Pepadi (5):
Menggali Sumbangan Jawa untuk Manajemen
Oleh Ki Sutadi Ketua Pepadi Propinsi Jawa Tengah
(Bagian 1/2)
 Artikel ini kiriman Bapak Sutadi Siswarujita atau Ki Sutadi, Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia ( PEPADI ) Provinsi Jawa Tengah, Sarasehan Budaya Jawa di Semarang Mei 2005.
Menggali Sumbangan Jawa untuk Manajemen
Oleh: Ki Sutadi, Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia Propinsi Jawa Tengah
Abstrak
Jawa, Jagad Jawa dan Budaya Jawa telah menjadi wilayah kajian yang menarik dari masa ke masa. Memasuki ranah Jawa, Jagad Jawa dan Budaya memang unik dan rumit. Ada yang dapat dilihat kasat mata namun ada juga yang tidak kasat mata. Banyak yang berupa lambang atau simbol-simbol yang memerlukan penafsiran. Disamping itu ada yang bernuasa pra logis dan ‘irrasional’. Itulah sebabnya ada istilah ‘othak-athik gathuk’ yang bermakna pra logis tetapi ada korelasinya. Dalam menggali sumbangan Jawa untuk dikaitkan dengan apapun amat menarik untuk dikaji. Ada semacam ‘magis’ di ranah Jawa ini dan tak pernah habis untuk distudi.
Menggali sumbangan Jawa untuk manajemen dapat dimulai dari nilai-nilai filsafati aksara Jawa. Struktur keajaiban aksara Jawa dapat menuntun pribadi manusia dalam membina hubungan dengan Sang Khalik, Tuhan Yang Maha Esa. Dalam tahap berikutnya perlu memasuki wilayah ungkapan Jawa yang sangat beragam. Nilai-nilai filsafati dalam sesanti ‘Mamayu Hayuning Bawana’, yang kemudian dikembangkan menjadi ‘Mamayu Hayuning Nusa Bangsa’ dan ‘Mamayu Hayuning Sasama’ menuntun manusia untuk sadar kosmis, sadar lingkungan alam dan sadar lingkungan sosial kemasyarakatan. Dalam dunia wayang, pakeliran dan pedalangan banyak sekali yang dapat diidentifikasi untuk disumbangkan untuk manajemen. Menggali nilai-nilai yang ada di kakawin, naskah-naskah, serat-serat, tradisi dan lain-lain amat banyak yang dapat diangkat untuk disumbangkan untuk manajemen.  Dalam kerangka ini diperlukan reintrepretasi dan rekontekstualisasi.                                                                         ------
Daerah asal orang Jawa adalah Pulau Jawa yang panjangnya lebih dari 1200 km dan lebarnya sekitar 500 km. Bahasa yang dipakai dalam kehidupan keseharian adalah bahasa Jawa. Dalam konteks kejawaan, keberadaan Wong Jawa, Budaya Jawa, Jagad Jawa, telah menempuh perjalanan sejarah yang panjang dan ‘membentuk’ anyaman budaya yang disebut dengan Kebudayaan Jawa. Prof Dr Koentjaraningrat dengan merujuk pandangan Th Pigeaud, BJ Schrieke dan WF Wertheim, memerinci unsur-unsur budaya yang disebut ‘cultural universals’ meliputi: bahasa, sistem teknologi, sistem ekonomi, organisasi sosial, sistem religi dan kesenian. Selain itu juga menjelaskan adanya ‘variasi regional’ Kebudayaan Jawa meliputi kawasan budaya: Banten, Pasundan, Pesisir Barat, Banyumasan, Bagelen, Negari Gung (Surakarta dan Yogyakarta), Pesisir Timur, Mancanegari, Madura dan Tanah Sabrang Wetan. Perubahan yang tengah dan telah terjadi di kawasan budaya tersebut begitu luas dan kompleks. Namun diakui bahwa dalam unsur-unsur budaya Jawa tersebut masih memiliki nilai-nilai yang menarik untuk dikaji. Persoalan yang ingin di ketengahkan adalah: adakah ajaran (wulangan) Jawa yang dapat disumbangkan untuk manajemen? Sebuah persoalan yang relatif ‘sulit’, dikarenakan peran Jagad Jawa, Budaya Jawa dan Wong Jawa dalam wacana manajemen dewasa ini belum nampak jelas, sehingga masih perlu dicari dan diidentifikasi.
Budaya Jawa sudah mengglobal (?)
        ‘Globalisasi’ perlu diakui sebagai sesuatu yang sebenarnya telah terjadi sejak lama ketika bangsa-bangsa yang ada di dunia ini saling berhubungan secara ekonomi, sosial atau politik. Dr Sri Hastanto  mengemukakan banyak contoh dari sejarah dan ‘peradaban masa lampau bahwa budaya Jawa telah mengglobal. Ukiran berupa perahu dan instrumen musik seperti gambang di candi Borobudur ditemui di Madagaskar. Ketenaran sastrawan dan pujangga Jawa dalam merajut cerita Panji Inu Kertapati telah merambah di Asia Tenggara terutama Thailand dan Cambodia, dengan nama Ino. Kesenian dari luar yang diserap di Jawa adalah epos Mahabarata dan Ramayana dari India. Dari hasil-hasil studi tentang Kebudayaan Indonesia (khususnya di bidang bahasa dan sastra), banyak menemukan data tentang pengaruh unsur-unsur budaya dari berbagai bangsa.  Adalah JHC Kern yang telah banyak melakukan kajian tentang bahasa-bahasa dan Kebudayaan Timur yang dimulai dari bahasa Sanskerta. Penelitian berlanjut mengenai Budhisme di India. Sementara itu Prof Bunyiu Nanjio juga mengadakan studi tentang Budhisme in Java, Bali and Sumatra. Hasil-hasil studi JHC Kern berlanjut ke bahasa Jawa Kuno antara lain berupa Kawi Studien yang memuat pupuh Kakawin Arjuna Wiwaha. WH Rassers   melakukan studi tentang struktur masyarakat di Jawa antara lain de Panji Roman, The Cultural Hero dan ‘A Structural Study of Religion in Java’. Disamping hal-hal tersebut, Sultan Agung telah menghimpitkan tahun Hijriah dengan tahun Jawa sehingga tanggal 1 bulan Hijriah (Muharam) menjadi bersamaan dengan tanggal 1 Suro tahun Jawa. Dengan demikian, apakah budaya Jawa dapat dikatakan telah mengglobal?         Â
Semenjak penjajahan Belanda (dan Inggris), sampai dengan sekarang studi-studi tentang ‘Jagad Jawa, Budaya Jawa dan Wong Jawa’ memang cukup banyak. Pada awalnya banyak kajian dalam dimensi kesejarahan antara lain ‘History of Java’ oleh Rafles. PJ Zoetmulder tentang sastra Jawa Kuno dalam ‘Kalangwan’ dan kamus ‘Old Javaness English Dictionary’. JJ Rass tentang sastra Jawa dalam bukunya ‘Maatschappij en Letterkunde op Java’. GWJ Drewes dalam buku ‘The Romance of King Angling Darma’, JFC Gericke dan T Roordadalam buku ‘Het Oud Javaansch-Nederlandsch Woordenboek’, Clifford Geertz tentang ‘The Religion of Java’, Hildreed Geertz tentang ‘The Family of Java’, JMW Bakker SJ tentang ‘Agama Asli Indonesia’, Niels Mulder tentang ‘Kebatinan dan Cara Hidup Orang Jawa, Denys Lombard tentang ‘Nusa Jawa: Silang Budaya’, Franz Magnis Suseno tentang ‘Etika Jawa’ dll yang masih banyak. Dengan buku kumpulan surat-surat ‘Golden Letters’ membuktikan bahwa Wong Jawa atau Raja-raja di Jawa sudah berhubungan dengan berbagai kalangan di mancanegara. Kartini juga telah melakukan korespondensi dengan ‘para-sahabatnya’ di negeri Belanda. Dalam hal pewayangan dan pedalangan juga banyak hasil studi dan atau tulisan yang dihasilkan oleh penulis-penulis mancanegara antara lain Victoria M Clara van Groenedael .  Sementara itu pergelaran wayang sudah dipentaskan di berbagai negara. Gamelan dan wayang telah banyak dikirim, dijumpai dan dikaji di hampir semua benua di dunia ini. Wayang dan gamelan telah menjadi sumber belajar yang menarik perhatian para pakar mancanegara, antara lain sebagai berikut: GJ Davidson (Australia), Mattheuw Issac Cohen (Belanda), Sarah Bilby (Inggris), Anne Rasmussen, Nancy Staub, Andrew Weintraub, Kathy Foley, Mark Hoffman AS), Noriah Mohammed (Malaysia), Beata Jimnica (Polandia), Valtav Trojan (Ceko) dll. Kajian tentang wayang terus berkembang disertai pergelaran yang terus meningkat di berbagai negara. Dalam pewayangan ada 5 (lima) unsur penting yang termasuk dalam keunikan dan keindahan seni yaitu seni sastra, seni widya (filsafat), seni pentas, seni karawitan dan seni ripta. Oleh karena itu wayang telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai ‘Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity  pada tanggal 21 April 2004 di Paris Perancis. Dewasa ini wayang telah mengglobaldan mendunia. Dari contoh-contoh tersebut dapat dikatakan bahwa ‘Wong Jawa, Budaya Jawa dan Jagad Jawa’ telah (lama) memasuki lingkungan budaya mancanegara. ‘Jagad Jawa, Budaya Jawa dan Wong Jawa’ telah menjadi obyek studi yang sangat menarik perhatian para pakar mancanegara. Pengkajian mencakup hampir semua unsur kebudayaan, yang meliputi : bahasa, sastra, teologi/teosofi, sejarah, sistem organisasi sosial, sistem ekonomi, teknologi dan seni budaya. Dengan banyaknya pusat- pusat studi Indonesia (Jawa) di berbagai universitas di luar negeri menunjukkan bahwa budaya Jawa telah lama ada di ‘forum’ global.          Â
Perkembangan Manajemen         Â
        Manajemen kuno yang orientasinya masih ‘one sided’, mulai ditinggalkan dan memasuki pendekatan yang lebih ‘multiple sided’. Pertimbangannya adalah hadirnya berbagai masalah, kendala dan tantangan yang dihadapi. Masalah yang dihadapi semakin kompleks dan luas, disertai dengan tantangan yang semakin berat dan kompetitif.
Ruang lingkup masalahnya terjadi tidak hanya di tingkat lokal akan tetapi di lingkup nasional, regional (kawasan), internasional dan global. Manajemen kuno mulai ditinggalkan dan secara evolutif menuju manajemen yang lebih modern. Proses perubahan diawali dengan pandangan Max Weber (1864-1920) dengan konsep ‘Birokrasi’ yang memiliki ciri-ciri: (1) struktur hirarki yang jelas; (2) deskripsi dan spesifikasi pekerjaan yang jelas; (3) tata kerja diatur formal (legal); (4) bersifat impersonal-rasional, netral dan kadang mekanistik (5) falsafah dasarnya adalah efisiensi yang tinggi. Taylor (1911) mulai mengembangkan prinsip-prinsip ‘Manajemen Ilmiah’ dengan sistim ‘pita berjalan’, memotivasi karyawan untuk bekerja lebih produktif dengan perangsang upah yang layak dan efisiensi. Elton Mayo (1927) menyempurnakan konsep Taylor dengan mengembangkan aspek-aspek ‘hubungan manusia’ dengan kebutuhan manusia. Douglas Mc Gregor, A Maslow, F Herzberg, Likert, Argyris dan sebagainya (1947) menambahkan aspek-aspek tentang Manusia sebagai sumber daya dan kebutuhan manusia yang tidak hanya bersifat fisik atau finansial. Kebutuhan non fisik seperti rasa aman, keinginan untuk berprestasi, harga diri, aktualisasi diri dan tanggung jawab dalam proses pengambilan keputusan menjadi penting dalam proses manajemen. Dalam kaitan dengan perkembangan konsep manajemen tersebut Harold Koontz  mengelompokkan ke dalam paham-paham manajemen dalam 6 (enam) kelompok, sebagai berikut: paham Proses Manajemen, paham Empiris, paham Perilaku Manusia, paham Teori Keputusan dan paham Matematik. Dalam proses lebih lanjut manjemen telah memasuki spektrum yang begitu luas sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan perkembangan.
