kemasyarakatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makna dan Hakikat Berkurban di Masa Kekinian

19 Juni 2024   01:44 Diperbarui: 19 Juni 2024   02:15 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendahuluan

Hari Raya Idul Adha adalah salah satu hari besar agama Islam yang dirayakan pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah Hijriyah. Salah satu ritual utama dalam perayaan ini adalah berkurban, yaitu menyembelih hewan ternak seperti kambing, domba, sapi, atau unta. Ibadah kurban ini memiliki nilai spiritual dan sosial yang tinggi, di mana makna dan hakikatnya dapat ditelaah lebih dalam dalam konteks masa kini.

Sejarah dan Filosofi Berkurban

Tradisi berkurban merujuk pada kisah Nabi Ibrahim AS yang mendapat perintah dari Allah SWT untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail AS, sebagai bentuk ujian ketaatan. Ketika Nabi Ibrahim AS hendak melaksanakan perintah tersebut, Allah SWT menggantikannya dengan seekor domba. Kisah ini diabadikan dalam Al-Qur'an dan menjadi dasar pelaksanaan ibadah kurban setiap tahunnya.

Filosofi dari ibadah kurban mencakup dua aspek utama: aspek spiritual dan sosial. Secara spiritual, kurban adalah simbol ketaatan dan kepasrahan total kepada Allah SWT. Secara sosial, kurban adalah wujud solidaritas dan kepedulian terhadap sesama, di mana daging hewan kurban dibagikan kepada fakir miskin dan masyarakat sekitar.

Makna Berkurban di Masa Kekinian

Di era modern ini, makna berkurban tidak hanya terbatas pada penyembelihan hewan, tetapi juga mencakup berbagai dimensi kehidupan umat Muslim. Berikut adalah beberapa makna berkurban di masa kini:

1. Ketaatan dan Pengorbanan

Berkurban adalah simbol ketaatan kepada perintah Allah SWT dan pengorbanan yang tulus. Dalam kehidupan modern, ketaatan ini dapat diterjemahkan ke dalam pengorbanan waktu, tenaga, dan harta dalam berbagai kegiatan sosial dan keagamaan.

2. Kepedulian Sosial

Pembagian daging kurban kepada fakir miskin mempererat rasa kebersamaan dan saling tolong-menolong. Di masa kini, ini dapat diartikan sebagai usaha untuk mengurangi kesenjangan sosial dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3. Ekonomi Umat

Ibadah kurban berdampak positif terhadap perekonomian umat, terutama sektor peternakan dan perdagangan hewan ternak. Di era modern, peningkatan aktivitas ekonomi ini membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4. Kesadaran Lingkungan

Dalam konteks kekinian, kesadaran akan kesejahteraan hewan dan lingkungan menjadi perhatian utama. Praktik berkurban yang etis dan ramah lingkungan semakin ditekankan. Ini mencakup perlakuan yang baik terhadap hewan kurban, kebersihan dalam proses penyembelihan, dan pengelolaan limbah yang tepat.

Hari Raya Idul Adha 2024 M

Pada tahun 2024, Hari Raya Idul Adha akan jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah 1445 H, yang bertepatan dengan tanggal 17 Juni 2024. Momen ini sangat dinanti oleh umat Muslim di seluruh dunia sebagai waktu untuk melaksanakan ibadah kurban dan merayakan kebesaran Allah SWT. Selain sebagai bentuk ibadah, Idul Adha juga menjadi kesempatan untuk memperkuat silaturahmi dan mempererat hubungan sosial di tengah masyarakat.

Pandangan Ulama NU tentang Berkurban

Nahdlatul Ulama (NU) adalah salah satu organisasi keagamaan terbesar di Indonesia yang memiliki pandangan mendalam mengenai ibadah kurban. Para ulama NU memberikan penekanan pada aspek spiritual dan sosial dari ibadah ini.

Pandangan Spiritual

Ulama NU menekankan bahwa berkurban adalah manifestasi dari ketaatan kepada Allah SWT. KH Said Aqil Siradj, Mantan Ketua Umum PBNU, pernah menyatakan bahwa kurban adalah simbol pengorbanan dan ketaatan yang tulus kepada Allah SWT, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Dalam konteks masa kini, ketaatan ini bisa berupa kesediaan untuk mengorbankan sebagian harta untuk kepentingan agama dan kemanusiaan.

Pandangan Sosial

NU juga menekankan pentingnya aspek sosial dalam berkurban. KH Said Aqil Siradj menyatakan bahwa berkurban harus dimaknai sebagai upaya untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim) dan solidaritas sosial. Pembagian daging kurban kepada fakir miskin dan masyarakat yang membutuhkan adalah bentuk nyata dari upaya tersebut. Selain itu, NU mengingatkan bahwa dalam pelaksanaan kurban, perlu diperhatikan kebersihan dan kesehatan hewan serta lingkungan, sesuai dengan prinsip Islam yang mengutamakan kebersihan dan kesehatan.

Implementasi Berkurban di Era Modern

Berkurban di era modern memiliki tantangan tersendiri, terutama dalam hal pelaksanaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan nilai-nilai kemanusiaan. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Pemilihan Hewan Kurban

Hewan yang dipilih harus memenuhi syarat syar'i, yaitu cukup umur, sehat, dan tidak cacat. Di era modern, pemilihan hewan juga harus memperhatikan aspek kesejahteraan hewan, memastikan hewan diperlakukan dengan baik sebelum disembelih.

2. Proses Penyembelihan

Proses penyembelihan harus dilakukan sesuai dengan syariat Islam, dengan memperhatikan kebersihan dan kesehatan. Penyembelihan yang baik juga harus memperhatikan teknik yang benar agar hewan tidak menderita lebih dari yang diperlukan.

3. Pembagian Daging

Pembagian daging kurban harus dilakukan secara adil dan tepat sasaran. Di era modern, penggunaan teknologi informasi dapat membantu dalam mendata penerima manfaat dan memastikan daging kurban sampai kepada yang benar-benar membutuhkan.

4. Pengelolaan Lingkungan

Pengelolaan limbah hasil penyembelihan harus dilakukan dengan baik untuk menghindari pencemaran lingkungan. Di era modern, penggunaan teknologi ramah lingkungan dalam pengelolaan limbah sangat dianjurkan.

Kesimpulan

Berkurban merupakan ibadah yang memiliki makna dan hakikat yang sangat mendalam dalam Islam. Di masa kini, berkurban tidak hanya menjadi simbol ketaatan kepada Allah SWT, tetapi juga wujud kepedulian sosial, peningkatan ekonomi umat, dan kesadaran lingkungan. Pandangan ulama NU memberikan penekanan pada pentingnya menjalankan ibadah kurban dengan penuh keikhlasan dan kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan yang terkandung di dalamnya.

Mudah-mudahan Hari Raya Idul Adha 2024 menjadi momentum bagi umat Muslim untuk semakin mendalami makna dan hakikat berkurban, serta memperkokoh iman dan mempererat tali silaturahmi di antara sesama. Dengan demikian, kita dapat menjalankan ibadah kurban tidak hanya sebagai ritual tahunan, tetapi juga sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari yang membawa kebaikan bagi diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan.

Semoga barokah. Aamiin ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun