Mohon tunggu...
Hreeloita Dharma
Hreeloita Dharma Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

i'm human that want to be a human.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perasaan Si Sulung

26 April 2019   21:20 Diperbarui: 26 April 2019   21:47 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Lovethispic.com

Dasar menyedihkan.

Ini sakit.

Ayah bilang, dunia itu luas.

"kamu harus lihat dunia itu luas. Ada banyak hal didalamnya."

Ayah bilang, aku harus tahu segala hal.

"itu mempermudah kamu menjalani kehidupan di masa depan'"

Ayah bilang, aku harus menjadi contoh buat adik-adik.

"kamu yang paling tua, harus bisa mengayomi dan memberi contoh baik untuk adik-adik."

Semua itu terus terngiang dikepala.

Di hati.

Di jiwa.

Setiap hari hanya memakai topeng "kakak yang baik" dan "anak yang baik"

Ayah,ibu .....

Apa ayah mau tahu?

Kadang aku merasa rumah ini bukanlah tempatku berada lagi.

Ini sangkar untukku dan aku benci itu.

Setiap pulang kerumah, ada saat dimana aku hanya merasa lelah, sakit, dan ingin pergi.

Ayah, ibu, adik...

Maafkan aku.

Aku ingin pergi jauh. Aku ingin mengetahui banyak hal diluar sangkar ini.

Jangan sedih. Hapus prasangka buruk.

Aku pergi untuk belajar banyak hal. Bertemu banyak orang.

Aku ingin jadi produser.

Aku ingin kerja di tempat impianku yang sayangnya sangat jauh dari rumah.

Bukan hanya diam dirumah.

Ayah ibu selalu berbaik hati. Aku pun paham maksud ayah ibu yang selalu menjagaku dan menjauhkanku dari segala bahaya dunia akhirat.

Tapi ini bukan aku.

Hidupku tidak hanya di rumah dan di kampus.

Aku punya hidup, dunia sendiri yang didalamnya berisi hal yang aku suka.

Aku suka membaca.

Aku suka berenang.

Aku suka galaksi dan luar angkasa.

Aku suka melihat langit penuh bintang sambal mengadahkan kepalaku ke atas.

Aku suka berpikir di hari hujan sambal menangis sendirian.

Aku suka mempelajari banyak sejarah dunia.

Aku suka dewa-dewi di Yunani.

Aku suka membasahi diriku dengan air laut.

Aku suka belajar sesuatu yang baru.

Aku suka memasak.

Aku suka berbicara dengan banyak orang.

Aku suka bangun dimalam hari.

Aku suka dihubungi untuk ditanyakan kabar.

Ayah ibu, ini bukan aku.

Aku tidak suka hanya diam dirumah.

Aku tidak suka hanya mengerjakan sesuatu hanya dirumah.

Aku tidak suka dihubungi hanya untuk disuruh melakukan sesuatu.

Aku tidak suka bangun dipagi hari.

Aku tidak suka harus terburu buru pulang hanya untuk memastikan adikku baik baik saja.

Aku tidak suka hanya aku yang dituntut harus bisa segala hal sedagkan aku memiliki dua adik yang cukup dewasa untuk melakukan hal yang aku lakukan.

Aku tidak suka hanya aku yang harus menjadi sempurna,

Aku tidak suka hanya aku yang harus bisa segalanya.

Aku tidak suka hanya aku yang harus dicap buruk dalam keluarga ini. "boros","pemalas","selalu gagal dalam ujian akhir","banyak mau","cerewet","berlebihan","suka meminta uang"

Ayah ibu...ini bukan aku.

Banyak orang tersesat dalam pikiran mereka sendiri. Mereka membangun labirin kehidupan di luar. Mereka bermasalah dengan diri mereka diluar.

Tapi aku?

Aku tidak punya masalah dengan temanku,dosenku,atau saudaraku.

Tahukah kalian apa masalahku?

Diriku sendiri.

Aku benci diriku yang tak bisa menyampaikan aku benci kalian yang hanya memberiku hidup sekolah-rumah-kuliah-rumah.

Aku benci mendapati diriku harus berbohong dengan menjadi "baik-baik saja" hanya untuk membuat kalian bangga, tersenyum, dan menjaga martabat baik keluarga ini.

Aku benci untuk merasa menjadi anak durhaka bila aku menyampaikan segala perasaanku pada ayah dan ibu.

Aku benci membiarkan diriku marah pada adik-adikku yang aku tahu bahwa mereka tidak pernah bersalah atas hidup yang aku miliki.

Aku tumbuh dewasa dengan membenci diriku sendiri.

Aku benci diriku yang merasa hilang arah karena aku selalu dilatih untuk mencari sesuatu sendirian dalam segala hal.

Aku benci mendapati diriku menghapus semua pesanku pada ayah saat aku marah padamu.

Aku benci mendapati diriku menangis sambil berpikir kapan aku bisa pergi dari rumah ini sejauh mungkin.

