Atau ini.
Kalau aku jabarkan mungkin beginilah kira-kira, banyak hal di dalam pikirannya yang sedang mengerjakan gaya padanya. Sayangnya, gaya-gaya itu bekerja dengan arah yang saling berlawanan sehingga saling meniadakan, oleh karena itu resultan gayanya nol. Dan karena resultan gaya dalam dirinya adalah nol, seperti halnya benda-benda lain dengan besar resultan gaya yang sama yang tidak akan bergerak, dirinya juga demikian.
Ide untuk menyastrakan fisika ini juga berdampak serius terhadap pembelajaran fisika saya di kelas. Saya sadar bahwa, betapapun menariknya fisika itu bagi orang-orang yang tertarik dengan fisika, tetapi saya menghadapi orang-orang yang tidak semuanya tertarik dengan mata pelajaran ini dan tugas guru adalah membuatnya menarik untuk dipelajari. Secara tidak sengaja saya melontarkan quotes berikut ketika siswa saya sedang mempelajari Gaya.
Ketika gaya gesekan statis lebih besar dari gaya yang diberikan pada suatu benda, maka benda diam. Untuk membuat benda itu bergerak maka gaya yang diberikan harus lebih besar dibandingkan gaya gesekan statisnya.
Jika benda itu adalah kamu, gaya gesekan statis adalah galau, dan gaya yang diberikan padamu adalah motivasi, artinya ketika galau lebih dominan dibandingkan motivasi, kamu sedang tidak melangkah untuk kesuksesanmu. Jadi, perbesarlah variabel motivasimu, supaya tetap optimis akan kesuksesan.
Lalu ide untuk menyuruh mereka membuat quotes fisika pun seketika muncul. Salah satu contohnya adalah quotes buatan siswa saya bernama Amal sebagai berikut.
Hidup itu harus seperti besaran vektor, punya nilai dan arah.
Lalu jika ditanya apakah itu berhasil? Setidaknya saya melihat siswa-siswa saya senyam-senyum ketika saya suruh membuat quotes. Setidaknya saya tidak perlu memilih satu di antara keduanya, fisika dan sastra.
Sedikit demi sedikit saya ingin fisika yang berwajah serius itu tampak sedikit bersahabat ketika saya mengawinkannya dengan sastra. Saya ingin orang lain ketika membaca fisika itu sesantai ketika dia membaca fiksi. Oleh karena itu saya terus mencoba, seperti menuliskan cerita tentang materi gerak dengan cara ini.
Di suatu sore, saat itu sebuah bola sedang bergelinding ke arah kaki saya. Bola tersebut sudah berhenti sebelum menyentuh kaki. Rasanya tidak asing lagi sebuah cerita ketika Newton duduk di bawah sebuah pohon apel, ia melihat buah apel yang jatuh dan lalu memicu pikirannya untuk melahirkan hukum gravitasinya. Jadi, ketika melihat bola yang menggelinding tersebut, saya jadi ingin memikirkan sesuatu juga.
Mengapa bola tersebut berhenti bergelinding bahkan sebelum menyentuh kaki saya? Jika melihat lintasan yang di tempuh bola itu, yang adalah jalanan berbatu dan sedikit berbukit-bukit maka pikiran saya mengarahkan pada pemikiran tentang gesekan antara jalanan dan bola dan mungkin juga ada gesekan bola dengan udara. Gesekan inilah yang akan menurunkan kecepatan bola hingga menjadi nol (bola diam).
Lalu bagaimana jika bola tersebut bergelinding di atas sebuah lintasan yang lurus dan licin yang sangat panjang? Dari berbagai sumber, saya akhirnya tahu bahwa jika kita bisa mengkondisikan sebuah lintasan yang lurus dan licin yang sangat panjang, maka bola yang menggelinding tersebut tidak akan pernah berhenti. Tentu saja si bola itu tidak tiba-tiba bergelinding. Tentu awalnya adalah ada yang menendangnya (saat ini bola diberikan gaya), gaya yang diberikan menimbulkan percepatan. Gesekan yang di sebut pada paragraf sebelumnya juga merupakan salah satu gaya. Percepatan yang positif membuat kecepatan suatu benda berubah dari nol hingga punya nilai "sekian" m/s (bertambah), sedangkan percepatan yang negatif membuat kecepatan suatu benda berubah dari "sekian" m/s hingga nol (berkurang). Perubahan kecepatan inilah yang membuat bola yang awalnya diam menjadi bergerak atau yang awalnya bergerak menjadi diam. Pergerakan bola tersebut, saat kecepatannya berubah, jika tidak terjadi perubahan arah maka kita bisa sebut bahwa bola itu bergerak lurus berubah beraturan. Saya tadinya bertanya-tanya kapan kira-kira si bola akhirnya punya kecepatan yang tetap (ketika digelindingkan di lintasan lurus dan licin). Untunglah, Dr. Rusli memberikan pencerahan tentang hal ini. "Sesuai dengan Hukum II Newton: selama ada gaya total yang tak nol pada benda, benda akan mengalami percepatan, artinya kecepatannya berubah terus. Kalau gayanya dinolkan, percepatan benda pun menuju nol, dan setelah tiada resultan gaya lagi pada benda, kecepatan benda konstan (GLB). Ini juga sesuai dengan Hukum I Newton." Oleh karena itu, tepat saat kita berhenti memberikan gaya pada suatu benda, saat itulah benda tidak memiliki percepatan, maka bola tersebut akan mulai bergerak lurus beraturan pada saat itu (diingatkan lagi bahwa ini jika lintasannya lurus dan licin).
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!