Mohon tunggu...
Hasan Nur Aminudin
Hasan Nur Aminudin Mohon Tunggu... Insinyur - Just Look Around 🌏

Geography UI 2009, Mapping Officer at PT. Jaya Real Property, A Husband, A Father, and A Man who trying to do the right thing in life

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Cerita Kelahiran Anakku, Lahir Vakum sampai Rawat NICU

20 Mei 2017   21:19 Diperbarui: 24 Desember 2018   20:09 16285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi Diarka saat Foto Terapi

Dok        : Iya tapi ketika pemeriksaan kita dapati nafas dedeknya lebih cepat. Makanya disini kita pasang alat bantu pernafasan CPAP (Continuous Positive Airway Pressure)

Sy           : Waduh, masalahnya terhitung berat nggak dok untuk case kayak gini?

Dok        : Makanya nanti kita cek dulu pak. Kita pasang CPAP, trus nanti dirontgen dan cek darah juga untuk kita liat secara menyeluruh. Mudah-mudahan ngga ada masalah lain.

Saya kemudian melihat anak kami sudah di dalam incubator dengan kondisi sudah dipasang selang pernafasan dan infus. Sedih sekali rasanya, nyesek sekali dihati ini. Orangtua mana yang tak sedih melihat anaknya yg baru lahir harus dipasang macam-macam alat. Orangtua mana yg tega melihat anaknya yg selama 9 bulan dijaga dan dinanti ternyata harus dipasangi alat-alat asing untuk menunjang hidupnya. 

Padahal anak kami ketika lahir terlihat sangat sehat. Tangisannya saja paling lantang diantara bayi-bayi yg lahir barengannya. Beratnya hampir 3,5 kg (3.450 gram). Perawakannya montok tidak kelihatan seperti bayi yg sakit. Tapi siapa sangka harus dirawat intensif di NICU. Saat itu saya hanya bisa berdoa agar kami diberikan kekuatan, kesabaran, dan kesembuhan untuk Diarka anak kami.

Hari pertama Diarka di ruang NICU
Hari pertama Diarka di ruang NICU
Istri saya dirawat di lantai 1. Sedihnya, istri saya belum sempat melihat apalagi menyusui anak kami (ketika lahir hanya melihatnya sekilas). Untuk menengok ke ruang NICU pun belum bisa karena belum boleh banyak bergerak. Walhasil hari itu hanya saya saja yg bolak-balik menengok Diarka di NICU.

Hari itu rumah sakit tidak terlalu ramai kalau boleh dibilang sepi. Loket pasien BPJS juga tutup, padahal saya penasaran ingin menayakan lagi soal BPJS anak kami. Karena penasaran dan bingung mau tanya ke siapa, akhirnya saya coba telpon ke call centernya BPJS. Kepada CS nya saya jelaskan kondisi anak kami yg dimasukkan sebagai pasien umum oleh pihak RSBK dengan alasan tidak punya BPJS. Padahal kami bukannya tidak mau bikin, dari usia kandungan 7 bulan kami sudah mengurus BPJS untuk anak kami tetapi dari pihak BPJS tidak mau mengeluarkan karena katanya untuk BPJS PNS (Askes) nanti diurus ketika lahir. Eh kok tahu-tahu ketika lahir dan saya akan mengurus lagi BPJSnya malah dimasukkan sebagai pasien umum. Gimana nggak gedeg tuh.

CS nya bilang untuk BPJS bisa ditunggu sampai 3 hari semenjak pasien masuk dirawat, jadi anak saya akan dicover BPJS jika sudah punya BPJS sebelum 3 hari. Mendengar itu lega juga saya, apalagi CS nya juga bilang jangan mau kalau disuruh bayar umum. Dikoordinasikan saja ke bagian BPJS rumah sakitnya. Memang terkadang ada oknum petugas yg nakal, makanya kita harus benar-benar pastikan prosedur benarnya.

Kamis, Tgl 20 April 2017

Besoknya, sejak pagi saya sudah antri di bagian pengurusan BPJS. Petugasnya bilang berkas istri saya sudah lengkap tinggal mengurus BPJS untuk anak saya. Kemudian saya dikasih memo untuk mengambil surat keterangan lahir di bagian administrasi. Setelah selesai di bagian admintrasi saya kembali lagi ke bagian BPJS dan diberikan surat pengantar untuk pembuatan BPJS di kantor BPJS Matraman. Sampai Matraman ternyata antri juga (pokoknya kalau pakai BPJS di setiap tahap pasti antri deh.hehe). 

Sekitar sejam di kantor BPJS Matraman akhirnya kartu BPJS anak kami selesai di cetak. Karena waktu itu anak belum kami kasih nama, jadi di kartu hanya tertulis bayi ibu S**P* (nama istri saya).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun