Melihat mereka, saya benar-benar ingat masa dimana hal yang paling menyedihkan hanyalah melihat pak guru marah karena PR dikerjaan di sekolah, atau takut ayah marah setiap kali pulang, ayah tau saya habis bermain di sawah dan bukan sedih karena pertanyaan kapan menikah.
Melihat mereka, saya benar-benar tidak pernah lupa dengan masa dimana hal yang paling baper hanyalah menyanyikan lagu pelangi dan berpuisi tentang bunga matahari, bukan baper karna mengenal seorang wanita lalu jatuh hati kemudian timbul rasa ingin memiliki namun pada akhirnya juga patah hati.
Namun hal itu toh hanyalah lamunan saya saat melihat anak-anak bermain saat saya pulang dari kerja lalu merasakan kerinduan tentangnya. Pada realitanya meskipun saya belum cukup dewasa namun saya sudah bukan usia  anak-anak lagi. Kenyataan hidup haruslah selalu dihadapi.
Seperti orang bijak berkata bahwa bertambah usia adalah takdir namun bertambah dewasa adalah pilihan. Terutama soal cinta, daripada sibuk mikir jodoh kapan datangnya lebih baik berbenah diri agar lebih pantas dengan seseorang yang nantinya akan menjadi pilihan sebagai pasangan hidup
Dinamika kehidupan teruslah berjalan, tidak ada pilihan lain selain memang harus menghadapi kenyataan. Masa lalu adalah hal yang harus dipelajari untuk menatap masa depan dengan cara mulai berbenah di masa sekarang ini.
Aku benar-benar rindu akan masa kecilku namun juga harus siap menjadi dewasa dengan segala kemungkinan yang serba baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H