Aku benci yah,bu.

Apa menjadi anak sulung itu berarti aku harus membunuh semua perasaan yang aku miliki dan hidup menjadi boneka dalam keluarga?

Apa menjadi anak sulung harus berarti aku harus sempurna?

Apa menjadi anak sulung berarti aku harus membunuh diriku sendiri untuk menjadi orang lain?

Ayah ibu.....

Aku bukan ayah atau ibu.

Yang sabar, yang kuat, yang sempurna, yang bisa segala hal, yang bisa menyembunyikan rasa sakit di hatinya, yang tegar.

Aku adalah aku.

Aku anak ayah dan ibu.

Anak yang hingga saat ini walaupun berumur 21 tahun masih ingin ditanya tentang bagaimana hariku,apa kabarku,apa yang kumakan.

Bukan hanya dihubungi hanya saat kalian membutuhkan aku.

Menerima paket, menerima tamu kalian, pergi menemui kolega, menjadi anak sempurna hanya karena orang tuanya dianggap sempurna.

PERSETAN!

BRENGSEK!

SIALAN!

Ini terlalu terlambat bagi diriku mengungkapkan segalanya.

Aku terlanjur merasa seperti burung dalam sangkar.

Yang hanya dilepas apabila ada orang yang ingin menemuiku.

Pada akhirnya aku adalah boneka.

Boneka yang dipanggil "kakak" dan "anak pertamaku"

Ini terlambat bagiku untuk benar benar mengungkapkan apa yang aku rasakan.

Terlalu terlambat bagiku memberi tahukan apa yang akan kulanjutkan selanjutnya dalam hidupku.

Kenapa aku harus memikirkan ini?

Ayah dan ibu pasti hanya memotong omonganku dan bertindak seakan mereka mengenalku lebih dari aku mengenal siapa diriku. Mereka hanya mulai membicarakan hidup mereka pada saat seusiaku, bagaimana menjadi anak yang baik, apa harapan dan kepercayaan mereka, berkata aku berlebihan memikirkan banyak hal, mulai berceramah seberapa salahnya aku berpersepsi tentang mereka.

Rasanya aku ingin tertawa didepan mereka.

Konyol.

Pada akhirnya kau hanya menangis sendirian lagi.

Aku tidak hidup dizaman mereka tapi mereka hidup dizamanku.

Bukankah dunia setidak adil itu?

Ayah dan ibuku pada akhirnya sama seperti orang-orang brengsek yang ada dalam masyarakat kami.

"ayah tahu kamu sudah lama, tidak baru sehari dua hari."

"halah, kamu kan memang begitu orangnya."

"salah kalau kamu berpikir seperti itu pada orang tuamu."

LALU AKU HARUS BERPIKIR BAGAIMANA SIALAN?!

"AH AYAH DAN IBUKU SANGAT BAIK MEREKA MEMBUATKU HIDUP NYAMAN."

BEGITU?!

TIDAK!

Ayah,ibu....

Aku ingin banyak belajar dari kalian.

Mendapatkan ilmu-ilmu dari kalian dengan bahagia dan menerapkannya kembali kepada anak-anakku kelak. BUKAN UNTUK DIBANDINGKAN DENGAN DIRI KALIAN!!!!

Aku ingin bermain atau pergi dengan kalian. Berdua. Aku dan ayah, atau aku dan ibu. Aku ingin jujur pada kalian. Banyak hal yang ingin aku katakan akan hidupku. Apa yang aku bingungkan.

Apakah kalian tidak tahu, menyuruhku mengungkapkan semuanya didepan adik-adikku atau di perkumpulan keluarga hanya membuatku malu?

Aku bukan anak yang kuat.

Aku lemah.

Aku malu.

Terutama bila menyangkut membuka perasaanku. Apa yang aku rasakan.

HARUSNYA KALIAN MENGERTI ITU!

BUKAN HANYA DIAM DISAAT AKU BERBICARA! BUKAN KALIAN MEMOTONG OMONGANKU DAN MULAI MEMBERIKAN PETUAH PETUAH KUNO!!!

Aku hanya minta didengarkan. Diperhatikan sebesar adik-adikku diperhatikan.

Aku bukan orang asing bukan?

Aku masih bagian dari keluarga ini.

Aku tetaplah aku.

Jadi kumohon.....

Bantu aku menjadi apa yang kumau.

Bantu aku mencintai diriku sendiri.

Seperti aku mencintai kalian dengan segenap hati dan jiwaku.

Aku ingin belajar hidup menjadi anak yang bisa membanggakanmu, membuatmu tersenyum, bahkan melindungimu dari jahatnya dunia akhirat.

Tapi dengan menjadi diriku sendiri. Diri yang sesungguhnya aku mau.

Aku yang menciptakan aku.

Bukan aku yang harus menjadi "aku" karena kalian.

Bukan aku yang kalian harapkan.

Tapi aku yang diharapkan.

Inilah perasaanku,

Anak Sulungmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun