Setelah kisah acuan dibacakan, selanjutnya, umat yang hadir yaitu para peserta (saya ambil tiga saja yang ingin saya ceritakan) saling ber-sharing ria. Sebut saja A, B, dan C.
A: “Yesus ini tidak jelas menyatakan, apakah pernyataan si Ahli Taurat, bahwa sesama manusia bagi orang yang kerampokan itu adalah orang Samaria. Lhah, apakah karena si imam dan orang Lewi itu tidak menolong si kerampokan, lalu mereka itu bukan sesama bagi si kerampokan?”
B: “Iya. Yesus ini bukan menejer yang baik. Dia menyerahkan pilihan kepada Ahli Taurat, tanpa menyatakan secara jelas, apakah pernyataan si Ahli Taurat itu benar atau salah.”
C dengan wajah seakan penuh tanda tanya tidak berkata apa-apa.
Usai pertemuan keempat, peserta kembali ke rumah masing-masing.
Keesokan harinya, terdengar kabar bahwa C sakit, demam, karena tidak tidur semalaman. Beberapa umat menjenguk untuk menanyakan perihal sakitnya dan memberi kekuatan. Dari perbincangan tertangkap bahwa C sampai kepikiran atas perkataan B di pertemuan keempat kemarin, yang menyatakan bahwa Yesus bukan menejer yang baik. C merasa kepengikutannya kepada Yesus selama ini disepelekan oleh pernyataan B bahwa Yesus bukan menejer yang baik. C sepnjang malam berpikir-pikir, benarkah Yesus bukan menejer yang baik? C merasa Tuhannya dihakimi sebagai manejer yang tidak baik. Padahal, menurut pengalaman C, Tuhan Yesus tidak pernah tidak baik. Dia senantiasa baik, bahkan sampai mati di kayu salib demi menebus orang yang menerimaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Maka si B sebagai ‘sumber’ pembuat C sakit, menjelaskan.
“Maafkan saya yang mengatakan sesuatu membuatmu kepikiran. Bukan maksud saya begitu. Hendaknya, kemarin, apabila ada yang tidak berterima di pikiranmu, ditanyakan saja. Kita ulas sampai semalaman juga, nggak jadi soal. Ini, kamu diam saja, tentu tidak mendapat jawaban yang pasti. Kamu kepikiran, malah sakit lagi. Kita ini saudara, bebas saling bertukar pikir.
Begini maksud pernyataanku kemarin.
Dari sudut pandang dunia, Yesus itu bukan menejer yang baik. Sebab, Dia tidak pernah menghukum. Dia tidak membawa pedang untuk memenggal orang-orang yang menghina-Nya. Dia tidak membalas ketika Dia diludahi. Dia diam saja ketika Dia dihujat. Dia tidak protes ketika dimahkotai duri. Dia tidak menampar orang yang menampar-Nya.
Sementara, jika menejer yang baik menurut pandangan dunia, pasti menghukum anak buah yang bersalah, misalnya potong tunjangan, atau kerja lembur tanpa upah, dan lain-lain.