"Kendal?! Kenapa kamu tidak datang kemarin sore atau malam, mempersiapkan ujianmu! Saya tidak bisa menerima alasan kalian!"
"Betul, Bu. Saya tidak berbohong."
"Justru itu! Apa kamu tidak merasa bersalah?!"
"Sudah tahu mau ujian, La mbok ya inap di Kost teman apa pye..." Suara Bu Dekan sudah mulai melemah. Mungkin capai, dongkol, dan entah apa lagi. "Kalian boleh pulang, istirahat. Ujian ditunda!"
Saya sendiri heran, akhir-akhir ini ada saja yang disampaikan oleh Mahasiswa untuk menutupi kesalahannya. Belum hilang kesal karena batal menguji, sayapun harus berangkat sangat gasik agar tidak terlambat. Jam 06.00 saya sudah siap di Halte Trans.
"Maaf, Bu. Boleh mengganggu sebentar?"
'Ini lagi! ada apa dia pagi-pagi menemui saya?' suara batin saya tidak suka.
"Mau mengumpulkan jawaban, Bu. Kemarin waktu mau saya unggah, baru lebih 4 menit, sudah ditutup."
"Ini hari apa?!" Aku sudah pula tak tahan untuk bersuara. Keras pula. Mungkin masih terbawa suasana di Ruang ujian tadi.
"Rabu, Buk." Tenang sekali ia menjawab, seakan persoalannya adalah hal yang sederhana.
"Lo, aneh. Bukan ujian itu namanya. Senin ujian, kok jawaban baru disampaikan Rabu. Bok coba tempatkan dirimu di tempatku. Kamu kan juga Guru." saya merasa tidak perlu berteriak. Percuma. Hanya membuang energi, mengobarkan emosi.