Mohon tunggu...
Syaiful Rohman R
Syaiful Rohman R Mohon Tunggu... Guru - SMA Negeri 1 Sampang, Madura

Praktisi Pendidikan, Penulis, Penggiat Literasi, Pemerhati Lingkungan Hidup, Sosial Budaya, dan Kemasyarakatan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menumbuhkan Lagi KIR di Sekolah

12 Juli 2019   06:52 Diperbarui: 30 Juli 2019   20:06 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebagian besar peserta didik di tingkat SMP/MTs dan SMA/MA/SMK yang cerdas, pintar, dan berpengetahuan luas, namun belum mampu berpikir secara kritis, kreatif dan inovatif jika menghadapi suatu permasalahan, baik itu menyangkut masalah sains, sosial dan humaniora yang terjadi di sekolah dan masyarakat. 

Kenyataan itu bisa terjadi, karena selama ini proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah masih terjebak pada pengungkapan masalah di lapisan atas (supervisial), artinya para guru dalam menyampaikan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi kepada peserta didik terlalu banyak menggunakan alat ukur penilaian tentang apa (What) saja masalah yang terjadi, tetapi sedikit sekali menggunakan alat ukur penilaian tentang mengapa (Why) dan bagaimana (How) masalah itu bisa terjadi.

Jika peserta didik sudah mempunyai kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif sesuai dengan jenis, jenjang dan satuan pendidikannya, maka mereka akan selalu mencari solusi dari semua permasalahan sains, sosial dan humaniora yang terjadi di sekolah dan masyarakat. 

Untuk itu, diperlukan suatu wadah yang tepat untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif bagi peserta didik tersebut. Kelompok Ilmiah Remaja (baca: KIR) adalah suatu wadah bagi kelompok remaja yang melakukan serangkaian kegiatan yang menghasilkan karya ilmiah, yang dilaksanakan di berbagai sekolah di seluruh Indonesia dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler di SMP/MTs dan SMA/MA/SMK.

Kegiatan Ekstrakurikuler KIR ini juga merupakan suatu wadah organisasi intra sekolah yang sifatnya terbuka bagi para peserta didik yang ingin mengembangkan kreativitas, ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Keberadaan KIR yang selama ini sudah tumbuh dan berkembang di sekolah mempunyai beberapa tujuan dan manfaat yang positif bagi peserta didik, yaitu: membangkitkan rasa keingintahuan terhadap fenomena alam yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, meningkatkan kemampuan berpikir kritis terhadap fenomena alam, meningkatkan kreativitas yang menumbuhkan kemampuan berkreasi dan daya kritis, menambah wawasan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi, memperluas wawasan dan kemampuan komunikasi melalui pengalaman presentasi ilmiah, memperkenalkan cara-cara berorganisasi secara formal, sebagai wahana untuk menempa kedewasaan sikap dan kepribadian, dan membuka kesempatan untuk mendapat prioritas melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan berkualitas. 

Melihat besarnya tujuan dan manfaat KIR di sekolah, maka peserta didik  yang berkecimpung dalam wadah itu diharapkan akan menjadi pionir daya saing manusia Indonesia menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas yang saat ini tengah terjadi.

Namun dalam beberapa tahun terakhir ini, eksistensi dan aktivitas KIR yang dilaksanakan di sekolah cenderung terus menurun, hal ini disebabkan oleh empat faktor utama, yaitu : (1) nama KIR kalah populer oleh hadirnya Olimpiade Sains Kabupaten (OSK), Olimpiade Sains Provinsi (OSP), Olimpiade Sains Nasional (OSN) dan Olimpiade Olahraga dan Seni Nasional (O2SN) serta Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) yang saat ini kian semarak dan meriah, sehingga membuat peserta didik lebih antusias dan bersemangat dalam mengejar prestasi melalui penyelenggaraan berbagai olimpiade dan festival tersebut, (2) KIR saat ini sudah menjadi kegiatan yang sepi peminat, kurang promosi dan tidak lagi bersifat monumental sehingga dianggap biasa oleh peserta didik, guru dan masyarakat, (3) para guru lebih banyak mengarahkan para peserta didiknya untuk fokus pada program peningkatan belajar dan persiapan khusus menghadapi Ujian Nasional (UN). Selama ini para guru lebih banyak mengajar dan mendidik peserta didik untuk mengejar prestasi nilai yang bagus, artinya penekanan guru hanya pada kualitas nilai produk (baca: nilai hasil belajar), bukan pada nilai proses (baca: proses pembelajaran), dan (4) guru pembimbing KIR ikut terbawa arus oleh proses pembelajaran yang mengarah pada pembentukan kualitas nilai hasil belajar, akibatnya pendekatan, metode dan model pembelajaran yang digunakan tidak lagi bernuansa kritis, kreatif dan inovatif untuk membuat peserta didik lebih mengeksplorasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Oleh karena itu, menjadi sebuah tugas dan kewajiban yang harus dilakukan dan tidak boleh ditunda lagi oleh semua pemangku kepentingan (stakeholders) baik di tingkat pemerintah pusat (Kemendikbud), di tingkat pemerintah daerah (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemprov/Pemkab/Pemkot) dan semua warga sekolah (guru, peserta didik dan tenaga kependidikan) untuk lebih serius, lebih bersemangat dan berkomitmen tinggi untuk menumbuhkembangkan (lagi) eksistensi dan aktivitas KIR di sekolah.

Sejalan dengan hal di atas, maka kita perlu mengapresiasi secara positif dan mendukung secara optimal atas kepedulian, komitmen dan peran serta secara aktif berbagai pihak yang telah menumbuhkembangkan (lagi) KIR di sekolah dengan mengadakan berbagai macam lomba, ajang kompetisi, dan olimpiade karya ilmiah bagi peserta didik, antara lain Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) dan Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) yang diselenggarakan Kemendikbud, Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) dan Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia (PRRI) yang diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Paper Competition (PACOM) yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran UNAIR, serta beberapa Perguruan Tinggi Negeri/Swasta (PTN/PTS) lainnya di tanah air yang selama ini juga sudah menyelenggarakan aktivitas ilmiah untuk kalangan peserta didik, baik di tingkat SMP/MTs dan SMA/MA/SMK.

Untuk menjembatani berbagai macam lomba, ajang kompetensi dan olimpiade karya ilmiah bagi peserta didik tersebut, maka diperlukan guru pembimbing KIR di sekolah. Secara jujur, kita harus mengakui bahwa peranan guru pembimbing KIR yang berkualitas di sekolah sangat signifikan dan dibutuhkan sekali oleh peserta didik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun