Mohon tunggu...
Mohammad Herdianto
Mohammad Herdianto Mohon Tunggu... Administrasi - Bukan jurnalis, hanya suka menulis

PNS (Pegawai Nyekel Sapu)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cerita Ketika Aku Rindu akan Masa Kecilku

9 April 2018   10:53 Diperbarui: 9 April 2018   11:01 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awan mendung tanda akan turun hujan tak menyurutkan randy dan teman temannya, yang saat itu sudah berkumpul sekitar 7 anak yang usianya sepantaran dengan dia, untuk bermain bersama. Hal semacam itu merupakan suasana yang tidak asing lagi di sekitaran jalan kampung.

Namanya juga jalan kampung yang relatif sepi maka tak banyak kendaraan yang lalu lalang, karna rata-rata hanya warga sekitar yang melawati jalan itu setiap harinya. Kondisi jalan yang seperti ini tidaklah berbahaya jika di manfaatkan untuk anak-anak bermain di jalanan.

Terlihat Randy bersiap melempar sandal yang sudah tertata berbentuk segitiga menyerupai piramid, dan Marsya berjaga. Setelah sandal runtuh berantakan dilempar oleh Randy, semuanya teman-temannya lari mencari tempat untuk bersembunyi kecuali Marsya.

Tugas Marsya sangat berat. Masya sebagai penjaga, bertugas untuk menata sandal yang berbentuk piramid menjadi utuh kembali seperti  yang sebelumnya, namun Masya juga harus mencari dimana tempat teman-temannya bersembunyi belum lagi harus menjaga keutuhan piramid agar tidak di hancurkan oleh temannya yang keluar dari persembunyiannya.

Permainan petak umpet mereka mengalir dengan suasana yang begitu riuh, penuh dengan gelak tawa khas anak-anak pada umumnya. Sesekali berantem namun pada akhirnya akur lagi main bareng lagi. Namanya juga anak-anak, pasti tak butuh waktu lama untuk saling marah toh pada akhirnya ya saling memaafkan.

Melihat keseruan mereka,  rasanya seakan-akan ingin ikut gabung dengan mereka. Namun tak mungkin juga untuk melakukannya. Dengan alasan, yang pasti malu sama usia. Namun hal itu seketika membuka memori dalam otak saya ketika masih seumuran mereka.

Melihat mereka,  rasanya benar-benar rindu dengan masa kecil saya dulu. masa-masa dimana belum mengenal apa itu ekploitasi dan konten pornografi karena hal yang paling memalukan hanyalah meski tak bawa pakian ganti namun tetap nekad mandi di kali.

Melihat mereka , sungguh masih sangat terasa. Dimana hari senin, hal yang paling berat adalah harus mengikuti upacara bendera, bukan berat karna tuntutan dilingkungan kerja namun dengan gaji yang tak seberapa.

Melihat mereka, saya benar-benar ingin kembali,  pada masa dimana belum kenal dengan handphone android dan setiap hari harus mencari gratisan wifi untuk menonton youtube karena jaman dulu menonton film kartun di televisi berlayar hitam putih pun sudah di rasa cukup.

Melihat mereka, saya benar-benar ingin merasakan pada masa dimana belum mengenal siapa itu koruptor dan apa itu pelakor karena yang bisa dirasakan hanyalah begitu senang bisa bermain lumpur meskipun harus pulang dengan baju yang kotor.

Melihat mereka, saya benar-benar kangen masa dimana belum faham berita tentang penistaan terhadap agama karena yang saya tau hanyalah setiap hari harus belajar ngaji di mushola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun