Mohon tunggu...
Syaiful Rohman R
Syaiful Rohman R Mohon Tunggu... Guru - SMA Negeri 1 Sampang, Madura

Praktisi Pendidikan, Penulis, Penggiat Literasi, Pemerhati Lingkungan Hidup, Sosial Budaya, dan Kemasyarakatan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Budaya Positif di Sekolah

12 November 2022   08:36 Diperbarui: 12 November 2022   09:06 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari kasus di atas, untuk menciptakan budaya positif di kelas maupun di sekolah, kita sebagai guru harus melibatkan murid dalam perencanaan, pelaksanaan, umpan balik, dan tindak lanjut. Dengan harapan untuk mewujudkan kelas atau sekolah yang aman, nyaman, dan menyenangkan berdasarkan keyakinan kelas atau sekolah yang diyakini bersama.

Kesimpulan

Pengalaman yang pernah penulis alami terkait penerapan konsep budaya positif adalah ketika penulis mempunyai keinginan untuk menyelesaikan permasalahan pelanggaran murid dengan memposisikan diri sebagai MANAJER. Namun terkadang sikap dan tindakan penulis berbanding terbalik dengan budaya sekolah yang terbiasa MENGHUKUM murid sebagai langkah untuk membentuk disiplin. Untuk itu, penulis memerlukan pendekatan khusus dalam mensosialisasikan hal ini kepada rekan sejawat.

Perasaan penulis ketika mengalami hal tersebut adalah merasa tertantang untuk menempatkan posisi guru sebagai MANAJER, dan menerapkan segitiga restitusi dalam menyelesaikan pelanggaran murid. Dengan menempatkan posisi sebagai MANAJER, guru akan memberikan kesempatan kepada murid untuk mempertanggung jawabkan perilaku dan mendukung murid menemukan solusi atas permasalahannya. Penulis juga merasa tertantang untuk menyusun strategi dalam mensosialisasikan konsep budaya positif kepada rekan sejawat, agar kami dapat berkolaborasi untuk melakukan menerapkan budaya positif di kelas maupun sekolah.

Menurut penulis, hal baik yang sudah ada di lingkungan kelas dan sekolah adalah Disiplin Positif, Nilai-Nilai Kebajikan, dan Keyakinan Kelas dan Sekolah yang dibangun dengan prinsip BERPIHAK PADA MURID. Hal yang perlu diperbaiki adalah POSISI KONTROL seorang guru yang selama ini cenderung sebagai PENGHUKUM dan PEMBUAT RASA BERSALAH, menuju posisi seorang MANAJER.

Sebelum mempelajari posisi kontrol yang sering penulis pakai ketika menyelesaikan masalah murid yang melanggar keyakinan kelas/sekolah adalah posisi PENGHUKUM dan PEMBUAT RASA BERSALAH. Perasaan penulis saat mengambil posisi kontrol PENGHUKUM dan PEMBUAT RASA BERSALAH adalah merasa benar dengan sikap dan tindakan penulis, marah, kesal, dan kecewa. Penulis cenderung bersikap dan bertindak dalam kondisi yang terburu-buru untuk memberi hukuman dan sanksi, agar murid memiliki efek jera dan tidak mau mengulangi kesalahannya, walaupun hasilnya kadang-kadang tidak sesuai dengan apa yang penulis harapkan.

Namun setelah mempelajari Modul 1.4 Budaya Positif, posisi kontrol yang penulis pakai ketika menyelesaikan masalah murid yang melanggar keyakinan kelas/sekolah adalah posisi MANAJER. Perasaan penulis saat mengambil posisi kontrol MANAJER adalah lebih tenang, tidak terburu-buru, dan bisa mengontrol emosi. Bahkan saat penulis mencoba menerapkan Segitiga Restitusi, penulis bersyukur, senang, dan bangga dengan sikap dan tindakan murid yang lebih bertanggung jawab untuk memperbaiki kesalahannya.

Tahapan segitiga restitusi yang pernah penulis lakukan adalah MENSTABILKAN IDENTITAS dan VALIDASI TINDAKAN YANG SALAH. Penulis belum menerapkan pada tahapan MENANYAKAN KEYAKINAN, karena sebelumnya penulis cenderung meminta murid untuk memperbaiki kesalahannya berdasarkan sikap dan tindakan penulis, BUKAN menurut sikap dan tindakan murid penulis sendiri.

Menurut penulis, hal-hal lain yang penting dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah adalah (i) KOLABORASI antara semua warga sekolah (kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan murid) dan stakeholder (pemangku kepentingan) lainnya, serta pemenuhan SARANA dan PRASARANA sekolah secara lengkap, baik, dan benar.

Semoga barokah. Aamiin ....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun