Bila kita buka youtube untuk mengikuti berita terkini, begitu banyak tampilan berita yang sama mengisi halaman search engine youtube. Begitu kita klik ternyata isinya tidak ada apa-apanya. Cuma gambar dengan narasi seadanya bahkan tanpa narasi cuma sepotong foto juga ada. Bahkan beberapa video antara judul dan isi tidak ada sambungannya sama sekali.
Misalnya berita yang saat ini lagi ngetrend tentang pembunuhan tak berperikemanusian di Bali, begitu banyak video di youtube memakai judul berita ngetrend tersebut. Begitu kita klik bukan kepuasan kita dapat tapi malah kejengkelan. Juga berita tentang perseteruan antara Ahok dan BPK yang saat ini lagi hot. Bila kita tak hati-hati, kita bisa mengklik berita yang isinya sama sekali bukan keinginan kita untuk menontonnya. Berita tentang Ahok tapi isinya tentang Angeline. Video-video pemulung tersebut diupload dengan nama-nama yang mentereng seolah dari sumber berita resmi. Benar-benar menjengkelkan dan mengganggu sekali. Sayangnya di youtube tidak ada fasilitas laporan spam sebagaimana terdapat di facebook.
Media mainstream juga tak kalah genitnya. Satu berita yang sebenarnya cukup dimuat di satu halaman tapi dijadikan beberapa halaman. Pembaca harus meng-"click" lanjutan beritanya. Lalu muncul pop up iklan. Belum lagi foto-foto yang kadang bisa membuat pembaca penasaran dengan judul bombastis. Untuk melihat foto-foto harus mengklik satu persatu. Dan setiap klik muncul iklan.
Trend yang paling ramai adalah berita-berita hoax. Para pemulung ini tahu benar pikiran pengguna internet. Memanfaatkan peserta pemilu yang enggan "move on" dengan berita-berita hoax yang menggiring pada pembenaran aspirasi politik mereka. Berita hoax dan foto hoax tak akan ada hentinya menyelinap di halaman facebook kita. Para pemulung tersebut dengan sigapnya memanfaatkan keberadaan media sosial dengan pengguna jutaan orang. Uang pun seolah demikian gampang diraup. Sehabis diupload tinggal ongkang-ongkang sambil nunggu klik dapat uang. Dolar lagi. Maka, jangan berharap bahwa berita hoax akan berhenti. Karena uang didapat dari situ begitu menggiurkan. Mana tega para pemulung untuk melewatkan? Rejeki mengalir kok ditolak?*** (HBS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H