Mohon tunggu...
Yuhesti Mora
Yuhesti Mora Mohon Tunggu... Dosen - Pecinta Science dan Fiksi. Fans berat Haruki Murakami...

Menulis karena ingin menulis. Hanya sesederhana itu kok.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Hal-hal yang Kupikirkan Saat Menghabiskan Satu Hari bersama Kucing-kucing

1 September 2020   11:49 Diperbarui: 1 September 2020   20:42 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu pernah mengadopsi kucing nenek yang sayangnya cuma bertahan selama tiga hari di rumah. Kucing kecil yang imut nan penurut itu hilang tak berkabar dan setelah beberapa hari baru tahu kalau kucing itu ternyata telah mati. (Jangan tanya karena apa!)

Tiga hari memelihara kucing yang imut nan penurut itu akhirnya membuat kami ingin sekali memelihara dua kucing lagi selepas menyusu dari induknya yang kami adopsi dari kerabat yang telah rela kami bawa pulang kucing-kucing itu.

Lalu selama memelihara dua kucing ini dalam kurun dua bulan terakhir, membuatku memikirkan beberapa hal. Pertama, tidak ada yang abadi di dunia ini.

Pada hari pertama mengasuh kucing nenek, tidak ada seorang pun dari kami yang membayangkan bahwa ia akan menghilang dalam tiga hari. Tidak pernah pula membayangkan bahwa ia akan mati dengan cara yang menggenaskan.

Makanya perasaan kehilangan itu begitu amat terasa. Tidak ada satu orang pun dari kami yang siap menerimanya. (Apakah ini perasaan yang wajar?)

Bukankah itu juga berlaku dengan apa dan siapa saja yang berada di sekeliling kita saat ini?

Sering kali kita mendapat kabar bahwa seorang kerabat berpulang ke Rahmatullah dan merasakan kenelangsaan yang sama--seolah-olah itu adalah template perasaan yang ke permukaan pikiran secara otomatis dalam kondisi tertentu.

Apakah kita sedang lupa bahwa tidak akan ada yang benar-benar bisa menjamin seberapa lama kebersamaan satu sama lain. "Kita akan bersama selamanya" atau "Aku tidak akan pergi darimu" adalah kata-kata yang entah kenapa bisa kita percayai padahal kita sadar betul bahwa apapun itu adalah kesementaraan saja termasuk hati manusia yang tak ubahnya seperti cuaca.

Hal yang paling masuk akal yang bisa kita pikirkan adalah bahwa meskipun tidak ada jaminan bahwa esok atau lusa kita masih akan bersama-sama, setidaknya kita melakukan hal yang terbaik yang kita bisa lakukan untuk hari ini.

Maka dari itu, jika sewaktu-waktu satu per satu orang-orang di sekitar meninggalkan kita atau berlaku sebaliknya kita yang justru meninggalkan mereka.

Maka kita sama-sama bisa berkata bahwa "Sejauh ini kita telah melakukan hal terbaik yang kita bisa bagi satu sama lain. Terima kasih banyak atas kebersamaannya selama ini. Aku berharap kamu bisa melakukan yang terbaik juga bagimu di tempat dan kepada orang yang baru. Jangan pernah lupakan satu sama lain."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun