Mohon tunggu...
Syaiful Rohman R
Syaiful Rohman R Mohon Tunggu... Guru - SMA Negeri 1 Sampang, Madura

Praktisi Pendidikan, Penulis, Penggiat Literasi, Pemerhati Lingkungan Hidup, Sosial Budaya, dan Kemasyarakatan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Budaya Positif di Sekolah

12 November 2022   08:36 Diperbarui: 12 November 2022   09:06 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada awalnya, kata disiplin berasal dari bahasa Latin, 'disciplina', yang artinya belajar. Makna disiplin adalah belajar kontrol diri dengan menggali potensi kita, agar tercapai tujuan mulia, yaitu sesuatu menjadi seseorang yang kita inginkan berdasarkan nilai-nilai yang kita hargai. Namun dalam budaya kita, makna kata disiplin telah berubah menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kecenderungan umum adalah menghubungkan kata disiplin dengan ketidaknyamanan, bukan dengan apa yang kita hargai, atau   pencapaian suatu tujuan mulia.

Disiplin positif merupakan pendekatan mendidik anak untuk melakukan kontrol diri dan pembentukan kepercayaan diri. Tujuan mulia dari penerapan disiplin positif adalah agar terbentuk murid-murid yang berkarakter, berdisiplin, santun, jujur, peduli, bertanggung jawab, dan merupakan pemelajar sepanjang hayat sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang diharapkan.

Nilai-nilai kebajikan adalah sifat-sifat positif manusia yang merupakan tujuan mulia yang ingin dicapai  setiap individu. Nilai-nilai tersebut bersifat universal, dan lintas bahasa, suku bangsa, agama maupun latar belakang. Nilai-nilai kebajikan yang ingin dicapai oleh setiap anak Indonesia kita kenal dengan Profil Pelajar Pancasila, yaitu; Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia, Mandiri, Bernalar Kritis, Berkebinekaan Global, Bergotong royong, dan Kreatif.

Teori Kontrol dan Teori Motivasi

Ada beberapa teori kontrol, yaitu (i) Ilusi guru mengontrol murid. Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu, jika murid tersebut memilih untuk tidak melakukannya, (ii) Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat. Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk kontrol, (iv) Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter. Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol murid menuju pada identitas gagal, dan (iv) Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa. Banyak orang dewasa yang percaya bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk membuat murid-murid berbuat hal-hal tertentu.

Ada beberapa motivasi perilaku manusia, yaitu: (i) untuk menghindari ketidaknyamanan/hukuman. Ini adalah tingkat terendah dari teori motivasi perilaku manusia.  (motivasi bersifat eksternal), dan (ii) untuk mendapat imbalan/penghargaan dari orang lain. Satu tingkat di atas motivasi yang pertama (motivasi bersifat eksternal), (iii) untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, akan menjadi orang yang seperti apabila penulis melakukannya?. Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal.

Hukuman dan Penghargaan

Baik hukuman maupun penghargaan adalah cara-cara mengontrol perilaku seseorang yang menghancurkan potensi untuk pembelajaran yang sesungguhnya. Penghargaan efektif jika kita menginginkan seseorang melakukan sesuatu yang kita inginkan dalam jangka waktu pendek.

Posisi Kontrol Guru

Ada 5 (lima) posisi kontrol guru ketika menerapkan disiplin di dalam ruang kelas, yaitu: (a) penghukum, seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik dan verbal, (b) pembuat rasa bersalah, pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lembut, (c) teman, guru menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang, (d) pemantau, berarti mengawasi, pada saat mengawasi, guru akan bertanggung jawab akan perilaku orang-orang yang kita awasi, dan (e) manajer, adalah posisi dimana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilahkan murid mempertanggung jawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.

Kebutuhan Dasar Manusia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun