Saya membuatnya dari tiga bahan yakni lerak, benih lenan (flaxseed), dan garam. Saya menggunakan lerak karena ia mengandung saponin untuk efek cuci dan busa alami. Sedangkan, benih lenan kaya akan omega 3, vitamin E dan B, antioksidan, lignan, magnesium, dan selenium yang bagus untuk kesehatan rambut, serta garam sebagai pengawet alami.
Bahan-bahan tersebut saya beli dari pasar tradisional di kota saya, Pasar Gede. Lengkap sekali di sana dan harganya sangat murah!
Oh iya, sampo ini juga dapat berfungsi sebagaimana sabun mandi. Karena berbahan alami, jadi cocok juga untuk dipakai orang berkulit sensitif, ibu hamil, dan anak-anak.
Untuk yang belum pernah coba, sampo sekaligus sabun alami ini tidak beraroma, berbusa sedikit, lebih menyegarkan, dan membuat kulit lembab ketimbang produk komersial.
Tahan berapa lama? Dua minggu di dalam kulkas dan beberapa hari di suhu ruang. Durasi penghabisan sabun yang pas bagi keluarga dengan personil empat orang. Mantap, kan?
Membuat Eco-enzyme
Langkah kedua yang saya lakukan untuk hidup minim sampah adalah dengan membuat cairan ajaib bernama eco-enzyme.
Eco-enzyme adalah cairan pembersih yang terbuat dari fermentasi campuran sisa dapur yakni sampah sayur atau kulit buah, gula (molase), dan air.
Foto di atas adalah eco-enzyme pertama yang saya buat pada tahun 2020. Bahan utamanya adalah kulit buah mangga, pepaya, dan pisang. Kalau kamu suka aroma segar, maka saya sangat menyarankan untuk menambahkan sisa kulit jeruk ya! Nah, bagaimana cara membuatnya? Kamu bisa cek di sini ya!
Eco-enzyme ini bisa digunakan untuk mengepel lantai, membersihkan kompor, jendela kaca, dan bahkan untuk mencuci baju! Sebelum digunakan, jangan lupa diencerkan dulu ya! Biasanya, saya mengencerkan 15 mL eco-eznyme dalam 300 mL air untuk membersihkan area dapur. Cairan ini ampuh untuk mengusir semut, kecoa, nyamuk, dan serangga, lho.
Memilah Sampah