Pada saat pergaulan beda jenis yang lebih demokratis saat ini, berperanan untuk memperbesar kesempatan pasangan untuk saling mengenal pribadi masing-masing. Lain dengan masa generasi dulu yang lebih ketat dalam membatasi pergaulan sosial antar beda jenis kelamin. Bahkan memimpikan kekasih pun sudah merasa berdosa, begitu kata lagu populer tempo dulu. Sementara lagu-lagu populer generasi kini sudah biasa terang-terangan membicarakan masalah cinta dan seks.
Kakek dan nenek penulis adalah salah satu dari sekian contoh dari perkawinan yang dijodohkan oleh orangtua. Kakek dan nenek penulis hidup rukun hingga mereka meninggal di usia di atas 80 tahun. Mereka jarang bertengkar. Dan selalu terlihat saling menghormati. Bahkan kakek selalu kasih nasehat pada cucu-cucunya, "Dengarkan omongan nenekmu. Nenekmu itu orang pintar. Omongannya selalu benar. Kalau ingin baik, dengarkan nenekmu," begitu kata kakek setiap saat ketika cucu-cucunya dilihat berani menentang nasehat nenek mereka.
Di Sydney, penulis juga punya kenalan beberapa orang asal India yang dinikahkan atas pilihan orangtua. Penulis kenal dengan pasangan India yang telah menikah 30 tahun hasil dijodohkan oleh kedua orangtua mereka. Dan mereka hidup rukun, bahkan sepertinya bahagia.
Seorang kenalan lain yang masih single dan telah hidup empat tahun di Australia, mengambil cuti liburan sebulan beberapa bulan lalu. Sekembalinya dari liburan, ia nampak punya wajah bersinar. Ternyata ia pulang ke India untuk memenuhi panggilan orangtuanya. Ia hendak dipertemukan dengan seorang gadis sekampung yang kini tinggal di London, Inggris.
Kenalan tersebut cuma sekali melihat gadis itu saat di kampung mereka ada pernikahan beberapa tahun lalu sebelum kenalan tersebut berimigrasi ke Australia. Gadis itu datang ke pesta pernikahan tersebut bersama orangtuanya. Mereka tidak pernah bertegur sapa. Singkat cerita, kenalan itu mengabarkan bahwa bulan Maret tahun depan mereka akan menikah. Penulis terkesan sekali dengan pemberitahuan ini. Begitu cepat. Cuma sebulan liburan, enam bulan kemudian sudah direncanakan hendak menikah dengan pasangan atas pilihan orangtuanya. Kenalan tersebut nampak tidak sabar dengan pernikahannya. Ia baru-baru ini memamerkan kepala botaknya yang kini telah ditumbuhi rambut lembut hasil implantasi rambut di sebuah klinik.
Cerita menarik lain terjadi di Amerika tentang pasangan yang telah menikah selama 27 tahun hasil penjodohan orangtuanya. Khubani (25 tahun, kini 52 tahun), pemilik perusahaan Telebrands, di Fairfield, New Jersey merasa enggan pulang ke India hanya untuk memenuhi panggilan orangtuanya dan hendak dijodohkan dengan Israni, seorang gadis yang lagi populer sebagai bintang film di Bollywood. Baik Khubani maupun Israni sama-sama tidak siap untuk menikah karena pertimbangan karier mereka yang baru saja melejit.
Karena rasa hormat pada orangtuanya, mereka berdua bertemu juga. Keduanya sama-sama tidak punya perasaan tertarik terhadap satu sama lainnya. Tidak ada kesan tentang cinta pada pandangan pertama, begitu cerita Khubani sebagaimana diceritakan pada wartawan New York Times. (Cerita lengkapnya di sini).
Tapi keadaan itu berubah saat Khubani jatuh sakit dan Israni dengan telaten merawatnya. Ketlatenan merawat dan sikap santun elegan yang ditunjukkan oleh Israni telah mencairkan hati Khubani.
"Spending a couple of days in the room with her, alone, I fell in love with her," begitu kata Khubani.
Perasaan jatuh cinta pada orang yang dijodohkan hasil pilihan orangtua memang lebih gampang terjadi karena masing-masing pasangan tidak merasa cemas atau berpikir panjang lebar apakah pasangannya adalah pilihan yang tepat buatnya. Begitu alasan kenapa perkawinan pilihan orangtua bisa berjalan baik sebagaimana dikatakan oleh Brian J. Willoughby, seorang assistant professor, School of Family Life di Brigham Young University, Provo - Utah, Amerika.
Melihat kisah sukses tersebut di atas, sepertinya perkawinan atas pilihan orangtua tidaklah terlalu jelek bahkan terkesan lebih santai. Tidak ada perjuangan mati-matian merebut hati sang idaman. Cinta tumbuh dengan sendirinya jika memang ada kemauan membuka ladang di hati untuk siap disemai.*** (HBS)