Assalamu'alaikum, Selamat malam Sahabat Kompasiana,
Wah..., pasti sudah banyak yang menuju lokasi refreshing nih. Hati-hati di jalan. Nikmati perjalanan, tidak perlu tergesa agar selamat sampai tujuan, dan temukan kebahagiaan.
Sahabat, malam ini lalu lalang di benak saya berbagai keinginan dan harapan. Sibuk memang, tetapi hati senang. Saya sungguh bersyukur karena beberapa kewajiban dapat diselesaikan.Â
Sejumlah pekerjaan baru di depan mata, semua harus bisa saya selesaikan dengan baik. Insya Allah dengan pertolongan Allah, saya akan bisa meraihnya. Amin.
Sahabat, pernahkah Anda dalam kesibukan seperti ini? Bagaimana mengkondisikannya?Â
Di usia yang tidak muda lagi, rasanya saya malah semakin banyak kegiatan. Alhamdulillah, Insya Allah saya niatkan untuk ibadah. Mudah-mudahan Allah masih memberikan kesempatan cukup waktu pada saya untuk mengambil peran demi kemaslahatan.Â
Seorang teman bertanya, "Apa tidak capai ta, Bu. Penjenengan ki wis sepuh, lo!" 'Anda itu sudah usia, lo', justru inilah yang menjadikan saya melakukannya. Saya merasa di hampir separoh usia saya mungkin belum begitu banyak saya melakukan hal yang bermanfaat untuk orang lain.Â
Saya ingat postingan teman-teman di berbagai GWA, di antaranya isi usia tua dengan hal-hal yang bermanfaat, dan membuatmu bahagia, jalin silaturahmi dengan banyak teman, sahabat, saudara (supaya panjang usia, murah rezeki), lakukan apapun yang kau suka semampumu dengan hati bahagia. Ya, dan inilah yang sedang saya hayati.
Sobat Kompasiana, terkhusus pada sesama lansia, mengisi hari-hari di usia senja dengan berbagai kegiatan adalah sebuah keniscayaan. Kita tidak boleh hanya duduk diam di rumah sambil momong cucu. Jangan! Meskipun kita tidak bisa lagi segesit kaum Milenial, tidak lagi sekuat kawula muda, tetapi kita punya jiwa yang masih harus 'dihidupi'.Â
Cucu, itu bagian dari kebahagiaan kita, tetapi bukan tanggung jawab kita. Mereka ada orang tuanya. Jika kita mampu, mengapa tidak? Lakukanlah, agar kita tetap sehat, panjang usia  dan bahagia.Â
Seperti yang saya lakukan. Dimulai dari saya menemukan chat di salah satu GWAÂ yang mengajak untuk menulis Antologi. Alhamdulillah, saat itu Allah membukakan hati saya.Â
Saya mencoba mengikutinya, kesenangan yang sudah lama saya tinggalkan, menulis. Ternyata, tidak sulit. Saya berhasil menulis 'Guru Idolaku'. Dan benar, tulisanku terbit bersama tulisan teman-teman lain yang tidak saya kenal. Kemudian menyusul ajakan kedua, saya pun menulis 'Kasih Tak sampai'.Â
Betapa senangnya menerima Buku Antologi yang di dalamnya ada tulisan kita. Ajakan berikutnya, saya menuliskan 'Public Speaking for Teacher, Merawat talenta Anugerah Illahi'. Saat ini sedang dalam proses, Antologi 'Aku dan Sahabatku', dan segera akan saya susulkan 'Peribahasa dalam Cerita'.
Sahabat, malam ini adalah pelatihan ke-6 yang saya ikuti. Telah 4 Resume yang saya unggah. Di Kelas Public Speaking, 2 dari 3 Resume sudah saya kumpulkan. Alhamdulillah, meski tertatih, hampir tak terkejar, tetapi pelan dan pasti saya ikuti. Jika saya mengikuti lomba menulis fiksi bersama Gol A Gong, itu juga bukan karena saya hendak bersaing, apalagi mengharapkan hadiahnya. Saya benar-benar ingin berbagi ilmu dan pengalaman yang saya miliki kepada orang lain.
Kelas KBMN malam ini luar biasa, sama hebatnya dengan kelas atau pertemuan sebelumnya, semuanya materinya usable. Bahkan malam ini kami para peserta ditantang untuk dalam waktu 2 minggu sampai 1 bulan, menulis buku yang bisa diterbitkan di Penerbit Mayor. Tentu saja saya ingin mewujudkannya. Apalagi teknik dan teorinya telah saya peroleh dari mengikuti 'kursus' menulis KBMN. Saya jadi ingat motivasi yang digelorakan Bu Kanjeng yang Ratu Antologi itu, jadikan "Writing is my passion". Bu Aam yang punya segudang prestasi menasehati, "Luangkan waktu untuk menulis. Jangan menulis menunggu waktu luang." Saya benar-benar tersihir oleh Mantra sakti Om Jay, "Menulislah setiap hari, lihat apa yang terjadi"
Sahabat, dari pertemuan malam dengan Narasumber hebat, Prof. Dr. Ir. Eko Indrajit, M.Sc., M.B.A., M.Phil., M.A., saya terinspirasi dari pengalaman mengajar dan membimbing. Paparn Prof. Ekoji (begitu beliau disapa di KBMN), muncul ide. Saya harus tuangkan ini dalam tulisan dan menjadikannya buku. 'Mungkinkah?' suara hati kecil hampir mematahkan semangat. Ternyata, menulis bersama beliau, saya akan dibimbing. Tentu ini anugerah dari Allah, menghadirkan Mentor yang akan menuntun dan mengajari saya. Untuk maksud itu, saya bergabung di Grup Januari Berseri.
Masih dalam angan menentukan ide yang bersliweran di kepala, seorang Sahabat memberitahu melalui WA. "Bu Ut, coba buka E-mail, ada pengumuman Seleksi Kampus Mengajar." Saya alihkan layar sejenak ke E-mail, ternyata saya lolos seleksi Tes Daring Calon DPL di Program Kampus Merdeka. Alhamdulillah, mudah-mudahan Allah karuniakan saya kesehatan, dan kekuatan untuk menjalani semua peran itu, pendidik, penulis, pembimbing.Â
Niat dan Tekad, saya harus bisa mengelola waktu dengan baik, beribadah, bekerja, dan berkarya.Â
Bagaimana dengan Anda? Selamat malam Sahabat. Selam Literasi. Wassalamu'alaikum,
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI