Mohon tunggu...
Si Fakir Yang Hina
Si Fakir Yang Hina Mohon Tunggu... lainnya -

Bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, bila ada di depan tiada yang mengenal dan ketika ia tidak ada tak seorangpun yang mencari, karena dia adalah Si Fakir Yang Hina >> www.alamhikmah.org

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perjalanan Jiwa Mencari Cahaya

5 Januari 2011   17:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:55 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku adalah kegelapan

sendiri dalam gelap

Berlari dan berlari terus mencari secercah cahaya

Yang sanggup menerangi ruang hati ini

Jalan yang terjal, tajam dan berliku

Biarlah kutempuh

Walau terasa sakit

Sakit di jiwa dan ragaku, aku tak peduli

Karena aku seorang hamba yang tiada arti

Terus kuberlalu mencari kebenaran yang hakiki

Hingga jalanku terseok - seok, kakiku pincang mataku buta

Tanganku buntung, telingaku tuli

Biarlah semua itu aku tak peduli

karena aku hamba yang tiada arti

Walau sakit dan perih aku tetap tak peduli

Asalkan aku bisa menemukan cahaya itu

Cahaya menuju keabadian yang hakiki

Yaa Robbi...

Wahai Tuhanku

Tunjukkan aku jalan lurusmu

Karena bagiku

Seteguk rahmatMu akan menghapus dahaga jiwa yang kering

Secercah hidayahMu menetapkan imanku

Namun...hatiku yang pincang

Hingga aku tak kuasa berjalan dijalan - Mu

Hatiku buta... yaa Robbi

Hingga aku tak bisa merasakan indahnya ma'rifat kepada- Mu

Hatiku buntung... Hancur…

Dalam berdoa pun aku tak bisa menengadahkan kekhusuan dan

Hatiku tuli… Pekak…

Hingga aku tak bisa mendengar arah dimana petunjuk - Mu menuntunku

Duhai Rosulalloh…..

Yaa Sayyidii... Yaa Rosulalloh...

Aku umatmu yang tiada arti

Hatiku buta sehingga semua menjadi gelap

Kuyakin engkau mendengar rintihan hati ini

Kuyakin engkau merasakan kepedihan hati

Perihnya jiwa jika jauh dari sang Pencipta alam raya

Atas seizin Allah,

Angkatlah kami Yaa Rosulullah, dari jurang jahiliyah ini

Walau kami tahu, betapa kotornya diri ini

Betapa hina - dina- papah terluka

karena maksiat yang berlarut - larut

Namun,setetes syafaatmu yaa Rosul

Adalah penghapus segala gundah dan resah

Setitik air mata darimu yaa Rosul

Adalah embun ditengah padang yang gersang

Yaa Ayyuhal Ghoutsu...

Bimbing...bimbing dan didiklah kami

Hingga kami menjadi manusia yang berjiwa manusia

Manusia yang sebenarnya bukan imitasi belaka

Kuyakin , engkau merasakan sakit yang kurasakan

Engkau turut prihatin pada diri ini, jiwa yang buta ini

Maka tolonglah kami

Arahkan pancaran Nadroh, radiasi batin pada jiwa yang hina ini

Sehingga aku bisa bangkit dari kehancuran yang berlarut - larut ini

Bangkit dari kedholiman dan kekufuran

Sejauh ini telah kulihat cahaya itu

Namun begitu sulit untuk meraihnya, karena aku tiada daya

Ya Sayyidi…..Yaa Rosulallah...

Yaa Ayyuhal Ghoutsu...

Kami memang bukanlah orang yang mulia

Kami tidaklah pantas mendekat kepada engkau, apalagi mencintaiMu

Namun bagaimanapun juga

Seperti apapun diri ini

Sehina dan sehancur apapun diri ini

Dan sebesar apapun dosa dan kerendahan kami

Namun kami tak bisa ingkari

Dalam palung hati yang terdalam walau hanya setitik

Kumasih mengharap setitik kasih sayangMu Yaa Alloh…

Kujulurkan lidahku walaupun bagaikan anjing yang kelaparan dan kehausan

Kunanti setetes syafaat dan nadrohMu

Yaa Rosulalloh.. Yaa Ghoutsi hadzazaman…

Tengoklah kami

Walau aku bukan manusia lagi

Namun, rasa sakit ini

Rindu dan cinta akan ketentraman jiwa

Dalam naungan agama dan perjuangan yang suci nun mulia ini

Pastilah terobati.

(Al Fakir yang Hina)

______________________________________________________________________________________

Rintihan Jiwa Sepanjang Masa


Rintihan Jiwaku Untuk Sang Terkasih



Renungan Hati dari Pak Dudi


Refleksi Diri Penghujung Malam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun