Jika pilpres dimenangkan oleh Jokowi, reformasi untuk diteruskan ke dalam kehidupan demokrasi yang lebih stabil lebih mungkin. Jokowi membawa kebaruan dalam birokrasi dan politik. Jokowi sebagai wakil dari kalangan sipil menghargai potensi perseorangan dan bukan karena kedekatan, kesamaan kepercayaan, hierarki atau nepotisme. Koalisi partai yang dibentuk juga tidak berdasar pada transaksi. Lelang jabatan, dialog dengan masyarakat untuk mencari penyelesaian masalah, kedekatannya dengan rakyat adalah track record nyata yang mengarah pada kehidupan demokrasi lebih baik di masa depan.
Hasil pilpres setelah era reformasi yang telah berjalan hampir 1.5 dekade ini punya dua kemungkinan. Kita tambah matang dalam berdemokrasi atau makin runyam kehidupan demokrasi kita. Kecenderungan untuk selalu berlawanan dan anti kemapanan kita rasakan dalam kampanye hitam yang dilakukan oleh kontestan terhadap satu sama lain. Kita punya kecenderungan untuk merusak demokrasi yang selama ini berusaha kita bangun dan diperjuangkan oleh para reforman. Kita berkencerungan untuk kembali lagi ke titik nol. Jika salah satu kontestan terpilih menjadi presiden, adakah jaminan bahwa kampanye hitam yang merusak demokrasi itu akan berhenti? Saling hujat, fitnah, hina dan sebagainya yang mengatas-namakan demokrasi itu bisakah kita sudahi nantinya?
Siapapun yang menjadi pemenang dan jadi presiden nantinya, perlu menyadari keadaan yang ada di masyarakat Indonesia ini, bahwa kita cenderung untuk bersikap anti kemapanan dan tidak menghargai ketersinambungan antar pergantian era kepemimpinan. Rekonsiliasi nasional amat dibutuhkan untuk meluruskan sejarah agar didapat kesepakatan bersama. Sejarah kita selalu terpenggal-penggal dan meninggalkan dendam satu sama lain tanpa kejelasan duduk perkaranya.
Rekonsiliasi nasional itu perlu untuk menarik garis merah kesinambungannya. Tidak saja meluruskan sejarah sejak perang kemerdekaan, bahkan kita perlu rekonsiliasi setiap saat kita melakukan pergantian era kepemimpinan. Mentalitas kita yang cenderung selalu mengobrak-abrik kemapanan dan buta melihat kebaikan di tiap kepemimpinan perlu direkonsiliasikan juga.
Kemenangan pilpres adalah kemenangan milik kita bersama. Siapapun pemimpinnya pantaslah kita dukung dengan jalan damai dan rembugan bersama. Kita satukan langkah untuk merintis tujuan yang lebih besar di masa depan yakni rekonsiliasi nasional agar kita makin cinta kesinambungan, kemapanan, ketertiban dan terwujudnya alam demokrasi yang mendamaikan rakyat. Jangan sampai dengan terpilihnya presiden baru nanti malah menambahi sejarah bangsa kita yang sudah terpenggal-penggal itu lagi.*** (HBS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H