Mohon tunggu...
Mohammad Herdianto
Mohammad Herdianto Mohon Tunggu... Administrasi - Bukan jurnalis, hanya suka menulis

PNS (Pegawai Nyekel Sapu)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berbagi "Snack" Kebahagiaan dalam Kirab Pusaka

1 September 2019   09:00 Diperbarui: 1 September 2019   09:07 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arya Ismana dan Istri | Dokumen pribadi

Rasa-rasanya kurang etis jika harus menyebutkan satu persatu merek snack warungan yang biasa dijual diwarung-warung kelontong maupun mini market. selain terlalu banyak sekali jenis dan mereknya, juga tidak mungkin juga sebuah artikel terkesan sebagai sarana promosi. Terkecuali memang ada kerja sama khusus dari produsen snack tersebut.

Dengan harga yang murah dan bisa didapatkan dimana saja, snack warungan memang menjadi jajanan favorit di era modern sekarang ini, terutama bagi anak-anak. 

Terbukti , Hampir setiap anak jika diajak orang tua pergi belanja ke warung, sudah bisa dipastikan bahwa si anak "minta jajan" yang berupa snack warungan.

Lalu bagaimana jika snack warungan itu dibagikan secara cuma-cuma? Apakah hanya anak-anak saja yang berminat ? Ataukah orang dewasa juga berantusias turut serta mendapatkannya?

Sabtu 31 Agustus 2019 bertepatan dengan malem 1 suro atau 1 muharram pada penanggalan islam, sudah bukan hal yang baru untuk dibahas, jika pada hari itu Kabupaten  Ponorogo memiliki hajat besar,  yaitu Kirab Pusaka dalam puncak perayaan Grebeg Suro yang memang digelar rutin setiap tahunnya.

Dengan benang merah yang sama seperti tahun -tahun sebelumnya, arak- arakan Kirab Pusaka selalu diawali dengan Bregodo pembawa tiga pusaka legenda sejarah Kabupaten Ponorogo yang dulu pernah menjadi pusaka andalan oleh Bathoro katong  seorang tokoh pendiri Kabupaten Ponorogo dalam mempertahankan wilayah kekuasaanya.

Bupati Ponorogo | Dokumen pribadi
Bupati Ponorogo | Dokumen pribadi

Dibelakang bregodo pembawa tiga Pusaka, diikuti oleh rombongan kereta kuda yang diawali oleh Bupati dan wakilnya , dan seluruh Pejabat Forpinda serta mobil hias dari seluruh sekolah negeri maupun swasta yang ada di Kabupaten Ponorogo yang mengikuti dibelakangnya.

Berada dalam salah satu rombongan kereta kuda didalam arak-arakan kirab pusaka menjadi kesan tersendiri bagi Bapak Arya Ismana Kepala Kantor ATR/BPN Ponorogo beserta istri. 

Ini kali pertama merasakan begitu besar antusias warga masyarakat ponorogo yang menyaksikan event tahunan, seperti kirab pusaka ini sebagai contohnya.

Arya Ismana dan Istri | Dokumen pribadi
Arya Ismana dan Istri | Dokumen pribadi

Teriakan histeris penonton yang sudah memadati jalan protokol dari start sampai finis menjadikan kesan yang luar biasa , penonton tidak peduli meski beberapa polisi membuka jalan, namun terus saja mereka maju kedepan mendekat ke kereta kuda sambil mengulurkan tanggannya memberi isyarat bahwa mereka meminta sesuatu.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

" Pak jajane,  pak jajane " teriakan warga masyarakat yang menyaksikan jalannya kirab pusaka menjadi bumbu meriahnya suasana, terlihat seolah ada kepuasan  tersendiri bisa mendapatkan snack warungan yang dibagikan oleh para pejabat yang menaiki kereta kuda, termasuk juga pemberian dari Kepala Kantor ATR/BPN Ponorogo Bapak Arya Ismana.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Yang lebih menggerakan lagi, jika snack warungan selalu identik dengan makanan kesukaan anak-anak, namun tak jarang orang dewasa juga ikut berebut dengan penonton lain yang ada didekatnya. Bahkan tak jarang penonton yang begitu kecewa jika tidak bisa mendapatkan snack yang dibagikan.

Sebenarnya bukan masalah snacknya, tapi pemberiannya dan perhatiannya kepada masyarakat , sehingga orang dewasapun juga ikut rebutan , entah dimakan sendiri atau dikasih ke anaknya sahut Pak Arya

Dokpri
Dokpri
Meski terlihat kualahan meladeni permintaan masyakat akan snack yang dibagikan namum tak bisa dimungkiri bahwa begitu senangnya Pak Arya dengan moment ini, Raut kebahagiaanya dan istri begitu tergambarkan secara jelas.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Jika dipikirkan sekali lagi tentang moment ini, selalu timbul sebuah pertanyaan. Apa sih yang membuat masyarakat begitu rela berebut snack yang dibagikan saat kirab pusaka? Berapa sih harganya? Rasa-rasanya memang tidak relevan jika dijadikan dengan harganya.

Mungkin benar apa yang dikatakan  Pak Arya , bahwa yang membuat masyarakat rela berebut snack yang dibagikan saat kirab pusaka ini bukan tentang barangnya, akan tetapi nilai berbagi dan perhatian terhadap masyarkat, meski hanya dalam bentuk snack yang harganya sangat murah dan bisa didapatkan dengan mudah diwarung-warung, namun sensasi nya jelas terasa berbedha.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Maka tak heran, jika setiap penyelenggara kirab pusaka di Ponorogo, masyarakat  berebut snack dari para pejabat yang menaiki kereta kuda menjadi kesan tersendiri. Baik dari masyarakat yang menerima maupun pejabat yang membagikan keduanya seolah mendapat kepuasan batin yang sulit untuk digambarkan.

Entah mungkin di daerah lainpun juga seperti ini, namun satu hal yang pasti bahwa selain karna dalam rangka menguri-uri sejarah dan budaya, pembagian snack warungan didalam kirab pusaka memang menjadi sebuah satu paket yang tidak bisa dipisahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun