Manajemen kuno yang orientasinya masih ‘one sided’, mulai ditinggalkan dan memasuki pendekatan yang lebih ‘multiple sided’. Pertimbangannya adalah hadirnya berbagai masalah, kendala dan tantangan yang dihadapi. Masalah yang dihadapi semakin kompleks dan luas, disertai dengan tantangan yang semakin berat dan kompetitif.
Ruang lingkup masalahnya terjadi tidak hanya di tingkat lokal akan tetapi di lingkup nasional, regional (kawasan), internasional dan global. Manajemen kuno mulai ditinggalkan dan secara evolutif menuju manajemen yang lebih modern. Proses perubahan diawali dengan pandangan Max Weber (1864-1920) dengan konsep ‘Birokrasi’ yang memiliki ciri-ciri: (1) struktur hirarki yang jelas; (2) deskripsi dan spesifikasi pekerjaan yang jelas; (3) tata kerja diatur formal (legal); (4) bersifat impersonal-rasional, netral dan kadang mekanistik (5) falsafah dasarnya adalah efisiensi yang tinggi. Taylor (1911) mulai mengembangkan prinsip-prinsip ‘Manajemen Ilmiah’ dengan sistim ‘pita berjalan’, memotivasi karyawan untuk bekerja lebih produktif dengan perangsang upah yang layak dan efisiensi. Elton Mayo (1927) menyempurnakan konsep Taylor dengan mengembangkan aspek-aspek ‘hubungan manusia’ dengan kebutuhan manusia. Douglas Mc Gregor, A Maslow, F Herzberg, Likert, Argyris dan sebagainya (1947) menambahkan aspek-aspek tentang Manusia sebagai sumber daya dan kebutuhan manusia yang tidak hanya bersifat fisik atau finansial. Kebutuhan non fisik seperti rasa aman, keinginan untuk berprestasi, harga diri, aktualisasi diri dan tanggung jawab dalam proses pengambilan keputusan menjadi penting dalam proses manajemen. Dalam kaitan dengan perkembangan konsep manajemen tersebut Harold Koontz  mengelompokkan ke dalam paham-paham manajemen dalam 6 (enam) kelompok, sebagai berikut: paham Proses Manajemen, paham Empiris, paham Perilaku Manusia, paham Teori Keputusan dan paham Matematik. Dalam proses lebih lanjut manjemen telah memasuki spektrum yang begitu luas sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan perkembangan.
Drs FX Soedjadi MPA  merujuk pandangan Cleland and King (1984) yang menambah konsep manajemen modern yang bertumpu pada landasan pemikiran, antara lain : konsep dan analisis sistem, analisis pengambilan keputusan, pentingnya faktor manusia serta tanggung jawab sosial manusia dalam organisasi. Dalam manajemen modern faktor manusia mendapat perhatian yang lebih luas dan mendalam. Hubungan kerja perlu dibangun dalam konteks ‘top down-bottom up’. Unsur pimpinan perlu memiliki profesionalisme, open dan demokratik, memiliki ‘self confidence’, memiliki sikap dan integritas yang penuh kebijakan (wisdom) serta memiliki kepedulian tinggi dalam menumbuh-kembangkan organisasi. Dalam menajemen modern dikembangkan konsep filosofis ‘Segi Tiga Kebijakan’ (Triangle Concepts of Wisdom) meliputi ‘share, care and fair’ dalam konfigurasi analisis terhadap perkembangan lingkungan internal, eksternal, fisik dan non fisik. Drs FX Soedjadi MPA memandang penting analisis pengambilan keputusan dengan mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Manajemen modern telah memasuki matra dan gatra yang lebih luas, tidak hanya terbatas pada fungsi-fungsi manajemen pada ‘POAC, POSDCORB’, tetapi telah merambah tidak saja di sektor industri dan bisnis, serta area pemerintahan dan pembangunan yang jumlahnya lebih dari 20 sektor pembangunan. Dalam dimensi waktu mulai dikenalkan dengan konsep ‘manajemen strategis’ yang bertumpu pada pendekatan ‘short term-long term’, yang dilandasi dengan analisis ‘lingstra, telstra’ dan pendayagunaan teknologi yang semakin canggih. Profesi-onalisme, sistim informasi, ketepatan (akurasi), kecepatan, jaminan mutu (kwalitas) menjadi fokus dalam manajemen modern.
      Sementara itu dalam konteks manajemen dan organisasi modern Dr HAR Tilaar mengingatkan pentingnya profesionalisme, kepemimipinan yang tangguh dan berwawasan luas, berdisiplin serta memiliki moral yang tinggi. Tilaar mengusulkan pentingnya ‘kebudayaan keempat’ (the fourth culture) yaitu unsur-unsur etika dan agama sebagai salah satu dimensi penting dalam kehidupan manusia. Pandangan Tilaar ini dibangun berdasarkan pemikiran John Brockman  berdasarkan  klasifikasi ‘dominasi peran’ ilmu pengetahuan sebagai the first culture, teknologi sebagai the second culture serta kesusastraan dan filsafat sebagai the third culture dalam kehidupan manusia. Ditengah-tengah perkembangan iptek yang begitu cepat, memang muncul kekawatiran yaitu terjadinya proses ‘dehumanisasi’ dalam kehidupan masyarakat. Itulah sebabnya maka dimensi manusia mulai menjadi fokus dan perhatian utama dalam manajemen. Faktor Sumber Daya Manusia (SDM) memang menempati posisi yang sangat strategis. Dalam konteks manajemen dengan faktor kepemimpinan sebagai intinya, maka hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin menjadi faktor yang sangat penting  dalam manajemen. Sejalan dengan hal-hal itu Steven Covey memunculkan pandangan berupa 7 (tujuh) kebiasaan berdasarkan prinsip-prinsip: visi pribadi, kepemimpinan pribadi, manajemen pribadi, kepemimpinan antar pribadi, komunikasi empatik, kerjasama kreatif dan pembaharuan diri yang seimbang. Dalam kaitan dengan perkembangan manajemen, hal-hal, pemikiran dan wacana-wacana  tersebut, adakah potensi Jawa yang dapat disumbang-kan untuk manajemen ?
Bersambung:...Sumbangan Jawa untuk Manajemen...
Kunjungi: Â Â Index Artikel Kompasiana lainnya oleh Hendra Rayana
Ki Sutadi
Daftar Kepustakaan
- Koentjaraningrat, Prof Dr, 1984, Kebudayaan Jawa, PN Balai Pustaka, Jakarta
- Sri Hastanto, 2005, Peran Seni Budaya dalam Kehidupan Global, makalah, Surakarta
- Kern, JHC, Rassers WH, 1982, Civa Budha, Jambatan, Jakarta
- Ibid
- Victoria M Clara, Van Groenedael, 1987, Dalang Di Balik Wayang, Grafity Pers.
- Senawangi, 2004, Wayang Karya Agung Budaya Dunia.
- C Northcote Parkinson, et al, 1989, Gagasan-gagasan Besar dalam Manajemen, Binarpa Aksara.
- Soedjadi, Fx. Dr, MPA, 1993, Dimensi Filosofis dalam Manajemen Modern, LAN.
- Tilaar HAR, Dr, 1997, Pengembangan Sumber daya Manusia dalam Era Globalisasi.
- John Brockman, et al, 1996, The Third Culture, dalam Tilaar HAR Dr, Ibid.
- Covey, Steven,1997, The 7 Habits of Highly Effective People, Binarupa Aksara.
Â