Drs FX Soedjadi MPA  merujuk pandangan Cleland and King (1984) yang menambah konsep manajemen modern yang bertumpu pada landasan pemikiran, antara lain : konsep dan analisis sistem, analisis pengambilan keputusan, pentingnya faktor manusia serta tanggung jawab sosial manusia dalam organisasi. Dalam manajemen modern faktor manusia mendapat perhatian yang lebih luas dan mendalam. Hubungan kerja perlu dibangun dalam konteks ‘top down-bottom up’. Unsur pimpinan perlu memiliki profesionalisme, open dan demokratik, memiliki ‘self confidence’, memiliki sikap dan integritas yang penuh kebijakan (wisdom) serta memiliki kepedulian tinggi dalam menumbuh-kembangkan organisasi. Dalam menajemen modern dikembangkan konsep filosofis ‘Segi Tiga Kebijakan’ (Triangle Concepts of Wisdom) meliputi ‘share, care and fair’ dalam konfigurasi analisis terhadap perkembangan lingkungan internal, eksternal, fisik dan non fisik. Drs FX Soedjadi MPA memandang penting analisis pengambilan keputusan dengan mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Manajemen modern telah memasuki matra dan gatra yang lebih luas, tidak hanya terbatas pada fungsi-fungsi manajemen pada ‘POAC, POSDCORB’, tetapi telah merambah tidak saja di sektor industri dan bisnis, serta area pemerintahan dan pembangunan yang jumlahnya lebih dari 20 sektor pembangunan. Dalam dimensi waktu mulai dikenalkan dengan konsep ‘manajemen strategis’ yang bertumpu pada pendekatan ‘short term-long term’, yang dilandasi dengan analisis ‘lingstra, telstra’ dan pendayagunaan teknologi yang semakin canggih. Profesi-onalisme, sistim informasi, ketepatan (akurasi), kecepatan, jaminan mutu (kwalitas) menjadi fokus dalam manajemen modern.
      Sementara itu dalam konteks manajemen dan organisasi modern Dr HAR Tilaar mengingatkan pentingnya profesionalisme, kepemimipinan yang tangguh dan berwawasan luas, berdisiplin serta memiliki moral yang tinggi. Tilaar mengusulkan pentingnya ‘kebudayaan keempat’ (the fourth culture) yaitu unsur-unsur etika dan agama sebagai salah satu dimensi penting dalam kehidupan manusia. Pandangan Tilaar ini dibangun berdasarkan pemikiran John Brockman  berdasarkan  klasifikasi ‘dominasi peran’ ilmu pengetahuan sebagai the first culture, teknologi sebagai the second culture serta kesusastraan dan filsafat sebagai the third culture dalam kehidupan manusia. Ditengah-tengah perkembangan iptek yang begitu cepat, memang muncul kekawatiran yaitu terjadinya proses ‘dehumanisasi’ dalam kehidupan masyarakat. Itulah sebabnya maka dimensi manusia mulai menjadi fokus dan perhatian utama dalam manajemen. Faktor Sumber Daya Manusia (SDM) memang menempati posisi yang sangat strategis. Dalam konteks manajemen dengan faktor kepemimpinan sebagai intinya, maka hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin menjadi faktor yang sangat penting  dalam manajemen. Sejalan dengan hal-hal itu Steven Covey memunculkan pandangan berupa 7 (tujuh) kebiasaan berdasarkan prinsip-prinsip: visi pribadi, kepemimpinan pribadi, manajemen pribadi, kepemimpinan antar pribadi, komunikasi empatik, kerjasama kreatif dan pembaharuan diri yang seimbang. Dalam kaitan dengan perkembangan manajemen, hal-hal, pemikiran dan wacana-wacana  tersebut, adakah potensi Jawa yang dapat disumbang-kan untuk manajemen ?
Bersambung:...Sumbangan Jawa untuk Manajemen...
Kunjungi: Â Â Index Artikel Kompasiana lainnya oleh Hendra Rayana
Ki Sutadi
Daftar Kepustakaan
- Koentjaraningrat, Prof Dr, 1984, Kebudayaan Jawa, PN Balai Pustaka, Jakarta
- Sri Hastanto, 2005, Peran Seni Budaya dalam Kehidupan Global, makalah, Surakarta
- Kern, JHC, Rassers WH, 1982, Civa Budha, Jambatan, Jakarta
- Ibid
- Victoria M Clara, Van Groenedael, 1987, Dalang Di Balik Wayang, Grafity Pers.
- Senawangi, 2004, Wayang Karya Agung Budaya Dunia.
- C Northcote Parkinson, et al, 1989, Gagasan-gagasan Besar dalam Manajemen, Binarpa Aksara.
- Soedjadi, Fx. Dr, MPA, 1993, Dimensi Filosofis dalam Manajemen Modern, LAN.
- Tilaar HAR, Dr, 1997, Pengembangan Sumber daya Manusia dalam Era Globalisasi.
- John Brockman, et al, 1996, The Third Culture, dalam Tilaar HAR Dr, Ibid.
- Covey, Steven,1997, The 7 Habits of Highly Effective People, Binarupa Aksara.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H