Mohon tunggu...
Herry B Sancoko
Herry B Sancoko Mohon Tunggu... Penulis - Alumnus UGM, tinggal di Sydney

Hidup tak lebih dari kumpulan pengalaman-pengalaman yang membuat kita seperti kita saat ini. Yuk, kita tukar pengalaman saling nambah koleksi biar hidup makin nikmat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Pakai Baju Pink atau Jalan Berangkulan di Sydney

11 Oktober 2013   07:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:42 2433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai kemudian penulis dengar ada anak yang berceloteh, "Your bike is for girl."  Celotehan anak laki-laki berambut pirang itu ditujukan pada putra kami.

Barulah penulis tersadar dan memperhatikan warna dan model yang dipakai masing-masing anak. Memang warna pink hanya dipakai anak perempuan.  Juga model sepeda yang dipakai anak laki-laki dan perempuan juga berbeda. Mungkinkah pembedaan gender sudah dilakukan sejak usia sedini ini di Australia?

Ternyata memang begitulah adanya. Sepeda anak-anak roda tiga pun sudah dibedakan kepemilikannya berdasar gender. Hal ini penulis ketahui ketika hendak membeli sepeda baru buat putra kami setelah mendapat kritikan dari anak kecil berambut pirang itu. Sepeda di toko itu dibedakan letaknya antara sepeda untuk girls dan untuk boys.

Kami putuskan untuk membeli sepeda baru sesuai gender karena sempat juga merasa malu di antara para orangtua yang mengantar anak mereka ke taman. Tidak mengira sama sekali bahwa pemilahan berdasar gender itu demikian ketatnya di Australia. Itu pendapat penulis waktu itu. Sebuah pemborosan yang tidak perlu sebenarnya.  Sepeda untuk anak kecil saja kok sudah dibeda-bedakan? Tapi apa boleh buat, lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.

Ketika penulis kursus bahasa Inggris, punya teman dari Vietnam. Teman itu sudah lama tinggal di Australia, tapi entah kenapa ia masih perlu belajar bahasa Inggris lagi padahal bahasanya sudah cukup bagus.

Ketika sepulang kursus, teman itu berkomentar pada dua orang pria dari Asia yang berjalan berangkulan.  Katanya sambil cekikikan, bahwa mereka itu gay atau bencong. Pria yang tertarik dengan kelamin sejenis.

Pernyataannya itu sempat membuat penulis merasa aneh.  Padahal menurut penulis, kedua pria itu meski berangkulan tapi tidak terkesan bahwa mereka saling mencintai sebagaimana sepasang kekasih.  Tidak terkesan kemesraan di antara mereka berdua.

Penulis juga biasa saja melakukan hal itu ketika masih di SMA bersama sahabat.  Itu tanda keakraban kami sebagai seorang sahabat. Bahkan kami juga tidur seranjang waktu kami main ke rumah dan menginap. Tidak ada yang salah karena kami tidak melakukan perbuatan yang aneh-aneh. Kami biasa saja.  Ngobrol hingga larut malam sampai jatuh tertidur. Penulis juga melihat teman-teman lain juga berangkulan sesama teman laki-laki saat pulang sekolah atau saat keluar bareng-bareng ke toko atau main-main.  Tidak ada yang komentar dan biasa saja.

Tapi lama kelamaan penulis sadari, memang jarang sekali melihat dua orang pria berjalan berangkulan di Sydney meski sahabat karib sekali pun.  Hanya kaum homoseksual yang melakukannya. Bahkan mereka berciuman di muka umum pasangan sesama jenis itu.

Persamaan Hak

Dalam kehidupan pribadi, pembedaan berdasar gender tersebut sepertinya sudah biasa. Tapi tidak dalam hal formal. Lowongan kerja dianggap melawan hukum jika mengisyaratkan perbedaan gender. Lowongan pekerjaan diiklankan tanpa membedakan gender atau diskriminasi lainnya secara terselubung apalagi terang-terangan. Pekerjaan harus terbuka tanpa diskriminasi dalam hal umur, kulit, jenis kelamin, ras dan sebagainya. Pengumuman pekerjaan yang menyebut syarat diterima harus punya tinggi badan tertentu saja sudah dianggap menyiratkan diskriminasi dan bisa dituntut secara hukum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun