Mohon tunggu...
Yuhesti Mora
Yuhesti Mora Mohon Tunggu... Dosen - Pecinta Science dan Fiksi. Fans berat Haruki Murakami...

Menulis karena ingin menulis. Hanya sesederhana itu kok.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saya, Sastra, Fisika dan Ide untuk Menyastrakan Fisika

13 Maret 2016   02:54 Diperbarui: 13 Maret 2016   03:26 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Menyastrakan Fisika"][/caption]

Pertama-tama perkenalkan saya adalah Yuhesti. Saya sering menautkan "Mora" sebagai akhir dari nama saya. Jangan ditanya kenapa karena jawabannya cukup untuk membuat satu novel.

Melanjutkan profil saya, jika pemirsa belum bosan, saya beri tahukan bahwa saya kuliah jurusan pendidikan Fisika tetapi lucunya saya menyukai sastra. Kata lucu saya kutip dari pengakuan siswa-siswa saya ketika akhirnya saya menjadi guru fisika.

Sastra saya pelajari secara otodidak bersama teman saya sejak tahun 2012. Saya tidak akan menjabarkan apa itu sastra menurut sesiapa atau buku-buku apa. Bagi saya intinya adalah sastra adalah cara terbaik untuk menyampaikan makna. Terserah mau sepakat atau tidak.

Sementara menulis fiksi, kuliah saya di jurusan pendidikan fisika pun lanjut terus sampai akhirnya saya sampai pula pada pilihan, saya ingin serius di mana? Alih-alih memilih, saya malah berpikir jika saya bisa menjalani semuanya, mengapa saya harus memilih? Saya hanya harus memikirkan cara agar sastra dan fisika bisa berjalan serasi, berdampingan dan dalam hubungan yang sakinah, mawaddah, warahmah. Dan setelah bermalam-malam menepi di gua hira, merenung, menyelami, akhirnya muncullah ide untuk menyastrakan fisika itu. Komat-kamit saya menyampaikan ijab kabul "dengan ini resmi saya nikahkan kalian dengan mas kawin seperangkat kata-kata dibayar nanti."

Demi mewujudkan ide itu, saya mulai menuliskan beberapa tulisan yang mengawinkan keduanya seperti ini.

Melihat bohlam di kamar, melintas di pikiran, "bohlam bisa menyala sebab di dalamnya ada filamen tipis yang terbuat dari bahan yang namanya 'wolfram.' Saat diberi beda potensial, elektron-elektron mulai mengalir. Filamen di dalam bohlam didesain sedemikian rupa sehingga hambatannya besar, dan karenanya elektron-elektron yang melewati filamen saling bertumbukan. Tumbukan ini membuat temperatur kawat menjadi sedemikian tinggi dan tampak di mata kita bersinar. Andai elektron-elektron itu bisa bicara, mungkinkah mereka akan protes pada manusia? Sebab membuat jalannya dengan hambatan yang besar, begitu sempit dan berliku-liku dengan sengaja. Dan saat mereka saling bertabrakan dalam filamen wolfram itu, oleh karenanya suhu di sana cukup untuk membuatnya terpanggang, manusia menikmati makanannya dengan lahap, tertawa-tawa bersama keluarga serta kerabatnya, juga membaca majalah, buku dan sebagainya."

Atau ini.

Fisika bilang, tingkat kemalasan (inertia) berbanding lurus dengan massa suatu benda. Jika kamu mager alias malas gerak mungkin kamu kebanyakan makan.

Juga ketika sedang galau, maka secara refleks saya menuliskan ini.

Karena kata Einstein kelajuan akan membuat waktu memendek, maka aku akan berlari saja agar menunggumu tidak terasa selama itu.

Atau ini.

Kalau aku jabarkan mungkin beginilah kira-kira, banyak hal di dalam pikirannya yang sedang mengerjakan gaya padanya. Sayangnya, gaya-gaya itu bekerja dengan arah yang saling berlawanan sehingga saling meniadakan, oleh karena itu resultan gayanya nol. Dan karena resultan gaya dalam dirinya adalah nol, seperti halnya benda-benda lain dengan besar resultan gaya yang sama yang tidak akan bergerak, dirinya juga demikian.

Ide untuk menyastrakan fisika ini juga berdampak serius terhadap pembelajaran fisika saya di kelas. Saya sadar bahwa, betapapun menariknya fisika itu bagi orang-orang yang tertarik dengan fisika, tetapi saya menghadapi orang-orang yang tidak semuanya tertarik dengan mata pelajaran ini dan tugas guru adalah membuatnya menarik untuk dipelajari. Secara tidak sengaja saya melontarkan quotes berikut ketika siswa saya sedang mempelajari Gaya.

Ketika gaya gesekan statis lebih besar dari gaya yang diberikan pada suatu benda, maka benda diam. Untuk membuat benda itu bergerak maka gaya yang diberikan harus lebih besar dibandingkan gaya gesekan statisnya.
Jika benda itu adalah kamu, gaya gesekan statis adalah galau, dan gaya yang diberikan padamu adalah motivasi, artinya ketika galau lebih dominan dibandingkan motivasi, kamu sedang tidak melangkah untuk kesuksesanmu. Jadi, perbesarlah variabel motivasimu, supaya tetap optimis akan kesuksesan.

Lalu ide untuk menyuruh mereka membuat quotes fisika pun seketika muncul. Salah satu contohnya adalah quotes buatan siswa saya bernama Amal sebagai berikut.

Hidup itu harus seperti besaran vektor, punya nilai dan arah.

Lalu jika ditanya apakah itu berhasil? Setidaknya saya melihat siswa-siswa saya senyam-senyum ketika saya suruh membuat quotes. Setidaknya saya tidak perlu memilih satu di antara keduanya, fisika dan sastra.

Sedikit demi sedikit saya ingin fisika yang berwajah serius itu tampak sedikit bersahabat ketika saya mengawinkannya dengan sastra. Saya ingin orang lain ketika membaca fisika itu sesantai ketika dia membaca fiksi. Oleh karena itu saya terus mencoba, seperti menuliskan cerita tentang materi gerak dengan cara ini.

Di suatu sore, saat itu sebuah bola sedang bergelinding ke arah kaki saya. Bola tersebut sudah berhenti sebelum menyentuh kaki. Rasanya tidak asing lagi sebuah cerita ketika Newton duduk di bawah sebuah pohon apel, ia melihat buah apel yang jatuh dan lalu memicu pikirannya untuk melahirkan hukum gravitasinya. Jadi, ketika melihat bola yang menggelinding tersebut, saya jadi ingin memikirkan sesuatu juga.

Mengapa bola tersebut berhenti bergelinding bahkan sebelum menyentuh kaki saya? Jika melihat lintasan yang di tempuh bola itu, yang adalah jalanan berbatu dan sedikit berbukit-bukit maka pikiran saya mengarahkan pada pemikiran tentang gesekan antara jalanan dan bola dan mungkin juga ada gesekan bola dengan udara. Gesekan inilah yang akan menurunkan kecepatan bola hingga menjadi nol (bola diam).

Lalu bagaimana jika bola tersebut bergelinding di atas sebuah lintasan yang lurus dan licin yang sangat panjang? Dari berbagai sumber, saya akhirnya tahu bahwa jika kita bisa mengkondisikan sebuah lintasan yang lurus dan licin yang sangat panjang, maka bola yang menggelinding tersebut tidak akan pernah berhenti. Tentu saja si bola itu tidak tiba-tiba bergelinding. Tentu awalnya adalah ada yang menendangnya (saat ini bola diberikan gaya), gaya yang diberikan menimbulkan percepatan. Gesekan yang di sebut pada paragraf sebelumnya juga merupakan salah satu gaya. Percepatan yang positif membuat kecepatan suatu benda berubah dari nol hingga punya nilai "sekian" m/s (bertambah), sedangkan percepatan yang negatif membuat kecepatan suatu benda berubah dari "sekian" m/s hingga nol (berkurang). Perubahan kecepatan inilah yang membuat bola yang awalnya diam menjadi bergerak atau yang awalnya bergerak menjadi diam. Pergerakan bola tersebut, saat kecepatannya berubah, jika tidak terjadi perubahan arah maka kita bisa sebut bahwa bola itu bergerak lurus berubah beraturan. Saya tadinya bertanya-tanya kapan kira-kira si bola akhirnya punya kecepatan yang tetap (ketika digelindingkan di lintasan lurus dan licin). Untunglah, Dr. Rusli memberikan pencerahan tentang hal ini. "Sesuai dengan Hukum II Newton: selama ada gaya total yang tak nol pada benda, benda akan mengalami percepatan, artinya kecepatannya berubah terus. Kalau gayanya dinolkan, percepatan benda pun menuju nol, dan setelah tiada resultan gaya lagi pada benda, kecepatan benda konstan (GLB). Ini juga sesuai dengan Hukum I Newton." Oleh karena itu, tepat saat kita berhenti memberikan gaya pada suatu benda, saat itulah benda tidak memiliki percepatan, maka bola tersebut akan mulai bergerak lurus beraturan pada saat itu (diingatkan lagi bahwa ini jika lintasannya lurus dan licin).

Lalu bagaimana besar kecepatan bola tersebut saat bergerak lurus berubah beraturan dan bergerak lurus beraturan? Jawabannya: besarnya kecepatan bola saat bergerak lurus beraturan adalah besar kecepatan maksimal yang di "raih"nya saat diberi gaya (bergerak lurus berubah beraturan).

(Tulisan ini pernah saya tuliskan di sini)

Apakah saya berhasil? Entahlah. Saya kira saya harus terus belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun